السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Fluktuatifnya Keimanan
Sebagai Muslim tentulah kita harus memiliki keimanan yang kuat. Keimanan disini ialah mengimani secara lahir (dengan perbuatan) maupun dengan batin (meyakini bahwa apapun yang kita perbuat akan ada konsekuensinya di akhirat nanti). Namun yang namanya keimanan pastilah terkadang naik dan juga terkadang turun sebagaimana sabda Rosulullah ﷺ
الإيمان يزيد وينقص
Keimanan itu kadang kala naik kadang kala turun
HR. Ibnu Jauzi
Maka sudah sewajarnya kepada sesama Muslim haruslah selalu saling nasehat dalam kebaikan dan ketaqwaan
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
dan saling berwasiatlah kalian kepada barang haq dan kesabaran
QS. Alasr : 3
وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ
dan saling tolong menolonglah kalian pada kebaikan dan ketaqwaan
QS. Almaidah : 2
Bijak Dalam Memberi Nasehat
Pada kesempatan kali ini saya akan menceritakan sebuah kisah di zaman Rosulullah ﷺ bagaimana dengan cara beliau meramut (membina) umatnya sehingga baik Musllim yang sudah lama memluk Islamnya ataupun Muslim yang terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik semuanya terbina dengan baik dan bijak.
Kisah tersebut sebagaimana diriwayatkan dari Musnad Ahmad diceritakan sebagai berikut,
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، حَدَّثَنَا سُلَيْمُ بْنُ عَامِرٍ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ: إِنَّ فَتًى شَابًّا أَتَى النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ائْذَنْ لِي بِالزِّنَا. فَأَقْبَلَ الْقَوْمُ عَلَيْهِ فَزَجَرُوهُ، وَقَالُوا: مًهْ مَهْ. فَقَالَ: "ادْنُهْ". فَدَنَا مِنْهُ قَرِيبًا فَقَالَ اجْلِسْ". فَجَلَسَ، قَالَ: "أَتُحِبُّهُ لِأُمِّكَ؟ " قَالَ: لَا وَاللَّهِ، جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاكَ. قَالَ: "وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِأُمَّهَاتِهِمْ". قَالَ: "أَفَتُحِبُّهُ لِابْنَتِكَ"؟ قَالَ: لَا وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاكَ. قَالَ: "وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِبَنَاتِهِمْ"، قَالَ: "أَتُحِبُّهُ لِأُخْتِكَ"؟ قَالَ: لَا وَاللَّهِ، جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاكَ. قَالَ: "وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِأَخَوَاتِهِمْ"، قَالَ: "أَفَتُحِبُّهُ لِعَمَّتِكَ"؟ قَالَ: لَا وَاللَّهِ جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاكَ. قَالَ: "وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِعَمَّاتِهِمْ" قَالَ: "أَفَتُحِبُّهُ لِخَالَتِكَ"؟ قَالَ: لَا وَاللَّهِ، جَعَلَنِي اللَّهُ فِدَاكَ. قَالَ: "وَلَا النَّاسُ يُحِبُّونَهُ لِخَالَاتِهِمْ" قَالَ: فَوَضَعَ يَدَهُ عَلَيْهِ وَقَالَ: "اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذَنْبَهُ وَطَهِّرْ قَلْبَهُ وَحَصِّنْ فَرْجَهُ" قَالَ: فَلَمْ يَكُنْ بَعْدَ ذَلِكَ الْفَتَى يَلْتَفِتُ إِلَى شَيْءٍ
Berkatalah Imam Ahmad : Yazid bin Harun telah bercerita kepada kami, kemudian Sulaim bin Amir bercerita kepada kami. Dari Abu Umamah dia berkata : Sesungguhnya datanglah seorang pemuda kepada Rosulullah ﷺ dan berkata : "Ya Rosulullah idzinkanlah saya untuk berzina", sontak terkejutlah para koum (sohabat) untuk bersegera menyergapnya. Lalu bersabdalah Rosul : "Tenaglah, tenanglah, datangkanlah dia kemari", lalu didatangkanlah pemuda itu mendekat kepada Nabi. Rosul bersabda : "Duduklah" lalu Rosul melanjutkan sabdanya "(Hai pemuda) apakah kamu mengizinkannya pada ibumu (untuk berzina)?" Pemuda itu menjawab : "Tidak demi Allah dzat yang telah mejadikan aku sebagai tebusanmu (kalimat tahiyah/penghromatan) bahkan semua manusia pun tidak akan suka (jika itu terjadi) pada ibunya" Rosul bersabda : "Apakah kamu senang/ridho/mengizinkan (berbuat zina) pada puterimu?" Pemuda itu menjawab : "Tidak demi Allah dzat yang telah mejadikan aku sebagai tebusanmu (kalimat tahiyah/penghromatan) bahkan semua manusia pun tidak akan suka (jika hal itu terjadi) pada puterinya" Rosul bersabda : "Apakah kamu ridho/mengizinkannya pada suadara perempuanmu (untuk berzina)" Pemuda itu menjawab : "Tidak demi Allah dzat yang telah mejadikan aku sebagai tebusanmu (kalimat tahiyah/penghromatan) bahkan semua manusia pun tidak akan suka (jika hal itu terjadi) pada suadara perempuannya" Kemudian Rosul besabda : Apakah kamu ridho/mengizinkannya pada bibimu,bibi dari ayah maupun dari ibu, (untuk berzina)? Pemuda itu menjawab : "Tidak demi Allah dzat yang telah mejadikan aku sebagai tebusanmu (kalimat tahiyah/penghromatan) bahkan semua manusia pun tidak akan suka (jika hal itu terjadi) pada bibinya" Kemudian Rosul meletakkan tangannya ke dada pemuda tersebut seraya berdoa "Ya Allah ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan jaglah farji/kemaluannya (tidak berzina)". Berkatalah Abu Umamah : "Semenjak hari itu pemuda tersebut tidak pernah melanggar sedikitpun"
HR. Ahmad - Sohih
Sebaik - Baiknya Manusia
Saudaraku sudah sepatutnya Rosulullah ﷺ harus kita jadikan suri tauladan yang baik dalam mengisi hari - hari kita
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.
QS. Alahzab : 21
Termasuk bagaimana cara beliau meramut (membina) Jamaahnya dengan lembut dan bijak. Bayangkan hampir saja para sohabat menjadi terpancing gara - gara tidak sopannya pemuda tadi yang dengan lancang meminta izin untu berzina. Namun atas dasar rohamat Allah Rosulullah justru menyikapi pemuda tersebut dengan lembut dan bijak walaupun Rosulullah memahami bahwa dosa zina itu dosa yang paling jelek dan hina setelahnya syirik
مَا مِنْ ذَنْبٍ بَعْدَ الشرك أعظم عند الله من نطفة وَضَعَهَا رَجُلٌ فِي رَحِمٍ لَا يَحِلُّ لَهُ
Tidaklah ada dosa yang lebih besar setelahnya syirik daripada meletakannya seorang spermanya laki - laki ke dalam rahim wanita yang tidak halal baginya
HR. Ibnu Abi Dunya - Dhoiful Isnad
Namun beliau menyikapi pemuda yang berterus terang itu dengan sebuah dialek yang manis dan mudah diterima.
Cabangnya Kegilaan
Sebagaimana sabda Rosulullah ﷺ
الشَّبَابُ شُعْبَةٌ مِنَ الْجُنُوْنِ
“Remaja (masa muda) merupakan cabang dari kegilaan.”
HR. Suyuthi - Hasan
Tentunya Roslullah mengerti betul sifat dan karakter pemuda yang selalu penuh hasrat dan gairah, ingin mencoba ini dan itu, ingin tampil beda dan diperhatikan serta banyak lainnya. Sebab itulah metode yang beliau lakukan dalam menasehati pemuda tersebut dengan nasehat empat mata dari hati ke hati membuat pemuda tersebut membayangkan bagaimana seandainya dia yang berada di posisi hal itu? Tak lupa Rosul pun mendoakan yang baik-baik kepada pemuda tersebut dan atas izin Allah di hari yang berikutnya pemuda tersebut tumbuh menjadi pribadi Muslim yang baik.
Pada hakikatnya dalam merangkul pemuda itu mereka ingin dimengeti, mereka butuh empati, mereka butuh nasehat dari hati ke hati, Insya Allah dengan sendirinya dia bisa menerima apa yang seharusnya dijalani
Sekian, semoga Allah memberikan banyak manfaat dan barokah
Jazza Kumullahi Khoiro
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ