Renungan Semut
Saudaraku, renungan ini saya dapatkan saat mengamati kawanan semut yang tengah mengerubuni segumpal madu yang menggenang disudut sebuah ruangan saat kami menjalani serangkaian tes untuk mendapatkan ijazah sebagai seorang Mubaligh di Kediri. Saat itu ada seekor semut yang menemukan madu itu, mulanya madu tersebut hanya dia endus namun setelah itu dia beranjak pergi.
Kepergianya tersebut ternyata mengundnag kawanan semut lainya untuk ikut mengerubungi gumpalan madu tersebut sehingga gumpalan madu tersebut telah ramai dikerumuni semut. Saat menemukan sumber kenikmatan itu kawanan semut tersebut saling dorong mendorong, ada pula yang berusaha mengambil hingga sampai terjebak dalam gumpalan madu tersebut dan akhirnya dia mati tenggelam dalam gumpalan madu tersebut.
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَسْتَحْىِۦٓ أَن يَضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ ۖ وَأَمَّا ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ فَيَقُولُونَ مَاذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهِۦ كَثِيرًا وَيَهْدِى بِهِۦ كَثِيرًا ۚ وَمَا يُضِلُّ بِهِۦٓ إِلَّا ٱلْفَٰسِقِينَ
“Sesungguhnya Allah tidaklah malu (segan) membuat gambaran semisal nyamuk atau semisala apapun di bawahnya (lebih rendah). Adapu orang – orang yang beriman mengetahui bahwasanya hal itu hak (ada maksud dan tujuan) dari Allah. Sedangkan orang – orang kafir mengatakan “Apa maksud Allah menjadikan hal ini sebagai perumpamaan” lantaran perumpamaan tersebut banyak yang Allah tunjukan namun banyak pula yang Allah sesatkan. Tidak ada orang yang tersesat (tidak bisa memahami) perumpamaan tersebut kecuali orang yang fasik”
QS : Albaqoroh ayat : 26
وَلَقَدْ ضَرَبْنَا لِلنَّاسِ فِى هَٰذَا ٱلْقُرْءَانِ مِن كُلِّ مَثَلٍ لَّعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Sesungguhnya kami Allah telah menjadikan bagi manusia berbagai macam perumpamaan di dalam Alquran ini agar mereka dapat mengambil peringatan”
QS : Az-zukhruf ayat : 57
Subehanallah betapa indahnya Allah menciptakan kode – kode alam yang terselubung dalam ciptaan-NYA agar manusia senantiasa dapat mengambil pelajaran. Wahai saudaraku dari sebuah perumpamaan semut kecil hamba Allah ini dapat kita renungkan sebuah perumpamaan dirikita dengan dunia ini, Nabi Muhammad ﷺ bersabda
إنَّ الدُّنيا حلوةٌ خَضِرة، وإنَّ الله مُستخلفكم فيها، فينظر كيف تعملُون؟ فاتقوا الدُّنيا، واتَّقُوا النِّساء؛ فإنَّ أوَّل فِتنة بني إسرائيل كانت في النِّساء
“Sesungguhnya dunia itu hijau (menyenangkan bila dipandang) dan manis (nikmat bila dirasakan), Sesungguhnya Allah dzat yang mencoba (keimanan) kalian di dalam urusan dunia, maka Allah akan melihat bagaimana amalan kalian? Takutlah (hati – hatilah) terhadap dunia dan berhati – hatilah terhadap urusan wanita. Sesungguhnya penyebab utama rusaknya Bani Israil ialah karena (tidak hati – hati) wanita”
HR : Muslim
Cerminan Manusia
Bila kita amati saudaraku ekspresi semut yang saling dorong mendorong sesamanya dalam berebut mendapatkan madu menggambarkan corak manusia yang tekadang tamak dalam mengejar harta dunia,
لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِىَ وَادِيًا مَلأً مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا ، وَلَوْ أُعْطِىَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا ، وَلاَ يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
“Seandainya anak adam (manusia) diberikan sebuah jurang yang berisi sepenuh emas maka menyenangkan baginya jika diberi jurang (sepenuh emas) yang kedua. seandainya dia diberikan jurang (sepenuh emas) yang kedua maka menyenangkan baginya jika diberi (jurang emas) yang ketiga. Tidak ada yang bisa menahan isi perutnya kecuali tanah (kematian). Allah menerima taubat pada orang yang bertaubat”
HR : Bukhori
tak jarang dalam proses perbutan harta dunia tersebut terdapat saling sikut menyikut sesama manusia tanpa memperdulikan siapa yang dia singkirkan entah itu saudaranya atau bukan. Bahkan Rosullalwah ﷺ pernah menggambarkan orang yang sangat tamak dalam urusan duniawai lebih mengerikan daripada serigala yang kelaparan
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلَا فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ
“Dua serigala yang dalam keadaan lapar dilepaskan pada kawanan kambing itu tidaklah terlalu merusak daripada seseorang yang sangat ambisius dalam urusan harta (dunia) dan kehormatan agamanya”
HR: Tirmidzi
betapa mengerikanya seseorang apabila yang berada di hadapanya hanyalah harta, harta, dan harta bahkan serigala yang kondisinya sangat lapar ketika dilepaskan tentu akan membabi buta terhadap apapun yang ada di hadapanya, itu saja oleh Nabi tidak ada apa – apanya dibandingkan seseorang yang sangat ambisius terhadap harta dunia. Apapun halangan yang ada di depan pastilah akan dia trobos entah apapun dampaknya yang penting dia untung, dia kaya, hartanya melimpah tanpa memperdulikan dampak yang dia akibatkan. Tentu 14 abad silam hal tersebut sudah disampaikan oleh Nabi agung Muhammad ﷺ
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ
“Niscaya akan datang suatu zaman pada mansia dimana mereka sudah tidak perduli memperhatikan dari harta yang dia dapatkan apakah dari yang halal ataukah dari yang haram”
HR : Bukhori
Orang – orang yang tidak percaya atas datangnya hari akhir akan mencari pembenaran “yang haram saja susah didapat apalagi mencari yang haram” Naudubillahi min dzalik. Namun sebagai orang Iman harusnya memiliki prinsip teguh memagang pada kehalalan dengan mengatakan “yang halal saja banyak untuk apa mencari yang haram” Allah yang maha memberi rizeki telah menghamparkan bumi dan langit seluas ini tentunya manusia tidaklah kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selama tidak sampai isrof (berlebihan) selagi kita berusaha mencari yang halal dan berharap ridho Allah insya Allah jalan ibadah selalu terbuka lebar bagi hambanya yang bertaqwa,
إِنَّهُۥ مَن يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ ٱلْمُحْسِنِينَ… الأية
“Bahwasanya barang siapa yang bersabar lagi bertakwa sesungguhnya Allah tidak akan menyianyiakan pahalanya orang yang berbuat baik”
QS : Yusuf ayat : 90
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Adapun orang – orang yang mempersungguh di dalam (agama) kami Allah niscaya akan kami tunjukan jalanya (untuk dapat menggapainya). Sesungguhnya Allah niscaya bersama orang yang berbuat baik”
QS : Alankbut ayat 69
Kenikmatan Yang Menipu
Kembali kita merenungi kisah kawanan semut tersebut yang berebut mendapatkan madu, kita lihat dalam kehidupan keseharian kita manusia yang begitu ambisius dalam mengejar harta dunia tanpa dasar ilmu dan iman tentu akan menjadi gila harta, bagaikan meminum air gula dahaganya tak kunjung sirna semakin lama dia meminumnya semakin dia merasa haus begitu seterusnya tanpa henti hingga ajal yang menghentikanya, saudaraku mari sejenak kita simak pesan dari Allah
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ… الأية
“Dan tidaklah ada kehidupan dunia melainkan kesenangan yang menipu”
QS: Ali Imron ayat : 185
Saudaraku itulah kenikmatan dunia yang selalu menipu. Sebagai gambaran, kita amati seseorang ketika merasakan lapar yang berat betapa berharapnya dia akan segera dapat melahap sebuah makanan, begitu makanan tersaji sesegera saja makanan tersebut dilahap dengan nikmat namun apa setelah itu? dia merasa lapar lagi lalu ingin makan lagi seperti itulah siklus kehidupan dunia yang tak pernah berujung. Sepanjang peradaban manusia telah banyak kita saksikan dalam cerita – cerita sejarah akan ketamakan manusia atas harta sehingga saling menjajah sana, menjajah sini menjadikan daerah jajahan menjadi budak hanya untuk memenuhi kepuasan koloni yang menjajah sehingga terbelenggulah kebebasan rakyatnya atas tanahnya sendiri bahkan menjadi budak di tanah airnya sendiri
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah tampak kerusakan di atas permukaan darat dan lautan lantaran perbuatan tangan – tangan manusia (adanya) hal demikan agar Allah memberikan rasa (siksa) atas akibat sebgian mereka yang mengerjakanya agar mereka kembali (bertaubat)”
QS : Arrum ayat : 41
Dasar Yang Harus Dimiliki
Maka sebagai hamba Allah yang beriman tidaklah perlu menunggu datangnya peringatan Allah baru melaksanankan taubat, namun segeralah tersasadar segeralah bertaubat sebelum taubat itu sendiri tidak diterima oleh Allah. Saudaraku Islam adalah agama yang adil Islam mengajarkan kita akan kebebasan namun dengan sikap penuh tanggung jawab (free with responsibility) artinya segala perbuatan yang akan kita kerjakan akan ada konsekuensi yang akan kita tanggung masing – masing bilamana amal baik yang kita kerjakan maka pahalalah yang kita rasakan, sebaliknya jika amal buruk yang kita kerjakan maka dosa dan ancaman Allah lah yang segera menghempari kita Naudubillahi mindzalik. Islam memperbolehkan kita menjadi apapun selama hal itu tidak bertentangan dengan hukum dan prinsip Islam termasuk dalam mengejar harta dunia. Menjadi kaya itu boleh asalkan kita menjadi orang yang bertakwa.
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى … الحدث
“Tidaklah berbahaya (boleh) menjadi orang yang kaya bagi orang yang bertakwa”
HR : Ibnu Majjah
Saudaraku ketika seseorang memiliki dasar ketakwaan menjadi seperti apapun hakikatnya tidak akan pernah membahayakan (merusak) hidupnya sekalipun dia menjadi orang yang miskin (misal) dengan dia memiliki fondasi ketakwaan maka kemiskinan tersebut tidak akan merusaknya seperti tidak mencuri, menjadikan meminta – meminta sebagai profesi justru dia akan lebih banyak taqorub (mendekat) kepada Allah dengan selalu bersyukur karena sejatinya orang miskin yang sejati itu bukan orang yang dalam keadaan miskin menjadikan dalil pembenaran baginya untuk meminta – minta, melainkan dia bisa terjada dari minta – mintanya itu. Kita simak pengertian sejati atas keadaan miskin dari baginda Nabi Muhammad ﷺ
لَيْسَ المِسْكِينُ الَّذِي تَرُدُّهُ الأُكْلَةَ وَالأُكْلَتَانِ، وَلَكِنِ المِسْكِينُ الَّذِي لَيْسَ لَهُ غِنًى، وَيَسْتَحْيِي أَوْ لاَ يَسْأَلُ النَّاسَ إِلْحَافًا
“Bukanlah dikatakan orang miskin yaitu orang yang dia berkeliling atas manusia dan meminta sekali makanan dan dua kali makanan (dia terus-terusan meminta) akan tetapi yang dikatakan orang miskin itu ketika dia tidak menjumpai pada kecukupan namun dia malu meminta pada manusia atau dia tidak meminta pada manusia dengan melewati batas[1]”
Maka sungguhlah beruntung bagi sesroang tatkala dia menjadi orang Islam lagi bertakwa maka seperti apapun kondisi hidupnya dia selalu bisa narimo ing pandum yakni sebuah istilah Jawa yang menggambarkan bentuk pasrah atas pemberian Allah setelah melalui serangkaian proses usaha.
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ هُدِيَ إِلَى الْإِسْلَامِ , وَرُزِقَ الْكَفَافَ وَقَنَعَ بِهِ
“Sungguh beruntung orang yang ditunjukan bisa menetapi agama Islam dan dia diberikan rizeki yang cukup lantas dia bisa menirma atas pemberian rizeki itu”
HR : Ibnu Majjah
Sebaliknya menjadi orang kaya akan harta dunia ketika dia memiliki hati yang takwa maka dia akan mutawarri’ atas kekayaannya tidak tamak dalam menumpuk – numpuk harta kekayaanya, bisa mengertia kewajibanya untuk selalu shodaqoh dan infaq sebab orang kaya yang bertakwa meyakini bahwa sebanyak apapun harta yang ia miliki sejatinya ialah titipan yang suatu saat akan kembali pada yang memberikan titipan itu (Allah).
Sehingga dia tidak menjadikan harta dunia sebagai nyawa tunggalnya melainkan sebagai salah satu instrumen yang dia miliki untuk menunjang keberhasilanya dalam beribadah kepada Allah sehingga harta yang dia miliki disamping didapat dari sumber dan proses yang halal juga dibelanjakan dengan jalan yang Allah ridhoi. Mari kita simak sejenak nasehat dari ulama Ibnu Alqoyyim Rahimahuallah,
فَمَتَى كَانَ الْمَال فِيْ يَدِكَ وَلَيْسَ فِيْ قَلْبِكَ لَمْ يَضُرُّكَ وَلَوْ كَثُرَ ، وَمَتَى كَانَ فِيْ قَلْبِكَ ضَرُّكَ وَلَوْ لَم يَكُنْ فِي يَدَكَ مِنْهٌ شَيْء
“Maka ketika harta dunia itu (hanya) ada dalam tanganmu (tidak menguasai dirimu) maka harta tersebut tidak akan merusakmu walaupun harta itu banyak, sebaliknya ketika harta itu ada pada hatimu (menguasai dirimu) maka hal itu akan merusakmu sekalipun harta itu tidak ada sedikitpun ditanganmu”
Menyikapi Gejolak Dunia
Lantas bagaiman sikap kita menghadapi gejolak dunia yang tidak akan pernah memuaskan ini? menurut hemat saya setidaknya ada tiga tahapan yang harus kita lakukan yakni,
1. Memahami bahwa kenikmatan dunia ini hanyalah kenikmatan yang kecil. dimata Allah jadi kita sebagai manusia patutnya menganggap bersikaplah seperti anjuran dari Allah
قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَىٰ… الأية … الأية
“Katakanlah Muhammad bahwa dunia itu hanyalah kesenangan yang sedikit sedangkan akhirat lebih baik bagi orang yang bertakwa”
QS: Annisa ayat: 77
لَوْ كَانَت الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّه جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْها شَرْبَةَ مَاءٍ
“Seandainya (harga) dunia itu membandingi (harga) sebelah sayap nyamuk di sisi Allah (niscaya) Orang kafir tidak akan diberikan setetespun air dari dunia”
HR : Tirmidzi
وَاللَّهِ مَا الدُّنْيَا فِى الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هَذِهِ – وَأَشَارَ يَحْيَى بِالسَّبَّابَةِ – فِى الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ
“Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari kamu yang mencelupkan jari tanganya ini –perawi bernama Yahya menunjuk jari telunjuk– ke lautan, lalu hendaklah dia perhatikan apa yang didapat pada jari tanganya”
HR : Muslim
Dari beberapa dalil di atas tersebut menandakan bahwa dunia ini di sisi Allah sangatlah hina dan tidak ada harganya, walaupun toh ada harganya sebelah sayap nyamuk saja orang kafir tidak akan diberi air minum setetespun. Hal ini menunjukan berhubung dunia ini (sangat) tidak ada harganya di sisi Allah maka Allah meng-obral dunia ini untuk siapa saja yang menghendaki harta dunia daripada akhirat. Tentunya hamba Alllah yang beriman tidak akan tamak akan urusan seperti ini sebab orang yang beriman telah Allah anugerahkan sebuah pemberian yang maha dahsyat yakni Alkuranul karim. Ketika seseorang diberikan pemahaman atas Alquran sungguh dia telah diberikan pemberian yang hebat.
یُؤْتِی الْحِکْمَةَ مَنْ یَشاءُ وَ مَنْ یُؤْتَ الْحِکْمَةَ فَقَدْ أُوتِیَ خَیْراً کَثیراً
“Allah memberikan hikamh (pemahaman atas Alquran) kepada hamba yang Allah kehendaki maka barang siapa yang diberikan hikmah oleh Allah maka sungguh dia diberikan kebaikan yang banyak”
QS : Albaqoroh ayat : 269
Maka ketika orang iman dapat memahami eksistensinya pada dunia ini seharusnya dia lebih bisa zuhud dalam menyikapi urusan dunia yang serba fana ini.
2. Bersikaplah hati – hati dalam mengejar urusan dunia. sebagaiman yang telah dijelaskan di muka tentang perumpamaan semut yang tenggelam dalam genangan madu menunjukan kecerobohan dan ketidak hati-hatian dalam menyikapi dunia. Sebagai orang yang beriman harusla memiliki sifat zuhud yakni mengambil sedikit dalam urusan dunia. Sekalipun dia kaya raya secara ukuran harta namun ketika porsi waktu hidupnya banyak dihabiskan dalam hal kebajikan itulah yang dinamakan orang yang zuhud. Zuhud tidak selamanya bermakna sederhana atau miskin dalam urusan dunia. Jika hidup miskin dan sederhana merupakan kondisi/keadaan maka bersikap zuhud merupkan pilihan. Kita amati kisah kehidupan sohabat terdahulu seperti Utsman bin Affan yang sekalipun dia orang yang sangat tersohor kekayaanya pada masa itu namun dalam bersikap dia mencerminkan sikap zuhud yakni, lebih menomor satukan urusan Allah dibandingkan urusan dunia. Bahkan Allah l tidak suka dan mengancam kepada orang Iman yang sangat sibuk dengan urusan dunia hingga lupa akan berjihad di jalan Allah,
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Katakanlah Muhammad kepada orang – orang Iman jika (dalam perkara) bapak – bapak kalian, anak – anak kalian, saudara – saudara kalian, isteri – isteri kalian, keluarga kalian, harta yang kalian urusi, dan perdagangan yang kalian khawatirkan ruginya itu lebih kalian senangi daripada Allah dan Rosul-NYA serta berjihad di jalan-NYA? Maka tunggulah hingga Allah mendatangkan perkara-NYA dan Allah tidaklah menunjukan pada kaum yang fasik (tidak melaksanakan ketaatan)”
QS: Attaubat ayat: 24
3. Memperbanyak berdoa agar Allah senantiasa memberikan kecukupan kepada kita. Disamping ikhtiyar lahiriyah yang sudah kita tempuh dengan memposisikan diri pada poin 1 dan 2 maka peran doa sebagai senjata pamungkasnya orang Iman janganlah sampai ditinggalkan. Nabi telah mengajarkan doa – doa yang dapat kita panjatkan agar dirikita selalu terbebas dari jeratan sifat tamak akan dunia dan bisa narimo ing pandum terhadap pemberian Allah atas usaha optimal yang telah kita kerjakan. Nabi Muhammad ﷺ mengajarkan doa,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ، ومِنْ دُعَاءٍ لاَ يُسْمَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ، وَمِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَؤُلاَءِ الأَرْبَعِ
“Ya Allah aku berlindung kepadamu dari hati yang tidak khusyuk, dari doa yang tidak didengarkan, dari diri yang tidak pernah kenyang, dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan aku berlindung dari ke-4 hal itu”
HR: Tirmidzi
Segala puji bagi Allah dzat yang telah menjadikan bagi jin dan manusia jalan untuk dapat senantiasa menjadi pribadi yang lebih baik, namun sayang banyak diantara mereka yang berpaling dari peringatanya. Sebagai orang yang beriman ialah orang yang selalu haus akan berbuat kebaikan hingga ajal yang menghentikannya semoga Allah l memberikan rahmat dan ampunan-NYA.
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
_______________________________________________________________________________
[1] Dari penjelasan guru saya pengertian “berlebihan” disini dalam terminologi Jawa disebut mblubuk atau terlalu sering meminta – minta (tidak tahu malu) atau tidak prawiro.