√ Mengajarkan Ilmu Ala Rosulullah - Cak Akbar

Mengajarkan Ilmu Ala Rosulullah

Daftar Isi [Tampil]

     



    السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

    Segala puji bagi Allah Subehanhu Wata’ala atas limpahan rahmat dan karunia-NYA dan atas peparing hidayah yang Allah berikan kepda kita ini, maka sudah sepatutnya kita sebagai makhluk yang hinda di sisi-NYA selalu berharap rahmat dan ampunan-NYA.

    Tak lupa jasa para perantara hidayah yang agung dari Nabi Muhammad Sallawluhu Alaihi Wassalam yang diteruskan oleh para pejuang-pejuang Agama yang telah ridho mencurhakna diri, waktu, tenaga, harta, pikira, bahkan nyawanya untuk menegakan agama yang haq ini. Terlebih atas jasa-jasa merekalah kita masih dapat menjumpai teks firman Allah dan sabda Rosul secara utuh murni dan konsisten. Semoga Allah memberika tempat yang mulia di sisi-NYA, Jazza Humullahu Khoiro.

    Teladan Sepanjang Masa

    Saudarakau, taukah bahwa Rosullulah Sallawluhu Alaihi Wassalam adalah panutan kita sepanjang masa? dalam firmanya yang agung Allah berfirman

    لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ اْلآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا

    ‘Sungguh telah ada di dalam (kepribadian) Rosulullah contoh yang baik (menjadi suri tauladan) bagi orang yang berharap kepda Allah dan hari akhir serta dia banyak ingat kepada Allah’
    QS. Al-Ahzab : 21

    Maka sudah sepatutnya kita sebagai Muslim dan Mukmin mengambil contoh dari sifat – sifat tauladan yang dimiliki oleh Rosul, termasuk bagaimana cara rosul yang mengajarkan kepada para sohabatnya.

    Bisa anda bayangkan, bagaimana bias seorang Muhammad yang menyandang predikat ummiy yakni seorang yang awam ihwal ilmu pedagogik dapat menjadi panutan luar biasa yang dikagumi oleh orang-orang seantro jazirah Arab? Bangsa Arab yang terkenal akan fanatic terhadap suku (tribalisme) dan terkenal barbar lagi keras kepala dapat luluh di tangan seorang Muhammad Sallawluhu Alaihi Wassalam. Ya, tak lain tak bukan sebab sifat lemah lembut beliau yang menjadi pancaran cahaya penerang bagi manusia. Dalam firmanya Allah memuji Muhammad

    فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ

    ‘Maka sebab Rohmat dari Allah lah engkau (Muhammad) dapat bersikap lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau keras lagi kejam niscaya mereka akan lari darimu’
    QS. Ali Imran : 159

    Bahkan dalam riwayat dari Ummul mukminin Aisyah RA. beliau berkata

    كَانَ كلامُ رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم كَلاماً فَصْلا يفْهَمُهُ كُلُّ مَن يَسْمَعُهُ

    ‘Telah ada cara berbicara Rosulullah itu dengan ucapan yang membuat jelas dan membuat faham siapapun yang mendengarkanya’
    HR. Abu Daud

    Maka dalam tulisan kami kali ini, akan sedikit menjelaskan metode yang Nabi Muhammad gunakan dalam mengajarkan ilmu kepada para sohabatnya, semoga pada tulisan ini dapat menjadi hikmah dan dapat di ambil manfaatnya. Mugo Allah paring barokah.

    Tulisan ini saya dapat dari guru saya yang bernama Rosyid Kurniawan yang selanjutnya saya kembangkan dari apa yang saya dapat dengan pemahaman yang saya miliki, semoga Allah meridhoi dan mengampuni dosa-dosa saya bilaman ada kekeliruan dalam tulisan saya ini.

    قال صلى الله عليه وسلم : ( إن الله لم يبعثني معنتاً و لكن بعثتي معلماً ميسراً )

    Rosulullah Bersabda : ‘Sesungguhnya Allah tidaklah mengutusku untuk menjadi orang yang arogan (keras dalam menyampaikan ilmu) akan tetapi Allah mengutusku untuk menjadi orang yang bias mengajarkan dengan mudah (untuk difahami)
    HR. Ahmad

    Metode Pengajaran Rosulullah

    Beberapa cara/metode mengajarkanya Rosul antara lain :

    1. Memberi semangat dan membuat rindu/dinantikan ilmunya (التشجيع والتشويق)

    Seperti salah satu hadis yang kami nukil tentang hadis kiamat

    عن أنس بن مالك رضي الله عنه: أن رسول الله ﷺ خرج حين زاغت الشمس فصلى الظهر، فقام على المنبر فذكر الساعة فذكر أن فيها أمورا عظاما، ثم قال: «من أحب أن يسأل عن شيء فليسأل، فلا تسألوني عن شيء إلا أخبرتكم ما دمت في مقامي هذا»

    Dari Annas bin Malim berkata : Sesungguhnya Rosulullah keluar saat matahari tergelincir untuk melaksanakan solat Duhur. Selepas itu Nabi berdiri di atas mimbar dan menjelaskan tentang Kiamat dan Nabi menjelaskan tentang perkara-perkara hebat dalam kiamat. Kemudia Nabi bersabda : ‘Siapa yang suka jika bertanya tentang sesuatu maka silahkan bertanya, maka (jika kalian tidak bertanya padaku) janganlah bertanya pada ku sehingga aku menjelaskannya pada kalian selama aku masih berada di mimbar ku ini’
    HR. Bukhori

    dari cerira di atas menunjukan bahwa nabi memberikan kesempatan kepada para sohabat untuk bertanya dan memotivasi kepada sohabat untuk bertanya, sehingga Nabi melatih para sohabat untuk berpikir coriusly atau merasa penasaran dengan sesuatu.

    Selanjutnya Nabi membuat sohabat rindu atau penasaran terhadap ilmunya Nabi sebagaimana dalam hadis berikut ini

    -عن أَبي سعيدٍ رافعِ بنِ المُعلَّى رَضيَ اللَّه عَنْهُ قَالَ: قَالَ لي رسولُ اللَّه ﷺ: “أَلا أُعَلِّمُكَ أَعْظَم سُورةٍ في الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تخْرُج مِنَ المَسْجِدَ؟ فأَخَذَ بيدِي، فَلَمَّا أَردْنَا أَنْ نَخْرُج قُلْتُ: يَا رسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ قُلْتَ لأُعَلِّمنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ في الْقُرْآنِ؟ قَالَ:﴿ الحَمْدُ للَّهِ رَبِّ العَالمِينَ ﴾هِي السَّبْعُ المَثَاني، وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذي أُوتِيتُهُ”

    Dari abi Said berkata : Suatu saat Rosul bersabda kepada ku dengan memegang tanganku ‘maukah kamu aku ajari lebih agungnya surat dalam Alquran sebelum kamu keluar dari Masjid?’ Setelah kami hendak keluar dari Masjid aku berkata : ‘Ya Rosulawllah bahwsanaya engkau telah berkata akan mengajariku lebih agungnya surat Alquran?’ Lalu Nabi bersabda : ‘Segala puji bagi Allah, surat itu adalah 7 yang dibuat pujian (Alfatihah), dan kesemuanya Alquran itu agung’
    HR. Bukhori

    Dari cerita hadis di atas dapat diambil hikmah bahwa Nabi membuat sohabat Abi Said penasaran akan ilmu yang belum Nabi sampaikan.

    2. Berdialaog dan diskusi sehingga semua murid dapat menerima (الحوار والمناقشة والأقناع)

    Seperti hadis yang kami kutip di bawah ini

    عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَجُلاً، أَتَى النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وُلِدَ لِي غُلاَمٌ أَسْوَدُ‏.‏ فَقَالَ ‏”‏ هَلْ لَكَ مِنْ إِبِلٍ ‏”‏‏.‏ قَالَ نَعَمْ‏.‏ قَالَ ‏”‏ مَا أَلْوَانُهَا ‏”‏‏.‏ قَالَ حُمْرٌ‏.‏ قَالَ ‏”‏ هَلْ فِيهَا مِنْ أَوْرَقَ ‏”‏‏.‏ قَالَ نَعَمْ‏.‏ قَالَ ‏”‏ فَأَنَّى ذَلِكَ ‏”‏‏.‏ قَالَ لَعَلَّهُ نَزَعَهُ عِرْقٌ‏.‏ قَالَ ‏”‏ فَلَعَلَّ ابْنَكَ هَذَا نَزَعَهُ ‏”

    Dari Abu Huroiroh berkata : ‘Ada seorang laki-laki data kepda Nabi berkata : ” Ya Rosulullawlah telah dilahirkan untuk ku seorang anak yang hitam sekali”.

    Nabi bersabda : “Apakah kamu memiliki Unta?”

    dia menjawab : “Iya”

    Nabi bersabda : “Apa warnanya?”

    dia menjawab : “Merah”

    Nabi bersabda : “Apakah dia memiliki urat”

    dia menjawab: “Iya”

    Nabi bersabda : “Mengapa bisa begitu?”

    dia menjawab : “mungkin saja uratnya dia tercabut yang lain”

    Nabi bersabda : “Begitupula anakmu juga seperti itu”

    HR. Bukhori

    Jadi, cerita hadis di atas adalah ketika seorang laki-laki dating kepada Nabi untuk curhat mengapa istrinya melahirkan anak yang berkulit hitam sedangkan dia dan istrinya berparas tampan dan cantik. Lalu Nabi pun mengajak dialog kepada laki-laki tersebut tentang unta, hingga nabi menanyakan ‘bagaimana bisa dia berwarna merah?’ lalu rojul tersebut menjawab : ‘karena ada urat yang lepas darinya (induknya)’ maksudnya sebab unta berwarna mereah seperti itu lantaran pewarisan yang diturunkan oleh induknya. Lalu Nabi dengan santai menjawab : ‘begitupula pada anakmu’ bahkan dalam fathul barri yang menjelaskan syarah hadis di atas menambahkan : maksud nabi bersabda begitu adalah ‘boleh jadi keturunanmu yang lain juga memiliki kulit hita seperti itu’ atau boleh jadi anakmu mewaris sifat genetik dari leluhur mu yang lain.

    Akhirnya, dengan diskusi dan dialog ringan bersama Nabi tercukupilah hajatnya laki-laki/rojul tersebut.

    3. Memberikan Kisah dan Berita/kabar (القصة ولأخبار)

    عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ: أَنَّ رَجُلًا قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا، فَجَعَلَ يَسْأَلُ هَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَأَتَى رَاهِبًا، فَسَأَلَهُ فَقَالَ: لَيْسَتْ لَكَ تَوْبَةٌ، فَقَتَلَ الرَّاهِبَ، ثُمَّ جَعَلَ يَسْأَلُ، ثُمَّ خَرَجَ مِنْ قَرْيَةٍ إِلَى قَرْيَةٍ فِيهَا قَوْمٌ صَالِحُونَ، فَلَمَّا كَانَ فِي بَعْضِ الطَّرِيقِ أَدْرَكَهُ الْمَوْتُ فَنَأَى بِصَدْرِهِ، ثُمَّ مَاتَ، فَاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ، وَمَلَائِكَةُ الْعَذَابِ، فَكَانَ إِلَى الْقَرْيَةِ الصَّالِحَةِ أَقْرَبَ مِنْهَا بِشِبْرٍ، فَجُعِلَ مِنْ أَهْلِهَا

    Dari Abi Said Alkhudri dari Nabi bersabda : ‘Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang telah membunuh 99 jiwa, lalu dia bertanya-tanya pada dirinya tentang apakah dia masih bisa bertaubat? lalu dia datang kepada seorang rohib (pendeta) dan bertanya padanya. Lalu pendeta tersbeut berkata padanya “tidak ada tobat bagimu” karena emosi dia lalu membunuh pendeta tadi hingga mati. Lalu dia dia tetapp ingin bertaubat dengan berdoa (lalu dia dapat petunjuk) lalu dia hendak pergi ke suatu desa yang isinya banyak orang-orang solih. Ketika dalam perjalanan dia lalu mati dengan kondisi badanya tersungkur kedepan. Bertengkarlah Malaikat Rohmat dan Malaikat Adzab (tentang bagaimana hokum matinya rojul ini). Ternyata rojul tadi mati dalam kondisi mendekati desa/pemukiman orang solih tadi sehingga Allahpun menerima tobatnya’
    HR. Bukhori

    dari kisah ini, Nabi tak melulu menjelaskan bab hukum atau ancaman siksa neraka namun seekali Nabi memberikan cerita/kisah tentang cerita orang zaman dulu. Tentunya metode cerita/kisah sangat digemari setiap murid baik yang muda maupun yang tua. Sama seperti Bapak Nur Hasan yang sering memberikan kisah/dongen kepada muridnya sebelum mengaji guna menggugah selera atensi murid.

    4. Membuat gambaran dan perumpamaan (المقارنة والقياس)

    Seperti hadis yang diriwayatkan oleh Akhun Bani fihrin

    واللَّهِ ما الدُّنْيا في الآخِرَةِ إلَّا مِثْلُ ما يَجْعَلُ أحَدُكُمْ إصْبَعَهُ هذِه، وأَشارَ يَحْيَى بالسَّبَّابَةِ، في اليَمِّ، فَلْيَنْظُرْ بمَ تَرْجِعُ؟

    Rosuluwllah bersabda : ‘Demi Allah tidaklah ada kenikmatan dunia jika dibandingkan akhirat hanyalah seperti saat jari kalian mencelupkan seperti ini’ Lalu Yahya isarah (memeragakan) dengan jarinya kedalam laut, maka lihatlah sebarapa banyak yang kembali (menempel pada jarinya)’
    HR. Bukhori

    Hadis di atas menceritakan bahwa Nabi betul-betul memberikan gambaran yang nyata dan dapat dengan mudah dipahami oleh sohabat. Yakni, Nabi menggambarkan kenikmatan dunia yang sangat sedikit dibandingkan kenikmatan akhirat yakni sebagaimana air laut yang menempel pada jari kita dengan luasnya laut sungguh sangat berbeda. Atau dalam kesempatan lain Rosul menggambarkan kebesaran nikmat Allah bagaikan langit dan dunia, karena memamg batas tertinggi  yang dapat dicapai akal manusia tentang besarnya sesuatu adalah langit dan bumi.

    5. Memberikan poin-poin yang mudah diingat (الستخدام والأرقام والعداد)

    Beriku hadis yang kami ambil

    عن أنسٍ رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ((ثلاثٌ من كن فيه وجد بهن حلاوة الإيمان، من كان الله ورسوله أحبَّ إليه مما سواهما، وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله، وأن يكره أن يعود في الكفر بعد أن أنقذه الله منه، كما يكره أن يقذف في النار))

    dari Annas Nabi bersabda : ‘ Ada 3 hal barang siapa yang ada 3 hal itu di dalam dirinya maka dia akan mendapatkan manisnya keimanan : 1. Orang yang menjadikan Allah dan Rosulnya sesutau yang paling dia cintai mengalahkan yang lain . 2. Dia mencintai seorang dengan lantaran mencari ridho Allah 3. Dia benci apabila disuruh kafir setalah Allah berikan hidayah sebagaimana dia benci apabila dibuang ke neraka’
    HR. Bukhori

    Dari cerita hadis di atas Nabi dalam mengajari sohabat tentang suatu yang penting nabi jelaskan secara bernmor dengan membuat poin-poin penting sehingga para sohabat lebih mudah memahami dan mengingatnya.

    6. Memberikan contoh (ذكر الأمثال)

    عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الأُتْرُجَّةِ؛ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ, وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ؛ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ لَا رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ, وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ مَثَلُ الرَّيْحَانَةِ؛ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ, وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ) 

    Dari Abi Musa berkata: Nabi bersabda ‘ perumpamaan orang Iman yang membaca Alquran itu bagaikan buah jeruk, wanginya harum dan rasanya enak. Perumpamaan orang Iman yang tidak (rutin) membaca Alquran bagaikan qurma yang tidka ada wanginya namun enak rasanya. Perumpamaan orang Munafik yang membaca Alquran bagaikan bunga yang wanginya harum namun rasanya pahit. Perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Alquran bagaikan buah handholah (semacam pare) tikda ada wanginya dan rasanya pahit.
    HR. Bukhori

    Dengan memberikan contoh pada benda/wujud yang sederhana dan mudah dijumpai sehari-hari itu, Nabi membuat perumapaan yang mudah diingat sehinga sohabat dapat lebih mantab dalam mengamalkanya.

    7. Tanya jawab (السوأل والجواب)

    عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ – رضي الله عنه – قَالَ: كُنْتُ رِدْفَ رَسُولِ اللّهِ صلى الله عليه و سلم عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ. قَالَ: فَقَالَ: يَا مُعَاذُ! أَتَدْرِي مَا حَقُّ اللّهِ عَلَى الْعِبَادِ وما حقُّ العبادِ عَلَى الله؟ قَالَ قُلْتُ: الله وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: «فَإِنَّ حَقَّ اللّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوا اللّهِ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئاً. وَحَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ لاَ يُعَذِّبَ مَنْ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئاً»

    Dari Muads bin jabal berkata : ‘saat itu aku menjadi goncengannya Rosul dia atas Himar (keledai) yang diberi nama Uqoir. Lalu Nabi bersabda pada ku : ‘Hai Muadza, taukah kamu apa haknya Allah kepada hamba dan haknya hamba kepada Allah?’ Aku menjawab : ‘Allah dan rosulnya yang tahu’. Nabi menjawab ; ‘Sesungguhnya haknya Allah terhadap hambanya ialah bahwa Allah disembah dan tidak boleh sedikitpun disekutukan. Sedangkan haknya hamba terhadap Allah adalah Allah tidak akan menyiksa hambanya yang berbuat syirik kepadanya.’
    HR. Bukhori

    Dengan metode tanya jawab inilah membuat suasana diksui hidup. Nabi yang saat itu sedang naik himar bersama Muadz agar suasana perjalanan hidup Nabi mengadakan sesi tanya jawab kepada Muadza.

    8. Memeragakan (العرض والتقديم)

     أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم ‏”‏ هَلْ تَدْرُونَ مَا هَذِهِ وَمَا هَذِهِ ‏”‏ ‏.‏ وَرَمَى بِحَصَاتَيْنِ ‏.‏ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ ‏.‏ قَالَ ‏”‏ هَذَاكَ الأَمَلُ وَهَذَاكَ الأَجَلُ ‏”

    Abdullah bin Buroidah telah mengakabarkan dari ayahnya bahwa suatu saat Nabi bersabda : ‘Adakah kalian tahu apa ini dan apa ini’, lalu Nabi melempar dua batu kerikil. Mereka sohabat berkata : ‘Allah dan rosulnya yag lebih tahu’. Nabi bersabda : ‘batu yang ini adlaah angan-anagan dan yang ini adalah kematian’
    HR. Tirmidizi

    Dari hadis di atas Nabi menggambarkan dengan memeragakanya secara langsung bawha angan-angan manusia dan ajalnya itu saling mengejar , yang intinya Nabi menekankan bahwa sampai manusia pun mati angan-aganya belum selesai.

    Alhamdulillah segala puji bagi Allah dzat yang telah memberikan keluasan kepada Rosulnya sehingga dapat menayampaikan risalahnya dengan bahsadan pitutur yang santun, ringkes, dan mudah di pahami. Selanjutnya kita sebagai generus yang akan meneruskan kemurnian Quran Hadist mair, dapat kita gunakan cara seperti Nabi untuk memberikan pemahaman ilmu Quran Hadist dengan ringkes, mudah, dan gampang difahami sehingga dapat dengan mudah diambil hikmah atas izin Allah.

    Jazza KumullahunKhoiro

    السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

    Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

    Hai

    Klik Kontak Whatsapp Di Bawah Ini Untuk Mulai Mengobrol

    Pemilik Cak Akbar
    +6282136116115
    Call us to +6282136116115 from 0:00hs a 24:00hs
    Hai, ada yang bisa saya bantu?
    ×
    Tanya Kami