√ Air Yang Memadamkan Api (Solusi Normatif Islam atas Kemiskinan) - Cak Akbar

Air Yang Memadamkan Api (Solusi Normatif Islam atas Kemiskinan)

Daftar Isi [Tampil]


    Tulisan ini saya kembangkan sewaktu saya memperdalam ilmu tafsir hadis beberapa tahun silam pondok pesantren Kutubusittah di Yogyakarta. Pada waktu itu guru kami tengah membacakan dalil,

     وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ 

    Secara arti ialah, Shodaqoh itu dapat menghilangkan (menghapus) kejelekan sebagaimana menghapusnya air terhadap api. Sekilas, dalil tersebut merupakan fadhilah(keutamaan ibadah) bagi orang yang beramal. Pada waktu itu guru juga menerangkan fadhillahnya dari sisi penerima shodaqoh itu yakni dia menjadi berkecukupan sehingga tidak meminta-minta dan kebutuhan dasarnya telah terpenuhi.

    Setelah kajian usai saya cukup merenungkan hikmah apa yang dapat diambil dari kisah hadist tersebut? Alhamdulillah atas izin Allah selepas saya mempelajari ekonomi kemiskinan di kampus, saya lebih dapat memahami hikmah dari hadist tersebut. waktu itu dosen saya menjelaskan bab kemiskinan. Saat itu beliau mengkritisi kebijakan pemerintah di masa lampau tentang BLT (Bantuan Langsung Tunai) dimana masyarakat yang berhak menerimanya ialah masyarakat yang secara agregat (total) memiliki pengeluaran sebesar 400 ribu perbulan (lebih kurangnya) akan diberikan santunan sebesar 300 sampai 400 ribu. Setelah kebijakan itu dilaksanakan sekilas beberapa bulan terjadi penurunan tingkat kemiskinan, namun setelah kebijakan itu dihentikan tingkat kemiskinan naik kembali.

    Kemudian seperti ada insight saya jadi teringat dalil di sebelumnya itu, bahwa shodaqoh itu bagaikan air yang menghapus (memadamkan) api. Kemudian saya menganalogikan, ketika terjadi kemiskinan maka menandakan adanya kobaran api yang harus segera dipadamkan. Ketika ada api yang berkobar maka air haruslah tanggap mencari api itu bukan api yang mencari air. Selanjutnya, ketika terjadi kobaran api orang yang memadamkan api itu, air tersebut haruslah memadamkan pada titik apinya. Apa yang terjadi jika tidak dipadamkan pada titik apinya? sekilas apinya mulai beringsut – ingsut padam, namun jika tidak dipadamkan sampai tuntas sampai pada titiknya bisa jadi api tersebut kembali berkobar.

    Kemudian saya ingat sekali nasehat guru-guru saya tentang 4 roda berputar dalam kehidupan di antaranya,

    1. Yang bisa supaya mengajari yang tidak bisa, dan yang tidak bisa karena dia tidak bisa harus sabar dan rihdo untuk diajari.
    2. Yang lupa supaya diingatkan.
    3. Yang kuat supaya membantu yang lemah
    4. Yang salah supaya diingatkan, dinasehati yang baik kemudian diarahkan pada yang benar lalu dituntun untuk bertaubat kepada Allah.

    Dapat kita lihat, bahwa yang kuat harus membantu yang lemah. Artinya, yang punya kekuatan (kemampuan) harus tanggap (peka) membantu yang lemah, jangan justru sebaliknya yang lemah minta bantuan kepada yang kuat. Itulah mengapa baginda Nabi Muhammad ﷺ pernah bersabda,

    إِنَّمَا الدُّنْيَا لِأَرْبَعَةِ نَفَرٍ : عَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَعِلْمًا فَهُوَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ وَيَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا فَهَذَا بِأَفْضَلِ الْمَنَازِلِ

    “Dunia itu untuk 4 jenis hamba: Yang pertama, hamba yang diberikan rizqi oleh Allah serta kepahaman terhadap ilmu agama. Ia bertaqwa kepada Allah dalam menggunakan hartanya dan ia gunakan untuk menyambung silaturahim. Dan ia menyadari terdapat hak Allah pada hartanya. Maka inilah kedudukan hamba yang paling baik… (Alhadist)”
    HR. Attirmidzi

    Lebih lanjut lagi Nabi pernah mengingatkan akan pentingnya ketakwaan yang harus dimiliki setiap mukmin, termasuk ketika tergolong yang berharta banyak (aghnia). karena ketika dia takwa maka dia akan sadar akan hak-hak orang lain yang harus ia berikan.

    Selanjutnya bagaimana kita menyikapi seputar shodaqoh/infaq kita? Dulu saya punya guru bernama pak Beno yang panggilan akrabnya kami memanggil Mr. Ben. Ada satu nasehatnya yang paling saya ingat. Waktu itu beliau berkata,

    Give the fishhook betehr than give the fish


    Dari situ saya memahami, jika kita ingin bersodakoh dan ingin memaksimalkan maslahah dari shodaqoh kita maka berikanlah shodaqoh yang produktif. Seperti quote dari pak Ben tadi, ketika kita hanya memberikan dia ikan maka habislah ikan itu sekali atau dua kali makan. Namun jika kita memberikanya kail pancing, dia bisa lebih produktif bisa memancing dan mendapatkan ikan yang lebih banyak secara berdikari. Bahkan boleh jadi hasil tangkapanya lebih dan bisa ia jual dan untuk membeli keperluan yang lain. Bahkan saat semula dia dalam keadaan fakir atas izin Allah bisa jadi dia menjadi kaya.

    Selain itu jug ada kisah dari ulama abad pertengahan bernama Abu Hanifa yang saat itu beliau juga seorang suadagar kaya. Suatu saat dia didatangi seorang perempuan tua yang menjajakan kain hasil tenunanya kepada Abu Hanifa. Melihat perempuan paruh baya yang menjajakan kain untuknya, hampir saja Abu Hanifa ingin bershodaqoh kepada wanita itu dan tidak mengambil kain buatanya. Namun apa yang terjadi? Abu Hanifa berkata pada wanita itu “wahai ibu, tawarkanlah dulu kain mu ini ke pasar, setelah engkau mendapatkan harga penawaran yang tinggi maka datanglah kepada ku”. Setelah wanita paruh baya tersebut menjalani petunjuk dari Abu Hanifa, dia kembali mendatangi Abu Hanifa seraya berkata “wahai tuan, di pasar tadi ada yang menawar kain ku seharga 20 dinar” Abu Hanifa menjawab “Baiklah, jika begitu kainmu akan saya beli seharaga 40 dinar”

    Dapat kita perhatikan, sejatinya Abu Hanfa sangat mampu untuk memberikan ibu itu shodaqoh tanpa mengambil kainya, namun Abu Hanifa ingin wanita tadi menjadi produktif. Bayangkan, jika Abu Hanifa yang memberinya shodaqoh boleh jadi wanita tadi merasa nyaman menjadi orang yang menerima shodaqoh, karena dia beranggapan dengan di shodaqohkan saja sudah bisa cukup tanpa harus bekerja. Namun ketika dia (Abu Hanifa) membeli hasi kerja wanita tadi, sekalipun secara nilai harganya tidak semahal itu. Akibatnya perempuan tadi dapat lebih termotivasi untuk produktif dan menghasilkan kain-kain lainya yang lebih berkualitas. Dia menjual kain segitu saja dibayar segitu, apalagi jika membuat kain yang lebih bagus? itulah hikmah daripada shodaqoh itu menghapus air.

    Pada hakikatnya semua shodaqoh itu baik kepada siapapun. jadi tidak ada istilah salah sasaran dalam bershodaqoh, simaklah sabda Nabi Muhammad ﷺ berikut ini,

    أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَالَ رَجُلٌ لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ فَوَضَعَهَا فِي يَدِ سَارِقٍ فَأَصْبَحُوا يَتَحَدَّثُونَ تُصُدِّقَ عَلَى سَارِقٍ فَقَالَ اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ فَوَضَعَهَا فِي يَدَيْ زَانِيَةٍ فَأَصْبَحُوا يَتَحَدَّثُونَ تُصُدِّقَ اللَّيْلَةَ عَلَى زَانِيَةٍ فَقَالَ اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ عَلَى زَانِيَةٍ لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ فَوَضَعَهَا فِي يَدَيْ غَنِيٍّ فَأَصْبَحُوا يَتَحَدَّثُونَ تُصُدِّقَ عَلَى غَنِيٍّ فَقَالَ اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ عَلَى سَارِقٍ وَعَلَى زَانِيَةٍ وَعَلَى غَنِيٍّ فَأُتِيَ فَقِيلَ لَهُ أَمَّا صَدَقَتُكَ عَلَى سَارِقٍ فَلَعَلَّهُ أَنْ يَسْتَعِفَّ عَنْ سَرِقَتِهِ وَأَمَّا الزَّانِيَةُ فَلَعَلَّهَا أَنْ تَسْتَعِفَّ عَنْ زِنَاهَا وَأَمَّا الْغَنِيُّ فَلَعَلَّهُ يَعْتَبِرُ فَيُنْفِقُ مِمَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ

    Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam berkata,: “Ada seorang laki-laki berkata,: Aku pasti akan bershadaqah. Lalu dia keluar dengan membawa shadaqahnya dan ternyata jatuh ke tangan seorang pencuri. Keesokan paginya orang-orang ramai membicarakan bahwa dia telah memberikan shadaqahnya kepada seorang pencuri. Mendengar hal itu orang itu berkata,: “Ya Allah segala puji bagiMu, aku pasti akan bershadaqah lagi”. Kemudian dia keluar dengan membawa shadaqahnya lalu ternyata jatuh ke tangan seorang pezina. Keesokan paginya orang-orang ramai membicarakan bahwa dia tadi malam memberikan shadaqahnya kepada seorang pezina. Maka orang itu berkata, lagi: Ya Allah segala puji bagiMu, (ternyata shadaqahku jatuh) kepada seorang pezina, aku pasti akan bershadaqah lagi. Kemudian dia keluar lagi dengan membawa shadaqahnya lalu ternyata jatuh ke tangan seorang yang kaya. Keesokan paginya orang-orang kembali ramai membicarakan bahwa dia memberikan shadaqahnya kepada seorang yang kaya. Maka orang itu berkata,: Ya Allah segala puji bagiMu, (ternyata shadaqahku jatuh) kepada seorang pencuri, pezina, dan orang kaya. Setelah itu orang tadi bermimpi dan dikatakan padanya: “Adapun shadaqah kamu kepada pencuri, mudah-mudahan dapat mencegah si pencuri dari perbuatannya, sedangkan shadaqah kamu kepada pezina, mudah-mudahan dapat mencegahnya berbuat zina kembali dan shadaqah kamu kepada orang yang kaya mudah-mudahan dapat memberikan pelajaran baginya agar menginfaqkan harta yang diberikan Allah kepadanya”

    HR. Bukhori

    Namun alangkah baiknya jika shodaqoh yang kita berikan mampu membuat seorang menjadi cukup dalam berkebutuhan, sehingga ketika kebutuhan dasar manusia sudah tercukupi mereka akan mengaktualisasikan diri mereka menjadi insan yang lebih bermanfaat. 

    Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

    Hai

    Klik Kontak Whatsapp Di Bawah Ini Untuk Mulai Mengobrol

    Pemilik Cak Akbar
    +6282136116115
    Call us to +6282136116115 from 0:00hs a 24:00hs
    Hai, ada yang bisa saya bantu?
    ×
    Tanya Kami