√ Perumpamaan Amal - Cak Akbar

Perumpamaan Amal

Daftar Isi [Tampil]

     




     السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

    semoga ridho Allah selalu menyertai bersama kita.

    Saudaraku, Ada sebuah perumpamaan amalan baik yang terkadang banyak manusia lalai akan ingat padanya. Lalai untuk selalu memperhatikanya, lalai untuk selalu mmerawatnya, lalai bahwa teman sejati yang akan menemani mansuia hingga menghadap pada sang pencipta ialah amalan baik kita.

    Cerita ini adalah sebuah cerita nasehat yang terdokumentasikan dalam catatan buku batikku sewaktu saya tengah menyelesaikan serangkaian tes untuk bisa meraih predikat “Mubaligh” yah, walau sejatinya menjadi Mubaligh itu sendiri tidak memerlukan suatu pengakuan melainkan sebuah panggilan hati untuk menyandangkan diri kita seperti orang yang berilmu.

    Berikut, kisahnya

    Suatu kisah ada seorang saudagar kaya yang dikarunia memiliki 4 orang isteri. Ada istri muda yang selalu dia manja dan selalu paling utama perhatianya. Ada isteri kedua yang seorang gubernur suatu wilayah yang sangat disegani banyak orang dan selalu dia puji-puji dan dia banggakan kehebatanya. Ada isteri kedua yang  selalu menghangatkan suasana dan selalu bisa memberikan solusi-solusi segar atas setiap permasalahanya. Ada isteri pertama yang merupakan sahabat hidup pertamanya suka duka dalam mengarungi gelombang kehidupan sedari dari nol sang saudagar itu merintis usahanya hingga sukses bergelimang keberhasilan bahkan ketika sang suadagar hendak meminang madunya dengan sabar dan ikhlas dia mendukung keinginan mulia suaminya itu.

    Waktu berganti waktu sang saudagar kaya ini lebih banyak menghabiskan waktu bersama isteri mudanya yang sangat dia kagumi akan keanggunanya berlibur ke berbagai tempat untuk menghabiskan waktu bersama. Dilain waktu dia menghabiskan waktunya bersama isteri ketiganya yang sangat dia banggakan akan prestasinya dengan selalu mendampinginya ketika ada rapat dengan para pejabat penting dan turut hadir bersama dalam undangan istimewa dari presiden. Begitupula disaat permaslahan-permasalahan dalam bisnisya datang menghalau dia selalu bersandar pada isteri keduanya untuk berkonsultasi meminta saran terbaik atas masalah yang dia hadapi. Banyaknya waktu yang dia habiskan hingga dia lalai bahwa dia memiliki seorang isteri yang  senantiasa menanti dia pulang kerumah, menanti untuk bersenda gurau dalam canda tawa, menanti atas kebutuan suami akan pituah-pituah nasehatnya dan menanti untuk menghabiskan banyak waktu bersama.

    Hingga pada suatu cerita sang saudagar ini terjatuh sakit yang sudah akut dan menurut prediksi dokter usianya sudah tidak lama lagi. Menyadari bahwa waktunya semakin dekat sang saudagar kaya ini memilki keinginan untuk menanyakan kesetian cinta padanya atas segala waktu dan tenaga yang telah dia curahkan untuk isteri-isterinya. Kelak ketikaa isteri-isterinya datang kepadanya dia akan bertanya, “cintakah kamu padaku? jika engkau cinta pada ku maukah engkau ikut mati bersama ku?” begitulah harapan terakhir dari sang saudagar kaya yang berharap memiliki kenangan manis di akhir hidupnya.

    Datanglah isterinya yang paling muda dengan membawa bingkisan buah-buahan untuk sang suaminya. Ketika isteri yang muda ini duduk di sebelah ranjang kasur pasien sang saudagar ini memulai dengan menyentuh lembut jemarinya, mengusap balutan pada pipinya dengan melontarkan senyuman hangat padanya. ketika suasana mulai cair mulailah saudagar kaya itu menanyakan pada isteri mudanya, , “cintakah kamu padaku? jika engkau cinta pada ku maukah engkau ikut mati bersama ku?” tanpa berucap sepatah kata apapun sang isteri muda ini melepas genggaman suaminya dan bergegas pergi meninggalkanya tanpa bergeming sedikitpun. Terlukalah hati saudagar kaya ini, betapa tidak, isteri yang paling dia cintai yang selaly dia berikan apapun yang dia mau dengan teganya pergi begitu saja tanpa berucap sepatah kata apapun. Berharaplah sang saudagar kaya ini pada isteri keduanya yang selalau dia agungkan akan prestasinya yang dia yakini setidaknya dia masih ada nurani untuk mengelukan permintaan terakhir suaminya ini.

    Kemudian datanglah isteri keduanya dengan masih menggunakan pakaian dinasnya dengan diiringi beberapa pengawal dinasnya memasuki kamar suaminya yang tengah terbujur lemah tak berdaya. Saat duduk sang isteri menggenggam tangan suaminya dengan melontarkan senyuman anggun seorang pejabat negara begitupula sang suaminya pun turut membalas dengan senyuman hangat bersahaja. Sembari bercakap-cakap dengan obrolan ringan sang saudagar ini melontarkan permintaanya, , “ Duhai isteriku cintakah kamu padaku? jika engkau cinta pada ku maukah engkau ikut mati bersama ku?”Seketika raut wajah sang isteri kedua ini menjadi pucat pasi, senyum yang awalnya membawa harapan berujung pupus tak berbekas. Dengan ketus dia berkata, “maaf mas saya tidak bisa menjawab pertanyaan yang kekanak-kanakan seperti ini” Pergilah sang isteri bersama para pengawalnya tanpa sekejap mengucapkan kata perpisahan. Merasa dikhianati atas kedua isterinya tadi sang saudagar ini menaruh harapan besar atas kesudian isteri kedua paling tidak untuk menghibur suaminya dengan setuju atas permintaan nyeleneh suaminya ini.

     Tak lama berselang datanglah isteri ketiganya ini dengan tatapan sayu memandang iba pada suaminya yang tengah terbujur sekarat. Dengan menggenggam tanga suaminya sembari melontarkan senyuman hangat sang suamipun denga tidak sabar segera bertanya, “ Duhai isteriku cintakah kamu padaku? jika engkau cinta pada ku maukah engkau ikut mati bersama ku?”. Tertegunlah sang isteri untuk beberapa saat tak lama berselang dia menggelengkan kepalanya dengan tetap mempertahankan senyuman hangatnya dan berkata “Wahai suamiku, maaf aku  tidak bisa menemani engkau mati, aku akan cukup mengantarkanmu ke tampat peristirahatan terakhir mu dan mendoakanmu agar tenang disana” Begitulah jawaban isteri yang sangat dia harapkan kelembutan sikapnya namun berujung pada jawaban manis berbalut sadis. Pergilah isteri ketiga itu meninggalkan suaminya seorang diri. Menahunlah kepedihan yang dialami sang saudagar kaya kini, ibarat sudah jatuh tertimpa tangga merasakan kesedihan yang sangat mendalam sudah tertimpa sakit yang kronis sikap tak acuh pun diterimanya dari isteri-isteri yang dia cintai namun cintanya bertepuk sebelah tangan. Puncaknya sang saudagar kaya kini menjadi lumpuh sekujur badanya, hanya indra pendengaranya lah yang masih berfungsi mendengarkan perbincangan orang-orang yang ada disekitrarnya.

    Kemudian datanglah isteri pertamanya denga tergepoh-gepoh menahan capai sebab kondisinya yang sudah separuh baya menerobos masuk ruangan suaminya yang oleh dokter dihadang sebab pasien tengah dinyatakan dalam status kritis ini. Dengan berurai air mata sang isteri mendekap erat tangan suaminya dengan penuh isak dia berkata, “duhai kang mas jangalah engkau pergi, janganlah engkau meninggalkan ku, aku cinta pada mu aku rela jika harus mati bersamamu”. Namun apadaya sang saudagar hanya dapat mendengar pernyataan terdalam dari isteri yang telah lama dia abaikan. Serasa ingin memberontak namun tubuhnya yang sudah terlanjur lumpuh hanya dapat meneteskan air mata penyesalan, telah menyianyiakan sesosok insan yang selalu mencintainya lahir batin menemaninya dikala suka dan duka disaat berkecukupan maupun melarat namun dengan egonya dia lebih memilih yang lain dan hingga akhirnya sang saudagar kaya itu menghembuskan nafas terakhirnya dengan perasaan bersalah.

    Hikmah apa yang dapat kita petik dari kisa di atas, ya, itulah perumpamaan diri kita. Isteri yang paling muda adalah perumpamaan badan kita, bada yang selalu kita puji keindahanya, badan yang selalu kita turuti apapun kemauanya ketika kita huas kita berikan minum, ketika kita lapar kita berikan makan, ketika rasa kantuk datang menerpa kita biarkan dia tertidur namun ketika waktu kita telah habis dia akan pergi begitu saja tanpa ada kalimat  perpisahaan yang indah.

    Perumpamaan isteri ketiga adalah segala hal yang kita miliki, rumah, pangkat, harta benda, investasi-investasi yang kerap kita banggakan dihadapan manusia namun hakikatnya ketika waktu ajal menjemput semua itu akan diwaris dan tidak akan dibawa mati. Seperti sebuah pepatah Jawa mengatakan dunio kui ditinggal turu lali, ditinggal mati keri yang bermakna bahwa urusan kedunian itu jika ditinggal istirahat akan lupa segalanya dan ketika ditinggal mati akan diwariskan.

     Perumpamaan isteri kedua adalah keluarga kita, sahabat kita, kolega kita yang selalu memberi kita dukungan dan dorongan. Selalu memberikan kita solusi-solusi atas setiap permasalahan yang menerpa kita namun ketika waktu kita telah habis mereka hanya mampu paling tidak tersedu sedan memperingati kepergian kita.

    Adapun perumpamaan isteri pertama adalah amalan kita, amalan kebaikan yang selalu setia bersama kita dan sejatinya teman ialah amalan baik kita. Dalam suatu hadis Sohih dijelaskan bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda,

    يتْبعُ الميْتَ ثلاثَةٌ: أهلُهُ ومالُه وعمَلُه، فيرْجِع اثنانِ ويبْقَى واحِدٌ: يرجعُ أهلُهُ ومالُهُ، ويبقَى عملُهُ

    “Ketika seseorang itu mati maka ada tiga hal yang mengikutinya, yang dua kembali dan yang satu tetap. Adapun yang dua itu adalah harta dan keluarga yang ketika selesai prosesi pemakaman dia akan kembali. Adapun satu perkara yang selalu bersamanya ialah amalan kebaikanya”
    HR: Bukhori

    Begitupula dalam sebuah senandung salah satu pelantun lagu religi mengatakan, “Bila waktu telah memamggil teman sejati tinggalah amal”.            

    Sudah cukup banyak Allah membuat perumpamaan tentang apa yang terjadi di semesta alam ini, segala aspek lini kehidupan sungguh Allah telah menyampaikan pesanya lantas bagaimana dengan manusia yang berakal sudahkah mereka merenungkanya.

    Semoga Allah memberikan banyak manfaat dan barokah

    Alhamdulillahi Jazza Kumullahu Khoiro

     السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

    Yogyakarta, 11 Desember 2021

    KataCakAkbar

    Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

    Hai

    Klik Kontak Whatsapp Di Bawah Ini Untuk Mulai Mengobrol

    Pemilik Cak Akbar
    +6282136116115
    Call us to +6282136116115 from 0:00hs a 24:00hs
    Hai, ada yang bisa saya bantu?
    ×
    Tanya Kami