√ Kunci Istiqomah - Cak Akbar

Kunci Istiqomah

Daftar Isi [Tampil]


     السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

    Salam hangat saudaraku, lama rasanya saya terakhir menulis di blog ini. Pada kesempatan luar biasa yang Allah berikan kali ini izinkan saya berbagi dengan sedikit ilmu yang Allah karuniakan kepada hambanya yang hina ini. Sesuai judulnya pada tulisan ini saya akan mengulas tentang istiqomah dari sudut pandang baru yakni tentang mengapa terkadang seseorang menjadi tidak istiqomah?

    Pengertian Istiqomah

    Sebelum lebih jauh, perlu diketahui bahwa istiqomah adalah Bahasa arab yang berarti berusaha untuk tetap tegak/lurus. Maksud berusaha tegak/lurus disini dapat diterapkan dalam banyak hal termasuk dalam hal ketaatan kita kepada Allah عَزَّ وَ جَلَّى dalam rangka menjadi hambanya yang baikKata istiqomah sendiri bukanlah kata baru dalam Islam, kata tersebut merupakan Firman Allah عَزَّ وَ جَلَّى dan sabda Nabi Agung Muhammad ﷺ dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi)

    إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ

    Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka Istiqomah, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan Jannah (surga) yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.
    QS. Fusilat : 30

    عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِيِّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ قَالَ قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ

    Dari Sufyan bin Abdullâh ats-Tsaqafi, ia berkata: Aku berkata, “Wahai Rasûlullâh, katakan kepadaku di dalam Islam satu perkataan yang aku tidak akan bertanya kepada seorangpun setelah Anda!” Beliau menjawab: “Katakanlah, ‘aku beriman’, lalu istiqomahlah”.
    HR. Muslim no. 38 dalam Kitabul Iman

    Jika kita amati, dari ayat dan hadist di atas bahwa selain istiqomah itu perkara yang nabi ﷺ perintahkan, juga memiliki hasil yang luar biasa di sisi Allah. Lantas, apakah setiap Muslim betul-betul bisa istiqomah dalam ketaatan kepada Allah?


    ثُمَّ أَوۡرَثۡنَا ٱلۡكِتَـٰبَ ٱلَّذِينَ ٱصۡطَفَيۡنَا مِنۡ عِبَادِنَاۖ فَمِنۡهُمۡ ظَالِمٌ۬ لِّنَفۡسِهِۦ وَمِنۡہُم مُّقۡتَصِدٌ۬ وَمِنۡہُمۡ سَابِقُۢ بِٱلۡخَيۡرَٲتِ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۚ ذَٲلِكَ هُوَ ٱلۡفَضۡلُ ٱلۡڪَبِيرُ

    “Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada [pula] yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.” 
    QS. Fathir : 35

    bahkan dalam sabda Nabi Muhammad ﷺ orang yang terlahir hidup sebagai orang iman masih ada kemungkinan mati dalam keadaan kufur kepada Allah. Sebagaimana Hadist Sohih yang diriwayatkan oleh Imam Attirmidzy no. 2117

    إِنَّ بَنِي آدَمَ خُلِقُوا عَلَى طَبَقَاتٍ شَتَّى فَمِنْهُمْ مَنْ يُولَدُ مُؤْمِنًا وَيَحْيَا مُؤْمِنًا وَيَمُوتُ مُؤْمِنًا وَمِنْهُمْ مَنْ يُولَدُ كَافِرًا وَيَحْيَا كَافِرًا وَيَمُوتُ كَافِرًا وَمِنْهُمْ مَنْ يُولَدُ مُؤْمِنًا وَيَحْيَا مُؤْمِنًا وَيَمُوتُ كَافِرًا وَمِنْهُمْ مَنْ يُولَدُ كَافِرًا وَيَحْيَا كَافِرًا وَيَمُوتُ مُؤْمِنًا

    Ingat, Sesungguhnya anak turun Adam diciptakan diatas beberapa tingkatan yang banyak, diantara mereka ada yang dilahirkan dalam keadaan mu`min dan mati dalam keadaan mu`min, diantara mereka ada yang terlahir kafir, hidup sebagai orang kafir dan mati dalam keadaan kafir, diantara mereka ada yang terlahir mu`min, hidup sebagai mu`min dan mati dalam keadaan kafir, diantara mereka ada yang terlahir kafir, hidup sebagai orang kafir tapi mati dalam keadaan beriman.

    Kisah Ulama Yang Tidak Istiqomah

    Maka, untuk kisah itu saya akan mengambil contoh seorang ulama ahli ibadah solih Bani Isroil yang hidup ratusan tahun tanpa pernah melanggar sekejap matapun kepada Allah, namun naas di akhir hayatnya dia justru menjadi kufur kepada Allah. Perhatikan ayat yang menceritakan Barseso berikut

    كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلْإِنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ  فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا أَنَّهُمَا فِي النَّارِ خَالِدَيْنِ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ

    “Seperti (bujukan) syaitan ketika dia berkata kepada manusia: “Kafirlah kamu”, maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam”. Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa sesungguhnya keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang dzalim.” (Diringkas dari Mashaibul Insan min Makaid syaithan oleh Syaikh al-Maqdisi al-Hanafi, Imam Thabari menyebutkan kisah Barseso ini dalam tafsirnya
    QS. Al-Hasyr: 16-17 

    Bisa Anda resapi? bagaimana bisa seorang alim bias terjebak dalam bujukan syetan yang jelas-jelas selama ratusan tahun dia beribadah tanpa maksiat sedikitpun.

    Begitupula kisah Harut Marut malaikat pilihan yang Allah jadikan manusia kemudian dia menjadi kufur kepada Allah lantaran tergoda dengan syahawatnya atau kisah Islamnya baginda Umar bin Khatab yang sangat keras namun menjadi lunak dan mau menerima Islam dan masih banyak lagi kisah orang-orang yang mungkin pernah kita kenal baik, solih namun ternyata dia melakukan hal-hal yang secara moral itu tidaklah baik. Ada seoang pemuka/tokoh agama namun terjerat beberapa skandal yang bertentangan denga keyakinanya mengapa bisa begitu?

    Terlepas kita berbicara itu sudah menjadi Qodar dan ibroh (pelajaran) dari Allah yang bisa kita ambil hikmahnya sebagai generasi yang hidup di akhir zaman namun setidaknya sebagai insan yang berakal kita bisa menggali lebih banyak hikmah dari kisah-kisah manusia masa lalu.

    Marshamallow Test

    Setidaknya ada seorang Psikolog (orang yang mempelajari tentang perilaku, fungsi dan proses mental manusia melalui prosedur ilmiah) bernaman Walter Mischel dalam bukunya The Marshmellow Test menjelaaskan perilaku seperti ini disebut dengan Consistency Paradox atau paradoks kepribadian. Definisnya kurang lebih sebagai berikut

    Consistency paradox is the observation that a human being’s personality tends to remain the same over time, while their behavior can change in different situations. Many personality characteristics are relatively constant throughout a person’s life, but people can act in all sorts of ways (even ones that seem to be opposite of their personality) in different situations. For instance, even the most even-tempered and easy-going person can be driven to violence when put under enough stress or pressure.

    Walter Mischel

    Atau jika kita artikan sebagai berikut :

    Paradoks konsistensi adalah pengamatan bahwa kepribadian manusia cenderung tetap sama dari waktu ke waktu, sementara perilaku mereka dapat berubah dalam situasi yang berbeda. Banyak karakteristik kepribadian yang relatif konstan sepanjang hidup seseorang, tetapi orang dapat bertindak dalam segala macam cara (bahkan yang tampaknya berlawanan dengan kepribadian mereka) dalam situasi yang berbeda. Sebagai contoh, bahkan orang yang paling mudah marah dan santai pun dapat didorong untuk melakukan kekerasan ketika berada di bawah tekanan atau tekanan yang cukup.

    Bisa kita perhatikan titik poin dari definisi di atas? Ya, kuncinya adalah kepribadian dan perilaku. Mischel menyimpulkan bahwa kepribadian manusia cendurung permanen dari waktu ke waktu dan kepribadian sendiri termasuk proses pembentukan karakter seseorang yang terjadi melalui proses panjang yang dipengaruhi oleh lingkungan dan cara didik. Sedangkan perilaku atau biasa disebut sikap adalah kondisi reaktif seseorang terhadap sesuatu yang terjadi pada dirinya.

    Saya akan berikan contoh : Singa itu kepribadianya keras, garang tapi perilaku/sikapnya bisa halus jika sama anakn-anaknya.

    Seperti yang Mischel katakana dalam sub-bab When Smart People Act Stupid dia menjelaskan bahwa penyebab bahwa seseorang menjadi berubah sikapnya yang berbeda jauh dari kepribadianya karena adanya tekanan/atau kami simpulkan sebagai sebuah pemicu.

    Coba jika kita amati seorang Barseso dalam kisah di atas yang memiliki kepribadian seorang yang alim namun seketika menjadi bersikap/berprilaku kufur? karena adanya pemicu yang membuat dia menjadi gelap mata, apa itu karena dia ingin bebas. Coba kita amati dalam kisahnya ketika Barseso berada dalam tiang salib ( tertekan) lalu Iblis datang kepadanya menawarkan bantaun dengan syarat dia (barseso) harus sujud kepadanya (pemicu) lantas Barseso pun mengiyakan.

    Begitu juga kisah Harut Marut Malaikat yang dijadikan manusia oleh Allah saat itu mereka digoda oleh seorang wanita (tertekan) namun mereka tidak mau karena itu melanggar perintah ALlah (kepribadian = taat) lalu suatu saat mereka dijebak oleh wanita tadi dan dia minta untuk disetubuhi jika tidak maka wanita tadi akan berteriak (taat) lalu Harut Marut diberikan pilihan (pemicu) untuk meminum arak/khomer atau membunuh bayi atau mensetubuhi dia. 

    Lantas Harut Marut memilih untuk meminum Khomer dan akhirnya membunuh anak kecil dan mensetubuhi wanita itu. Atau pada zaman Rosulullah ada seorang sohabat bernama Tsa’labah saat dia miskin dia rajin dan tertib ibadah namun saat dia menjadi kaya dia menjadi lalai dan bahkan mengkufuri ayat zakat sampai Rosulullah tidak mau menerima taubatnya.

    dan masih banyak lagi kisah serupa yang kita ketahui di zaman kita yang tentunya Anda memiliki ceritanya masing-masing.

    Hancurkan Pemicu

    Sehingga diantara penyebab kenapa seringkali kita menjadi tidak istiqomah dalam suatu hal, itu karena adanya tekanan dan adanya pemicu yang bisa merubah perilaku yang sudah kita bangun.

    Maka, kita belajar dari kisah Nabi Yusuf Alahissalam tatkala dia dalam kondisi tertekan (akan diajak zina oleh Zulaikho) dan terpicu (Zulaikho yang dalam kondisi sudah tanpa busana sehingga menaikan syahwat Yusuf) namun Yusuf tetap istiqomah dan tidak jadi berzina dengan Zulaikho. APA KUNCINYA!? ya, yakni dengan tidak membiarkan pemicu itu (hawa nafsu) menguasai dirinya

    وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ

    Dan aku tidak membebaskan/membiarkan diriku (dari nafsu), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.
    Qs. Yusuf : 53

    Juga kita lihat cerita pasukan Tolut ketika akan melawan Jalut yang walaupun dalam kondisi tertekan (jumlahnya sedikit) dan terpicu (secara kalkulasi pasti kalah)namun bisa tetap istiqomah dan akhirnya bisa mengalahkan pasukan Jalut yang jumlahnya banyak. Sebagaimana doa Raja Tolut

    رَبَّنا أَفْرِغْ عَلَيْنا صَبْراً وَثَبِّتْ أَقْدامَنا وَانْصُرْنا عَلَى الْقَومِ الكافِرينَ

    “Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.”
    QS. Albaqoroh : 250

    Sehingga dapat kita pahami dalam sudut pandang tulisan ini bahwa termasuk kunci istiqomah ialah kesabaran. Sabar itu sendiri adalah tetap dalam apa yang diyakini bagaimanapun keadaanya. dan menurut pengertian Ulama Ibnu Katsir tentang penjabaran sabar

    والصبر صبران، فصبر على ترك المحارم والمآثم، وصبر على فعل الطاعات والقربات

    Kesabaran itu ada dua, yakni sabar dalam meninggalkan keharaman dan dosa dan sabar dalam menegrjakan ketaatn dan mendekatkan diri kepada Allah.

    Selanjutnya, konkrit daripada kesabaran itu sendiri diwujudkan dalam doa (seperti Raja Tolut) dan usaha (seperti Nabi Yusuf alaihissalam) yang berusaha agar dirinya tidak jatuh ke dalam hawa nafsu.

    Hasilnya Istiqomah

    Maka tidak diragukan lagi balasan bagi orang yang mau istiqomah dan sabar di sisi Allah mendapatkan kemuliaan yang tiada tara. Simaklah ayat-ayat berikut ini :

    Dimasukan ke Surga oleh Allah

    إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ

    Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka Istiqomah, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan Jannah (surga) yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.
    QS. Fusilat : 30

    Dimasukan ke Surga tanpa hisaban


    قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

    Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
    QS. Azzumar : 10

    Bahkan ukhro duniawainya pun Allah menjanjikan kemenangan yang tidak disangka-sangka sebagaimana kemenangan Tolut walaupun jumlah meereka sedikit.

    كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةًۢ بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ

    “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”.
    QS. Albaqoroh 249

    Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah maha suci Allah dzat yang telah mengaungerahkan manusia akal yang dapat berpikir dan dapat mengambi; hikmah atas peristiwa-peristiwa yang Allah kabarkan.

    Demikian apa yang dapat saya sampaikan semoga bisa Allah memberikan manfaat bagiku saudara-saudaraku semua. Mari kita menjadi hamba Allah yang istiqomah dengan memperbanyak berdoa dan bersabar kepada-NYA

    وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

    Minta tolonglah kalian dengan sabar dan solat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.”
    QS. Albaqoroh : 45

    جَزَا كُمُ الله خَيْرًا

    السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

    Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

    Hai

    Klik Kontak Whatsapp Di Bawah Ini Untuk Mulai Mengobrol

    Pemilik Cak Akbar
    +6282136116115
    Call us to +6282136116115 from 0:00hs a 24:00hs
    Hai, ada yang bisa saya bantu?
    ×
    Tanya Kami