√ Bagaimana Caranya Restoran All You Can Eat/prasmanan Bisa Untung? - Cak Akbar

Bagaimana Caranya Restoran All You Can Eat/prasmanan Bisa Untung?

Daftar Isi [Tampil]

     




    السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

    Hallo para kost lovers, mungkin istilah All You Can Eat terdengar asing di telinga kita apalagi yang biasa sarapan di burjo dan malam di angringkan :’) . Jadi istilah All You Can Eat  kalo di kita namanya prasmanan. Yups, pasti langsung pada dong kan. Rumah Makan yang paling di gemari se antero anak – anak kost dibelahan bumi pertiwi ini menyajikan beraneka ragam masakan yang melimpah ruah dan yang lebih menyenangkan lagi kita bisa mengambil masakan tersebut dengan ngambil sendiri (Swalayan) dan tentunya bisa menyesuaiakan porsi yang dikehendaki dong hehehe.

    Menurut teori yang ada konsumen akan cenderung memaksimalkan konsumsi yang dia mampu sebelum terjadinya  hukum pengurangan utilitas marjinal (law of diminishing marginal utility). Hukum ini menyatakan: untuk setiap tambahan barang yang dikonsumsi, konsumen akan memperoleh kepuasan yang semakin berkurang. Gampanganya gini, kalo kita lagi haus, pas pertama kali minum satu gelas es kelapa kan rasanya sueger tuh, nah coba kalian tambah lagi satu gelas lagi mungkin masih seger coba tambah 10 gelas lagi Insya Allah dijamin masuk UGD. Nah memang sudah jadi naluri anak – anak kost (pada umumnya) kalo dia dateng ke rumah makan bergaya prasmanan begini mereka akan berupaya menerapkan prinsip ekonomi kapitalis, mengeluarkan biaya serendah-rendahnya untuk memperoleh hasil yang sebanyak-banyaknya :).

    Nah terus kalian pernah bertanya-tanya nda,  prasmanan yang sering dikunjungi pengunjung barbarian seperti itu dapet untung nda? kalo ya darimana caranya dia dapat untung? padahal beberapa fenomena warung prasmanan menyajikan harga yang cukup bersaing bahkan ada slogan “Serba dua ribu” nah gimana tuh

    Oke, selanjutynya saya akan memaparkan materi yang sarat akan teori, jika kalian nda kuat hati silahkan dibaca kesimpulanya aja :’)

    Konsep pertama yang harus difahami ialah teori biaya (Cost). Sederhananya biaya adalah upaya yang dikeluarkan produsen untuk menghasilkan satu-satuan unit barang dan biaya/cost sendiri adalah hasil akumulasi antara biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (Variabel cost) atau persamaanya seperti ini,


    TC = FC + VC

    biaya tetap (fixed cost), adalah biayaya yang tidak akan berubah seberapa pun besarnya unit/barang yang diproduksi. Misal warung prasmanan tadi, seberapa pun besarnya pelanggan yang datang ke warungnya  biaya sewa kiosnya itu 20 juta per tahun (misal).

    biaya variabel (Variabel cost), adalah biayaya tergantung tingkat produksi. Misal, warung prasmanan tersebut mau menghidangkan menu semur ikan kakap, maka biaya variabel itu ialah harga ikan, bumbu, dan sebagainya yang jumlahnya tergantung berapa banyak semur ikan kakap yang akan dia produksi.



    Nah, kalau dibuat grafik seperti itu, dimana pada sumbus absis (X) ada variabel harga (P) dan pada sumbu ordinat (Y) ada variabel Jumlah barang (Q). Nah, dari situ dapat dilihat bahwa kurva FC berbentuk garis lurus, hal itu menandakan berapapun produkksi yang dilakukan biayaynta tetap. Sedangkan VC berbentuk melengkung menunjukan bahwa jumlahnya tergantung dari besarnya produksi yang dihasilkan itulah mengapa kurva VC  tidak akan beranjak dari nilai 0 (ya iyalah, semua perlu modal hehehe).

    Selain jenis biayaya di atas, ada lagi yang namanya biaya rata-rata dan biaya marginal. Dimana biaya rata-rata ialah, rata-rata biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi satu unit output. Yakni total biayay (Total Cost) dibagi dengan output (Q). Jika dibuat persamaan matematikanya seperti ini,

    TC/Q = FC/Q + VC/Q

    atau jika dibuatkan grafiknya seperti ini,


    Dari gambar kurva tersebut dapat dijelaskan bahwa mula-mula biaya rata (AC), biaya variabel rata-rata (AVC) dan biaya tetap rata-rata (AFC) menurun, kemudian AC dan AVC melengkung kembali naik sedangkan AFC terus menurun tapi tidak pernah menyentuh gari nol (Asimptot). Hal ini menunjukan bahwa semakin besar produksi yang dilakukan produsen (dalam kasus ini warung prasmanan) maka rata-rata biaya tetap untuk masing-masing unit produk menjadi sedikit (misalnya warung tadi menghitung tabung elpiji sebagai biaya tetap, nah, kalo warung tidak bisa masak sampe 100 porsi tentu biayaynya menjadi lebih murah kan ketimbang dia harus memasak 1 porsi). Kemudian mengapa AVC semakin bertambah seiring bertambahnya output (kuantitas) yang diproduksi? Hal tersebut logis, bahwa semakin banyak unit produk yang akan dihasilkan maka biayayanya semakin meningkat. Jelas beda kan mau bikin ayam goreng 10 sama 1000 porsi?. Kemudian kurva AVC juga tidak akan bersinggungan dengan kurva AC.

    Selanjutnya dalam konsep teori biaya ada yang namanya biaya marginal (Marginal Cost), adalah tambahan biaya karena menambah produksi sebanyak satu unit. Gambaranya begini, misal warung prasmanan tadi udah bikin semur ikan kakap 100 porsi dan ternyata kurang, nah kalo mau bikin lagi tuh (katakanlah 5 porsi) itu jelas pake biayaya kan? secara matematis biaya marginal dapat ditulis seperti ini,

    MC = ΔTC/ΔQ


    ΔTC = perubahan biaya total
    ΔQ = perubahana kuantitas output yang dihasilkan

    atau jika dibuat grafik seperti ini,



    Hal tersebut menunjukan bahwa semakin biayaya marginal diadakan maka akan ada kecenderungan biayayanya menjadi semakin tinggi. Kalo saya ambil contoh nasi goreng sapi yang di deket stadion kridosono  (Jogja) karena dia buatnya sudah porsi besar, maka kalo kita mesen hanya satu porsi dibuat baru mereka pasti nda mau karena secara biaya lebih besar (harus, maanasin minyak gorengnya, nyeplok telor satu-satu dsb.)

    Nah, kalo konsep biaya atau cost tadi dah mudeng (anggap aja mudeng 🙂 ) maka untuk memahami konsep keuntungan lebih mudah. keuntungan (biasanya dilambangkan π) adalah Total pendapatan (Total Revenue) dikurangi Total biayay (Total Cost),

    π = TR – TC

    nah kalo nilai π itu positif maka perusahaan atau warung prasmanan tadi untung, kalo nilai π negatif berarti perushaan rugi


    Nah, dari situ keliatan kan contoh kasusnya, pada titik Q3 menunjukan keuntungan perusahaan yang maksimum, karena nilai TR jauh di atas nilai TC. Sebaliknya pada titik Q1 menunjukan BEP (Break Even Point) atau impas (ga rugi ga untung). Selanjutnya pada titik Q5 menunjukan bahwa perushaan sudah mencapai titik deminishing atau penurunan, sehingga jika output  ditambah lagi maka perusahaan akan mengalami kerugian.

    Aduh mas pusing, terus bagemane ne warung prasmanan dapat keuntungan? Jawabanya ada di ujung langit kita bertanya pada seorang anak, anak yang tangkas dan juga pemberani kalo kalian sudah memahami konsep-konsep tadi maka seharusnya kalian langsung dong, dengan suguhan grafik ini


    Nah kuncinya, warung prasmanan tadi akan tetap mendapat keuntungan ketika harga yaang ditawarkan warung tadi melebihi AVC dan MC. tuh pada titik itemnya. Mudahnya warung prasmanan tadi sudah mengira-ngira seberapa barbar pelanggan setianya tersebut dalam berkonsumsi, kemudian warung tadi menerapkan harga di atasnya. Misal, paling hebat seorang pelanggan barbar setia warung prasmanan tadi mengambil 10 centong nasi, maka warung prasmanan tadi menerapkan harga sebesar 11 centong nasi katakanlah 3000 rupiah. Itulah kenapa warung prasmana memiliki aturan unik dalam menjalankan bisnisnya seperti,

    1.ga boleh dibungkus (coba bayangin, kalo andai boleh dibungkus mungkin pelanggan barbarian yang mulia ini akan membawa tupperware atau senjata tempur lainya  🙂 )

    2. ada batas maksimal ( kalo levelnya kayak restoran All You Can Eat biasanya ada batas waktu tertentu misal 2 jam)

    Sehingga warung prasmanan cukup laris di wilayah yang mayoritasnya para imigran intelektual (mahasiswa kost an 🙂 ). Nah, tentunya warung prasmanan  yang ada khususnya di Jogja juga menetapkan harga yang terjangkau karena mereka berasumsi, bahwa pada umumnya mereka (anak kost-an) mengkonsumsi makanan dalam batas wajar sehingga mereka mengambil margin (keuntungan) juga tidak terlalu banyak namun menjadi banyak secara akumulatif (dagangan yang dia jajakan banyak, seperti warung nasi serba 2 rb). Sebaliknya kalo warung prasmanan model restoran kok mahal ya karena ada biaya seperti sewa tempat, sewa koki yang handal yang cost nya juga aduhai :).

    Itu semua karena mereka suda mengkaji (lebih tepatnya mengira-ngira) paling hebatnya seseorang itu makan seberapa banyak porsinya, sehingga mereka mematok harga se jauh kemampuan seseorang berkonsumsi. maka sejatinya kalo kalian makan dia warung prasmanan kok tidak ngambil sebanyak-banyaknya berarti kalian dirugikan hehehehe.

    Nah, terus ada tips juga nih buat para pelaku ekonomi baik produsen maupun konsumen diantaranya,

    Produsen

    paling tidak harus mengkaji masak-masak tentang potensi pasar yang ada disekitarnya, apakah mayoritas berisi para imigran intelektual atau para penggemar irit lainya. Setelah itu juga harus dikaji juga daya tampung makan mereka, kalo buka warung prasmanan tapi pelangganya para pemakan buah gomu-gomu no (yang menjadikan tubuhnya lentur seperti karet dalam tokoh anime One Piece) lebih baik urungkan kembali niat baik anda, kecuali kalau anda betul-betul bertujuan untuk sosial bukan cari untung. Yang paling penting juga selera lidah masayrakat yang ada disekitarnya apakah mereka menyukai masakan yang asin? pedas? gurih?  jika bisa melakukan spesialisasi (pengkhususan) lebih baik, karena menurut teori perdagangan dengan melakukan spesialisasi menjadikan memiliki keunggulan komparatif (comparative advantage) dan tentu juga akan memunculkan brand image. Misal, anda mengkhsusukan ingin membuka warung prasmanan penyetan, sehingga orang-orang akan terbentuk pola pikirnya bahwa kalau mau makan penyetan pasti ke tempat anda. Misal kalo di Jogja sudah ada yang cukup masyhur seperti preksu, mas kobis (bukan promosi karena nda dapet royalti :’) )

    Konsumen

    Wahai para konsumen yang budiman, ketahuilah bahwa berlebih-lebihan itu tidak baik, jadi jangan sampai menuruti naluri homo economicus kalian untuk mengkonsumsi secara berlebihan yang akhirnya berdampak pada kesehatan tubuh di masa yang akan datang. Pada umumnya warung prasmana yang ada (biasanya) menggunakan penyedap rasa (vetsin) dalam dosis tinggi, sehingga tidak dianjurkan untuk berlarut-larut (Ingat micin itu tidak baik untuk mata 🙂 ). Alangkah baiknya jika kalian masak sendiri atau mengkonsumsi sayuran hijau yang dimasak sendiri. Hal terpenting yang harus kalian pahami bahwa semua bisnins itu pada dasarnya mencari keuntungan (profit oriented) jadi jangan sampai kalian mempermalukan diri kalian sendiri hanya karena ingin berprinsip seperti kapitalis (mengeluarkan biaya sedikit untuk meraih untuk sebanyak-banyaknya) :”)

    Sekian dulu deh, ocehan dari Cak Akbar semoga ada manfaatnya ya hehehe.

    السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


    Yogyakarta, 22 Mei 
    KataCakAkbar

    Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

    Hai

    Klik Kontak Whatsapp Di Bawah Ini Untuk Mulai Mengobrol

    Pemilik Cak Akbar
    +6282136116115
    Call us to +6282136116115 from 0:00hs a 24:00hs
    Hai, ada yang bisa saya bantu?
    ×
    Tanya Kami