السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
5 Tahapan Kehidupan Manusia
Sebagai seorang manusia, kita telah ditakdirkan oleh Allah sebagai makhluk yang berproses. Tahapan dalam kehidupan manusia merupakan sebuah suatu fase yang memiliki makna pada kehidupan manusia. Pada tahapan anak – anak ialah fase dalam hidup manusia dimana mereka masih lugu dan kagum atas keindahan dunia ini. Pada tahapan orang tua dimana manusia mulai bijak dalam melangkah dan mengambil keputusan yang terkadangpun pada tahapan ini tidak semua manusia dapat bertindak demikian. Sebagaimana firman Allah
لَتَرْكَبُنَّ طَبَقًا عَن طَبَقٍ
“Niscaya bertingkat – tingkat kalian (manusia) pada tingkatan dari tingkatan yang lain”
QS : Alinsyiqoq ayat : 19
Secara umum tahapan kehidupan manusia menjalani atas 5 tahapan kehidupan yang secara umum dilalui manusia yakni; tahapan anak kecil (مَرْحَلَةُ الطِفْلِ), tahapan pemuda (مَرْحَلَةُ الشَّابَابِ), tahapan dewasa/tua (مَرْحَلَةُ الأَشُدّةِ/الكُهٌوْلَةِ), tahapan tua renta (مَرْحَلَةُ الشَّيْخُوْخَةِ), dan tahapan hinanya umur (مَرْحَلَةُ اَرْذَلِ الْعُمُرِ). Sebagaimana firman Allah SWT.
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۖ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
“Allah adalah dzat yang telah menciptakan kalian dari keadaan lemah kemudian Allah menjadikan kalian setelah keadaan lemah menjadi kuat kemudian Allah menjadikan setelah keadaan lemah menjadi keadaan lemah dan beruban. Allah menciptakan apapun yang Allah kehendaki. Allah maha mengetahui lagi maha menguasai”
QS : Arrum ayat : 54
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ ثُمَّ يَتَوَفَّاكُمْ ۚ وَمِنكُم مَّن يُرَدُّ إِلَىٰ أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْ لَا يَعْلَمَ بَعْدَ عِلْمٍ شَيْئًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ قَدِيرٌ
“Allah adalah dzat yang telah menciptakan kalian kemudian mewafatkan kalian, dan sebagian dari kalian dan sebagian dari kalian ada yang dikembalikan pada hinanya umur (tua renta) supaya kalian tidak mengetahui sedikitpun (menjadi pikun) sesungguhnya Allah maha mengetahuo lagi maha kuasa”
QS : Annahl ayat 70
Pada tulisan ini kami akan lebih menceritakan tahapan hidup manusia sebagai insan yang terus berporses dalam tinjauan Alquran dan Alhadist, mengingat tujuan Allah menciptakan manusia sebagai kholifah di muka bumi ialah untuk beribadah.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Tidaklah aku Allah menciptakan Jin dan Manusia melainkan untuk beribadah kepada ku”
QS: Adhariyat ayat 56
Berikut penjelasan tentang kelima tahapan kehidupan manusia,
Tahapan Anak Kecil (مَرْحَلَةُ الطِفْلِ)
Setiap anak yang terlahir dimuka bumi dalam keadaan fitrah (suci) ibarat anak kecil bagaikan kertas putih bening yang belum terisi apa – apa, maka peran orang tua sangatlah penting dalam membentuk seorang anak kelak akan dijadikan seprti apa. Nabis Muhmmad ﷺ pernah bersabda,
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَثَلِ الْبَهِيْمَةِ تَنْتِجُ الْبَهِيْمَةَ، هَلْ تَرَى فِيْهَا مِنْ جَدْعَاءَ؟
“Setiap anak yang dilahirkan itu adalam keadaan fitrah, maka (lantarana) orang tuanyalah yang menjadikan anak beragam Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana Unta yang melahirkan Unta. Maka apakah kamu melihat di dalam unta tersebut terdapat cacat?
HR. Bukhori
Dalam isitlah Psikologi fase ini dikenal dengan istilah golden age ialah sebuah masa penting untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan manusia. Pada masa ini merupakan masa yang menjadi basis, landasan, dan fondasi berbagai aspek perkembangan manusia. Maka segala tindak tanduk yang dilakukan orang tua akan terekam selamanya dan menjadi dasar pertumbuhan dan perkembangan hidupnya. “buah tidak jatuh dari pohonnya” seperti itulah frasa yang menggambarkan betapa sang anak kelak akan mencotoh dan meniru perilaku orang tua. Ada pepatah mengatakan “ajarilah anakmu adab jika tidak maka siang dan malamlah (lingkungan) yang akan mengajari mereka”. Itulah Allah yang maha luhur telah memberikan pesanya kepada manusia,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا ... الأية
“Wahai orang – orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamau dari Neraka”
QS: Attahrim : 6
Mengenai ayat tersebut Hasan dan Ali dalam Hadis Riwayat Baihaqi menjelaskan bahwa maksud dari firman Allah tersebut ialah Allah memerintahkan mereka (orang iman) untuk mengajari mereka (keluarganya) kebaikan dan toat kepada Allah. Sedangkan Ali mengatakan bahwa tentang ajarilah dan didiklah mereka (keluarganya) dengan toat kepada Allah. Maka sebagai hamba Allah yang beriman sudah menjadi tugas mulia menjaga diri dan keluarganya dari apa Neraka Allah. Pada masa fondasi inilah anak betul – betul ditanamkan jiwa beribadah kepada Allah jangan sampai karena terlalu lunak dalam mendidik berakibat pertumbuhan anak yang tidak optimal. Bahkan Nabi Muhmmad ﷺ memberikan contoh dalam mendidik anak,
مُرُوا الصبيَّ بالصَّلاةِ إذا بَلَغَ سَبعَ سِنين، وإذا بَلَغ عَشرَ سِنينَ فاضْرِبوه عليها
“Mulailah kalian memerintahkan solat kepada anak kecil kalian ketika mereka berusia 7 tahun, dan ketika usianya mencapai 10 tahun pukulah apabila meninggalkan solat”
HR : Abu Daud (Kedudukan Hadis Hasan Sohih)
Dari nukilan hadis tersebut menunjukan bahwa sedini mungkin anak harus dibentuk karakternya yakni menjadi hamba Allah yang taat beribadah. Bahkan jika sampai dia melalaikanya Nabi menganjurkan untuk memukul dalam hal pukulan yang mendidik tidak sampai membuat cacat pada anak. Sebab dengan pendidikan pembiasaan akan menjadi karakter anak dalam beribadah sepanjang masa. Ingatlah wahai saudaraku anak ialah pisau bermata dua bagi orang tua, ketika orang tua dengan semangat dan mempersungguh dalam mendidik anak menjadi anak – anak yang soleh dan soleha insya Allah akan menjadi investasi orang tua sepanjang masa. Sebaliknya jika sampai salah asuh terhadap anak justru akan menjadikan bumerang bagi orang tua.
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثٍ : مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“ketika anak adam (manusia) mati, maka putuslah seluruh amalanya kecuali (yang masih mendatangkan pahala) dari 3 hal: shodaqoh jariyah (Shodaqoh yang masih dimanfaatkan untuk kebaikan), atau ilmu yang dapat diambil manfaatnya, atau anak soleh yang selalu mendoakan kepadanya”
HR: Muslim
Tahapan Pemuda (مَرْحَلَةُ الشَّبَابِ),
pada tahapan ini adalah tahapan dimana akal manusia normal terus mengalami perkembangan dan tahapan – tahapan mulai mencari jati diri. Banyak pemuda lalai yang terlalu euforia menikmati masa mudanya secara berlebihan dengan menerabas segala tindakan sehingga secara tidak sadar mereka terperangkap dalam proses pencarian jati diri. Seorang ulama Ibnu Rojab pernah berkata,
فَإِنَّ الشَّبَابَ شُعْبَةٌ مِنَ الْجُنُوْنِ، وَهُوَ دَاعٍ لِلنَّفْسِ إِلَى اسْتِيْفَاءِ الْغَرضِ مِنْ شَهوَاتِ الدُّنْيَا وَلَذَّاتِهَا الْمَحْظُوْرَةِ، فَمَنْ سَلِمَ مِنْهُ فَقَدْ سَلِمَ
“Sesungguhnya masa muda adalah cabang dari kegilaan, karena masa muda menyeru jiwa untuk memuaskan kehendaknya berupa syahwat dunia keledzatannya yang terlarang. Maka barangsiapa yang selamat dari masa mudanya maka sungguh ia telah selamat”
Tafsir Thobari
Namun pada kenyataanya di era milenial seperti ini kerap dijumpai perputaran pemuda yang lalai akan ibadah kepada Allah, lebih condong nuruti hawa nafsu mengikuti urusan dunia sehingga dengan tidak sadar telah terpupuk kebiasaan kebiasaan buruk yang terus menjadi jati dirinya sepanjang waktu. Padahal usia muda ialah masa – masa dimana seorang itu harus produktif. Produktif dapat dimaknai menghasillkan sesuatu dan tidak selalu bernuansa materi, adakalanya berupa pengalaman, ilmu, ataupun harta. Itulah setidaknya alasan kita melangkah, jangan sampai ketika kita berbuat sesuatu tidak menghasilkan apa – apa justru menghasilkan banyak kerusakan (mudhorot). Mengerjakan hal – hal yang tidak produktif bukan merupakan tabiatnya orang Iman. Sebaliknya orang Iman akan selalu melakukan yang terbaik dalam hidupnya.
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلَاتِهِمْ خَاشِعُوْنَ وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُوْنَ
“Sungguh beruntung orang – orang yag beriman (yakni), Orang – orang yang selalu khusyuk (syahdu) dalam solatnya dan orang – orang yang selalu menjauh dari segala (perbuatan dan ucapan) yang tidak berguna”
QS Almukminun :1 – 3
Jika pada tahapan pertama manusia telah mempersiapkan dirinya untuk menjadi pribadi yang selalu mendekat kepada Allah SWT. Tentu pada tahapan ini dia akan terus meningkatkan dirinya untuk selalu mendekat kepada Allah dengan memperkaya kelimuan dan pemahaman atas Allah SWT. sang pencipta alam semesta. Pada istilah Jawa terdapa filosofi angka – angka antara 21 sampai 30. Orang Jawa biasa menyebut angka 21 dengan sebutan selikur, 22 dengan sebutan rolikur, 23 dengan sebutan telulikur. Satu hal yang menarik ialah ada kalimat likur pada setiap akhiran angka yang menandakan puluhan. ternyata makna likur itu sendiri adalah sebuah akronim dari kata lingguh ing kursi yang bermakna duduk di atas kursi. Dimana manusia pada tahapan usia umur 21 hingga 30 tahun merupakan fase- fase manusia dalam menentukan arah tujuan hidupnya, apakah dia akan menjadi seorang ulama, seorang insinyur, ekonom, dokter, guru, atau sebagainya merupakan pilihan manusia yang haru sesegera mungkin ditentukan pada fase – fase usai seperti ini. Dampak nayata dari kelabilan pemuda yang terlambat berfikir pada fase ini ialah menghasilkan generasi yang fakir visi dan komitemen sehingga dia tidak punya fondasi kokoh dalam menjalani bahtera kehidupanya dan mudah terombang ambing tergerus perputaran zaman yang semakin tidak terkendali.
Saya memahami dalam hidup ini ada yang namanya tanggung jawab dan kewajiban. Tanggung jawab saya memaknai sebagai impian kita yang harus diwujudkan dengan menggunakan serangkain fasilitas luar biasa yang Allah berikan kepada kita ini. Sedangkan kewajiban saya memaknai sebagai keniscayaan manusia sebagai hamba untuk selalu ibadah kepadanya. janganlah seperti pemuda – pemuda lalai yang selalu menunda untuk beribadah dengan dalih akan beribadah di waktu tua, pertanyaanya ialah adakah yang menjamin bahwa hidup kita ini akan sampai usia tua? Tidak wahai saudaraku dalam hidup kita ini hanya ada dua hal, satu hal sudah kita ketahui sedangkan yang lainya tida. Hal yang sudah kita ketahui ialah berapa umur kita, sedangkan hal yang tidak pernha kita ketahui ialah sampai berapa umur kita.
...وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
"Dan tidaklah ada yang mengetahi apa yang akan diri kerjakan besok, dan tidak ada diri yang tahu di bumi mana kelak dia akan mati. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha waspada”
QS: Lukman : 34
Karena kita tidak pernah tahu waktu kapan kita akan dipanggil oleh Allah maka sudah sepatutnya kita isi kehidupan kita ini dengan hal – hal yang bermanfaat. Dengan demikian kesempatan berbuat hal – hal yang tidak berguna akan semakin berkurang dan diri kita semakin terbiasa melakukan hal – hal baik dan bermanfaat sehingga kelak akan menjadi amal jariyah kita. Sebagaimana nasehat dari ulama Ibnul Qoyim,
وَنَفْسُكَ إِنْ أَشْغَلْتَهَا بِالْحَقِّ وَإِلاَّ اشْتَغَلَتْكَ بِالْبَاطِلِ
“Adapun dirimu jika tidak engkau sibukan dengan kebenaran dan jika tidak engkau akan tersibukan pada kebatilan”
Kembali pada makna tanggung jawab dan kewajiban. Kerap kali pemuda – pemuda era kapitalis zaman ini dituntut modern dan ahli dalam ilmu dunia sehingga kosekuensinya menjadi mengabaikan dan bebal terhadap ilmu ukhrowi. Sebaliknya pemuda – pemuda yang lihai dalam ilmu ukhrowi terkadang tertinggal ilmu duniawainya sehingga terjadi dilematis seputar pilihan mana yang harus diprioritaskan. Sebetulnya kedua ilmu tersebut dapat diraih asalkan dengan sabar dan tekun serta mau mengikuti proses dapat kita jalani. Sebagaimana sabda Nabi agung Muhammad.
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ وَ مَنْ أَرَادَ ْالآخِرَةِ فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ وَ مَنْ أَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ
"Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, maka ia harus memiliki ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat maka itupun harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka itupun harus dengan ilmu.”
HR Thobroni
Hal ini mengisyaratkan bahwa sejatinya kedua ilmu tersebut dapat diperoleh asalkan kita mau berusaha pantang menyerah dalam menggapainya. Ketika hendak menguasai ilmu apapun syarat yang ditempuh sama yakni mengikuti ke-enam langkah ini berdasarkan sebuah syairan,
اَلاَ لاَتَنَالُ الْعِلْمَ اِلاَّ بِسِتَّةٍ سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ
ذُكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍوَبُلْغَةٍ وَاِرْشَادُ اُسْتَاذٍ وَطُوْلِ زَمَانٍ
“Ingatlah bawha ilmu tidak akan diperoleh kecuali dengan enam syarat dan aku akan menceritakan kepadamu tentang 6 syarat iitu; (1) cerdas, (2) semangat, (3) Tabah, (4) Memiliki bekal yang cukup (5) Mengikuti petunjuk guru (6) Waktunya lama”
Kemudian yang menjadi permasalahn ialah dalam mencari kedua ilmu ini terdapat perlakuan yang tidak proporsional (adil) seperti, ketika mencari ilmu dunia lebih semangat dari segi fisik maupun psikis sedangkan dalam mencari ilmu agama hanya sebatas selingan dan bukan menjadi kebutuhan pokok utama yang berat bobotnya sama dengan ketika mencari ilmu dunia. Masya Allah betapa culasnya diri manusia. Maka saudaraku menjadi hal yang luar biasa ketika kita dapat memadukan kedua ilmu ini dalam bekal kita menjalani hidup kita yang lebih bermanfaat. Selain dalam urusan dunia dengan mengedepankan urursan akhirat Allah SWT. pasti akan memberikan pertolongan-NYA,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
‘Wahai orang – orang yang beriman jika kalian menolong Allah, Allah pasti akan menolong kalian dan menguatkan telapak kaki kalian”
QS: Muhammad : 7
Selain itu janji bonus Allah kelak di akhirat akan diberikan awan naungan yang akan menaungi di hari dimana tidak ada naungan kecuali naunganya Allah,
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ في ظِلِّهِ يَوْمَ لا ظِلَّ إلَّا ظِلُّهُ... وشابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّه تَعالى
“Ada tujuh golongan yang akan Allah berikan naugan di dalam naungan-NYA pada hari tidak ada naungan kecuali naunganya Allah ... Dan pemuda yang tumbuh di dalam ibadah kepada Allah.
HR. Bukhori
Tahapan dewasa/tua (مَرْحَلَةُ الأَشُدّةِ/الكُهٌوْلَةِ),
pada tahapan ini manusia sudah mulai lebih bijak dan rasional dalam bertindak. Sebetulnya ada perbedaan filosofis antara menjadi dewasa dan tua. Menjadi dewasa adalah pilihan sedangkan menjadi tua adalah kepastian. Manusia pasti akan menua namun belum tentu menjadi dewasa. Kedewasaan didapat seiring bijaknya kita dalam mengambil hikmah dari serangkaian persitiwa hidup kita yang telah terjadi. Tidak akan jatuh pada kesalahan yang sama untuk kedua kalinya, sebab dari keasalahan yang telah berlalu orang yang telah dewasa secara jiwanya dapat mengambil ibroh (perumapamaan) yang nyata. Tahapan dewasa yang akan kami utarakan disini lebih kepada keniscayaan, yakni ketika manusia semakin menua secara usia sifat kedewasaan semakin mbalung sum – sum dalam dirinya bahwa dia semakin merenungkan dan mencari hikamah atas peristiwa dalam kehidupanya ini.
Dalam kehidupan manusia semakin menua usia hidup mereka maka akan semakin kompleks pernasalahan hidup mereka. Mulai memikirkan beban hidup rumah tangga, penyakit akibat usia yang semakin menua, biaya sekolah anak, beban pekerjaan, dan sebagainya yang terkadang membuat hidup terasa menjadi penat. Manusia yang jauh dari ingat kepada Allah akan melampiaskan kekesalan hidup mereka dengan penyelesaian yang seringkali tidak bijak seperti mabuk – mabukan, judi, dan sebagainya yang terkadang mereka kerap cari pembenaran dalam perbuatan mereka itu dengan menyatakan, “toh, sekali kali nda papa namanya juga orang tua”, “aku begini agar maslahku hilang” entah perkataan macam apa lagi yang pada intinya pembenaran atas perbuatan mereka. Ingatlah wahai saudaraku, penyebab utama seorang semakin disempitkan hidupnya oleh Allah tatkala hidupnya jauh dari ingat kepada Allah,
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Dan barang siapa yang berpaling dari ingat kepadaku (Allah) maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit, dan kelak dia akan dibangkitkan di hari kiamata dalam keadaan buta”
QS: Toha ayat : 124
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ
“Barang siapa yang berpaling dari ingat kepada Allah yang maha rahman, maka Allah akan menggandengkanya dengan syetan, dan syetan akan menjadi teman dekat baginya. Sesungguhnya syetan akan mencegah mereka (manusia) dari jalan (yang benar) dan membuat mereka menyangka bahwasanya mereka mendapat petunjuk”
QS: Azzukhruf ayat : 36 – 37
Sudah menjadi suratan dari Allah bahwa orang yang hidupnya jauh dari ingat kepada-NYA pasti, hidupnya akan Allah buat sempit dirinya. Tidak pernah merasa puas selalu kurang dan kurang, dalam istilah modern dikenal dengan treadmil hedonism dimana kebutuhan duniawai yang tidak akan pernah padam hingga maut yang memaksanya berhenti. Apakah engkau merenungkanya wahai saudaraku?
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Bukanlah kekayaan dengan banyaknya harta, akan tetapi bahwasanya kekayaan (yang sejati) adalah kaya jiwa”
HR : Bukhori
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
“Sesungguhnya orang – orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan ingat kepada Allah. Ingatlah, dengan mengingat kepada Allah menjadikan tenangnya hati”
QS. Ar-Ra''du : 28
Bentuknya Allah menjadikan tenangnya hati ini bagimana? Bisa jadi hati kita memang betu – betul Allah buat tenang dan dapat pula Allah wujudkan dalam bentuk lain sekehendak-NYA. Namun Hadis di atas terkesan picik dan sukar dikerjakan bagi orang – orang yang pesimis. mereka kembali mencari kebenaran “bagaimana mungkin hanya merasa dirikita sudah kaya kebutahan hidup akan tercukup?” frasa, “bagaimana” “bagaimana” dan “bagaimana” sering terucap dari orang – orang yang tidak yakin akan janjinya Allah. padahal dalam hadis kudsi Allah telah menjanjikan bahwa orang yang selalu mengingat kepada-NYA segala urusannya akan Allah permudah, dengan izin-NYA segala urusan dunia akan berjalan gudir ngalir bak agar agar yang mengalir lancar begitu saja,
ا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي أَمْلَأْ صَدْرَكَ غِنًى وَأَسُدَّ فَقْرَكَ وَإِلَّا تَفْعَلْ مَلَأْتُ يَدَيْكَ شُغْلًا وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ
“Wahai anak adam sempat – sempatkanlah ibadah kepadaku maka aku akan melapangkan hatimu dengan kekayaan dan akan menutupi kefakiranmu. Jika hal itu tidak kamu kerjakan maka aku akan memenuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan tidak akan menutupi kefakiranmu”
HR: Tirmidzi
Manusia selalu mendambakan hidup yang sejahtera dan hal tersebut tidak dapat dipungkiri. Seluruh aktivitas kehidupan manusia pada dasaranya mereka ingin hidupnya lebih sejahtera, seorang pedagang yang mulai meminggul daganganya ke pasar berharap agar daganganya laris dan keuntunganya untuk menabung agar kehidupanya lebih baik kelak. Seorang siswa sekolah dasar hingga atas bahkan mahasiswa berangkat menimba ilmu dan bersekolah di tempat yang terbaik memiliki harapan agar kehidupanya dapat lebih baik kelak. Seorang pegawai yang berangkat kerja mulai dari matahari terbit hingga matahari petang, bahkan sampai dipaksa lembur yang terkadang saya kerap bertanya – tanya “itu kerja apa dikerjain?” LakPertanyaanya saudaraku, kesejahterahan dunia yang kerap kita dambakan, adakah kita akan mendatanginya dengan menghamba ataukah dunia itu yang akan mendatang kepada kita dengan menghamba? Jawaban kita sepakat akan menjawab, kita ingin dunia yang akan menghamba kepada kita. Taukah saudaraku bahwa dahulu baginda Muhammad SAW. telah memberikan sebuah pesan;
مَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ، وَمَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهُ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا قُدِّرَ لَهُ
“Barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai tujuan utamanya maka Allah akan menjadikan kekayaan di dalam hatinya dan mengumpulkan seluruh cita – citanya dan memberikan dunia kepadanya sedangkan dunia itu akan datang menghamba kepadanya. Barang siapa yang menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya maka Allah akan menjadikan fakir (selalu kurang) di hadapan matanya dan menceraiberaikan cita – citanya (tidak Allah cukupi) dan Allah tidak akan memberikan dunia kecuali yang sudah diqodar untuknya”
HR : Bukhori
Sabda Nabi Muhammad demikian juga Allah benarkan dalam firman-NYA
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ
“Barang siapa yang menghendaki tanaman (kehidupan) akhirat maka Allah akan menambahkan untuknya pada tanamanya (akan Allah permudah) dan sebaliknya barang siapa yang menghendaki tanaman (kehidupan) dunia maka Allah akan memberikanya (itupun jika Allah menghendaki) dan kelak tidak ada bagian akhirat baginya nanti”
QS : Assyura ayat : 20
Itulah mengapa guru saya selalu memberikan nasehat seputar perumpamaan dunia dan akhirat. “Nek koe tumbas sapi musti katut tampare, nek koe kor tumbas tampar katut sapine sopo?” Yang jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi “ Jika kamu beli sapi (akhirat) pasti talinya (dunia) ikut, akan tetapi kalo kamu hanya beli tali (dunia) sapinya siapa yang akan ikut? Selain itu guru saya juga pernah berpesan bahwa “Ojo sibuk ngurusi butuhe urip nganti lali gunane urip” yang berarti bahwa jangan terlalu berlebihan dalam mencari kebutuhan untuk hidup sehingga melupakan apa gunanya hidup ini. Saudaraku setidaknya dalam fase kehidupan manusia dewasa setidaknya ada beberapa sikap sebagai orang Iman ketika melalui fase seperti ini,
1. Memperbanyak taqorub (mendekat) kepada Allah serta pasrahkan segala perkara kepada-NYA. Ingat pengertian pasrah disini ialah ketika kita telah berupaya seoptimal mungkin dalam mengupayakan sesuatu kemudia hasilnya kita kembalikan kepada Allah.
2. Perbanyaklah bersasbar dalam menjalani kehidupan. Sebab dengan kesabaran ketika menghadapi kondisi apapun dan menghadapi siapapun maka hasilnya akan baik.
3. Lakukan ikhtiar (usaha) terbaikmu dalam menjalani hidup ini.
Ada seorang ulama bernama Hasan Albasri dia mendifinisikan kebahagian sebagai berikut,
تفقدوا الحلاوة في الصلاة وفي القرآن وفي الذكر ، فإن وجدتموها فأبشروا ، وإن لم تجدوها فاعلموا أن الباب مغلق
“Carilah kebahagian di dalam solat, (membaca) Alquran, dan di dalam dizkiri. Jika kalian menjumpainya maka bergembiralah, jika tidak ketahuilah bahwasanya pintu kebahagian telah terkunci.”
Tentulah keberhasilan manusia melalaui tahapan ini ketika pada tahapan sebelumnya dia telah menyiapkan bekal ilmu yang cukup untuk mengarungi derasnya gejolak menjadi orang “dewasa”.
Tahapan tua renta (مَرْحَلَةُ الشَّيْخُوْخَةِ),
pada tahapan ini manusia mulai mengalami penurunan baik secara fisik maupun psikis. Perumpaman kehidupan manusia bagaikan bulan, bermula dari fase bulan mati kemudian terus mengembang menjadi bulan sabit, dan terus berkembang hingga mencapai bulan purnama. Setelah mencapai tahapan bulan purnama (dewasa seutuhnya) kembali bulan purnama tersebut akan mengalami penurunan menjadi bulan sabit dan kemudia menjadi bulan yang mati. Hal demikian juga telah Allah kisahkan dalam firman-NYA,
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
“Allah adalah dzat yang telah menjadikan kalian dalam keadaan lemah (bayi) kemudian menjadikan kalian dari setelahnya lemah menjadi kuat (dewasa) kemudian Allah menjadikan dari setelahnya kalian kuat menjadi lemah dan tua. Allah menciptakan apapun yang Allah kehendaki dan Allah maha mengetahui lagi maha kuasa”
Manusia tidak akan selamanya hidup, manusia terkuat sekalipun pasti akan mengalami tahapan kehidupan dimana mereka akan menjadi tua, lemah, pikun, dan tidak berdaya namun yang menjadi pertanyaan kita adalah bagaimana diri kita saat menjumpai fase seperti ini? apakah kita telah menjadi pribadi yang dapat selalu muhasabah kepada Allah? atau justru kita menjadi pribadi hamba yang semakin jauh dari Allah?
Saat manusia telah mencapai usia seperti ini pada umumnya angan – angan sewaktu masih muda ingin jadi ini, ingin dapat ini, ingin bisa berbuat ini. Seperti aku ingin punya rumah yang nyaman ditempati, aku ingin memiliki isteri soleha yang bisa menemaniku, aku ingin ini, ini, dan ini telah terpenuhi. Setelah semua itu sudah kita dapat lantas apalagi? Hal inilah yang dalam istilah modern disebut lonely on the top yakni bahwa dia merasa dirinya hampa dan kosong pada tataran puncak dimana mereka telah merasa sudah tidak ada hal lain yang dapat aku perbuat. Akan menjadi pribadi apa kita kelak dimasa senja merupakan cerminan kebiasaan kita diwaktu muda dan dewasa.
Bersyukurlah ketika kita Allah berikan kesempatan dapat menikmati hidup hingga usia senja terlebih dalam usia senja seperti ini Allah juga memberikan kesehatan dan kewarasan yang barokah. Orang yang beriman selalu melalui hari – hari mereka dengan penuh arti dan tidak menyianyiakan waktu yang Allah berikan secara percuma. Manusia yang terbaik ialah manusia yang semakin panjang umurnya amalanya menjadi semakin baik sedangkan sejelek – jeleknya manusia ialah manusia yang umurnya panjang namun nista amalanya. Sebagaimana sabda Nabi Muhmmad .
أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ، قَالَ: «مَنْ طَالَ عُمُرُهُ، وَحَسُنَ عَمَلُهُ»، قَالَ: فَأَيُّ النَّاسِ شَرٌّ؟ قَالَ: «مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ
“ Sesungguhnya ada seorang laki – laki datang kepada Nabi dan berkata : wahai Rosullullah manakan manusia yang terbaik? Rosul bersabda : Manusia yang terbaik ialah manusia yang panjang umurnya lagi baik amalanya. Laki – laki tadi kembali bertanya: manakah manusia yang terburuk? Rosul menjawab : Adalah manusia yang yang panjang umurnya lagi nista amalanya”
HR : Bukhori
Maka apalagi yang engaku cari di usia senja wahai saudaraku? Manusia ialah makhluk yang bertuhan dimana setiap diri manusia pasti akan berusaha mencari tuhan. Beberapa pakar neurologi mengemukakakn bahwa dalam otak manusia terdapat sebuah titik yang disebut god spot dan semua itu berada pada setiap diri manusia entah dia yang beriman bahwa Allah adalah tuhanya, atau orang yang meyakini adanya tuhan dengan konsep yang lain, bahkan seorang ateis sekalipun tidak sepenuhnya dia seorang yang tidak percaya tentang adanya konsep Tuhan dimana dalam relung hatinya yang terdalam dia masih meyakini tentang adanya tuhan.
Maka kembali kepada konsep manusia di usia senja seperti ini, tentulah amalan baik serta hal – hal bermanfaat yang akan dia kerjakan. Sudah bukan waktunya baginya untuk berfoya – foya berlebihan seperti sewaktu dia muda, sudah bukan waktunya pula dia harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan sandang papanya. Jika engkau terlembat berbenah saudaraku maka gunakanlah kesempatan ini untuk berbenah. Simaklah nasehat dari Hasan bin Ali cucu dari baginda Muhammad
حْسِنُ فِيمَا بَقِيَ ، يُغْفَرُ لَكَ مَا مَضَى وَمَا بَقِيَ , فَإِنَّكَ إِنْ أَسَأْتَ فِيمَا بَقِيَ أُخِذْتَ بِمَا مَضَى وَمَا بَقِيَ
“Perbagusilah di sisa umurmu, maka Allah akan mengampuni dosa yang telah engkau lalui dan yang akhir. Namun jika engkau justru semakin berbuat nista disisa umurmu maka dosamu yang telah lampau dan yang akhir akan Allah perhitungkan”
HR: Abu Nuaim
فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Barang siapa yang berharap pada bertemu Allah maka hendaklah dia beramal yang baik dan janganlah menyekutukan di dalam beribadah kepada Allah dengan siapapun”
QS: Alkahfi ayat : 110
Tahapan hinanya umur (مَرْحَلَةُ اَرْذَلِ الْعُمُرِ),
Jika anda tergolong manusia yang mencapai tahapan ini, selamat ini pertanda bahwasnya anda termasuk orang yang Allah berikan keutaman-NYA,
أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ ، وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ
Banyaknya umur yang dimiliki manusia dapat menjadi pisau bermata dua. Jika umur yang panjang tersebut dapat dia gunakan untuk memperbanyak taqorub kepada Allah derajat surga yang tinggi akan menantinya, sebaliknya dengan banyaknya umur manusia yang tidak digunakan untuk beribadah justru akan semakin memperdalam siksanya kelak, Naudhubillahi Min Dzalik! Ingatlah wahai saudaraku akhir perjalanan ibadah manusia kepada hamba ialah tatkala kematian telah datang kepadanya, sebagaimana firman Allah.
وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ
“Dan sembahlah Tuhanmu hingga kamu kedatngan yakin (kematian)”
QS: Alhijr ayat : 99
Perlu difahami bersama saudaraku bahwa pengertian ٱلْيَقِينُ disini adalah kematian, bukan yakin yang bermakna ketika seorang sudah mencapai tahapan tertentu dalam beribadah atau ketika dia sudah yakin terhadap Allah atau dia mengklaim dapat menyatu dengan Allah (Manunggaling kaulo gusti Allah) maka sudah tidak perlu ibadah yang bersifat syariat lagi hanya cukup dzikir itu sudah termasuk solat baginya. Naudhubillahi Min Dzalim betapa kelirunya pemahaman ini.
Adapun pengertianya yakin adalah kematian, bahwa ketika manusia telah merasakan kematian mereka akan menjumpai kenyataan tentang cerita yang mereka rasakan dengan nyata, seperti melihat alam kubur, malaikat Munkar Nakir, dan sebagainya yang itu hanya akan dialami bagi orang yang telah mengalami kematian. Nabi Muhammad. sebagai uswatun hasanah atau role model terbaik bagi orang Islam memberikan contoh walaupun usia sudah semakin menua ibadah tetap hal yang utama bahkan sampai dipapah beberapa sohabat lainya agar dapat hadir di Masjid, Subehanallah betapa mulianya contoh baginda Muhammad ini.
Orang Jawa memiliki istilah untuk menyebut angka 60 dengan bahasa Sawidak yang merupakan singkatan dari sampun wayahe tindak yang berarti sudah waktunya untuk pergi yang memang secara umur pada usia demikian sudah semakin dengan ajal.
Hal yang lebih dikhawatirkan orang Iman ialah bukan kematian itu sendiri melainkan upaya amalan apa yang telah dia upayakan dalam kehidupan di dunia yang fana seperti ini. Kematian hanyalag sebuah jembatan seseorang dari alam dunia menuju alam barzah (kubur) yang kelak di dalamnya dia akan diminta pertanggung jawabanya selama hidup di dunia. Mengingat kembali nasehat Hasan bin Ali ,
فَمَنْ عَلِمَ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ رَاجِعٌ , فَلْيَعْلَمْ بِأَنَّهُ مَوْقُوفٌ , وَمَنْ عَلِمَ بِأَنَّهُ مَوْقُوفٌ فَلْيَعْلَمْ بِأَنَّهُ مَسْئُولٌ ، وَمَنْ عَلِمَ أَنَّهُ مَسْئُولٌ فَلْيُعِدَّ للسُّؤَالَ جَوَابًا
“Barang siapa yang mengetahui bahwa dirinya adalah seorang hambanya Allah dan sesungguhnya kelak dia akan kembali kepada-NYA, maka hendaklah dia mengetahui bahwa dirinya kelak akan diberhentikan (di hadapan Allah). Barang siapa yang mengetahui bahwa dirinya kelak akan diberhentikan maka sesungguhnya dia akan ditanya (tentang pertanggung jawaban amalnya). Barang siapa yang mengetahui bahwa dirinya kelak akan ditanya (oleh Allah) maka hendaklah dia mempersiapkan jawaban untuk pertanyaanya nanti”
HR: Abu Nuaim
Yang kelak akan menjawab pertanyaan Allah kelak bukanlah kefasihan kita dalam berbahasa arab, atau kefasihan kita dalam beruhjah, melainkan amalan kitalah yang akan bersaksi atas semua perbuatan kita. Mulut Allah kucni rapat – rapat dan akan membiarkan anggota tubuh lainya untuk bersaksi atas amalan terdahulu kita. Sebagaimana tembang reliji yang dibawakan Opick bahwa “bila waktu telah memanggil teman sejati tinggalah amal”
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Pada hari (kiamat) dimana kami Allah mengunci pada mulut mereka dan akan membiarkan bicara pada tangan- tangan mereka serta membiarkan bersaksi pada kaki – kaki mereka sebab amalan yang dahulu telah mereka kerjakan”
QS : yasin ayat : 65
Pilihan terbijak pada tahapan kehidupan manusia seperti ini adalah dengan semakin menertibkan ibadah wajib dan meningkatkan ibadah sunnah, perbanyak sedekah, sering memberikan tutur atau nasehat yang baik kepada anak cucunya atau kepada sesama orang Islam, perbanyak dzikir, serta menggerjakan kegiatan yang bernilai ibadah. Tidak ada kata terlambat untuk berbenah diri, selagi belum datang sakarotul maut pintu taubat masih Allah buka seluas – luasnya, mendekatlah kepada Allah, sebab Allah maha welas asih kepada hambanya,
إذا تَقَرَّب العبدُ إليَّ شِبْرا تَقَرَّبْتُ إليه ذِرَاعًا، وإذا تَقَرّبَ إليَّ ذِرَاعًا تَقَرّبْتُ مِنْهُ بَاعًا، وإذا أتاني يَمْشِي أَتَيْتُه هَرْوَلَةً
“Ketika seorang hamba mendekat kepadaku (Allah) satu jengkal maka aku akan mendekat kepadanya satu dhiro (ukuran kira – kira satu lengan), dan ketika seorang hamba mendekat kepadaku satu dhiro maka aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan ketika seorang hamba mendekat kepada ku dengan berjalan makau aku akan mendatanginya dengan berlari”
HR : Bukhori
Selain usaha batin selalu taqorub kepada Allah usaha lahir juga perlu diwujdukan dengan menjadi pribadi yang lebih zuhud terhadap urusan dunia. Pengertian zuhud ialah bahwa kita hanya mengambil sedikit perkara dunia atau sebagian besar waktu, dan tenaga kita habis untuk urusan akhirat dibandingkan urusan dunia. Mungkin diantaranya adalah seorang pengusaha yang memiliki beberapa perusahaan atau usaha lainya, perlahan mulai diturunkan kepada anaknya atau orang yang dia percaya sanggup mengelolal perusahaanya, kalau dia seorang pekerja sudah saatnya memasuki masa pensiun atau mencari pekerjaan yang tidak menyita banyak waktu. Selain itu putra – putrinya sebagai wujud berbakti kepada orang tuanya hendaknya tetap merawat dan memperhatikan urusan agamanya hingga khusnul khotimah (mati dalam keadaan menetapi ibadah). Jangan sebaliknya semakin tua usia manusia semakin tinggi cintanya terhadap dunia sungguh ironi pemahaman seperti ini. Guru saya pernah berkata “dunio kuwi nek ditinggal turu lali, nek ditinggal lungo keri” yang artinya bahwa dunia itu ketika kita tidur pasti akan lupa terhadapa segala persoalan dunia dan ketika kita pergi harta yang kita miliki tidak akan kita bawa. Simaklah nasehat dari ulama Muhammad ibnu Almutsanna,
لَيْسَ اَحَد يُحِبُّ الدُّنْيَا اِلَّا لَمْ يُحِبُّ الْمَوْتَ وَلَيْسَ اَحَد يَزْهَدُ فِيْ الدُّنْيَا اِلَّا اَحَبَّ الْمَوْتَ حَتَّى يَلْقَى مَوْلَهُ
“Tidaklah ada orang yang cinta terhadap urusan dunia kecuali dia tidak akan cinta urusan kematian (akhirat). Dan tidaklah seorang yang zuhud di dalam urusan dunia melainkan dia cinta urusan kematian sampai dia bertemu kekasihnya (Allah)”
HR: Abu Nuaim
Dari kelima tahapan hidup manusia ini ialah proses manusia dalam beribadah kepada Tuhanya, adakalanya mereka mulai menyadari pentingnya ibadah sedari mereka kecil dan adapula mereka yang baru menyaadari hal tersebut saat usai telah senja. Beruntunglah manusia yang semasa hidupnya dapat beribadah kepada Tuhanya dan sungguh rugi manusia yang selama hidupnya jarang atau bahkan tidak pernah beribadah kepada Tuhanya. Semoga Allah memberikan barokah-NYA
Alhamdulillahi Jazza Kumullahu Khoiro
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ