√ Pangkas Ego - Cak Akbar
Daftar Isi [Tampil]




     السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

    Segala puji bagi Allah, Dzat yang melimpahkan banyak nikmatnya kepada kita semua tanpa henti. Pemberian Allah kepada manusia bak pisau bermata dua. Adakalanya dapat membawa manfaat yang besar atau sebaliknya justru mendatangkan malapetaka yang dahsyat.

    Perhatikanlah nukilan dari firman Allh ini,

    وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ

    “Dan akan tetapi Allah mencoba kalian dengan apa-apa yang Allah berikan pada kalian”

    QS. ALmaidah ayat 48

    Tak luput anugerah berupa kemampuan diri yang Allah berikan kepada kita adakalanya dapat memberikan manfaat namun adakalanya mendatangkan petaka.

    Saudaraku, pernahkah kita menjumpai seseorang yang terkadang fakir akan ilmu namun berlagak seolah paling tahu? atau pernahkan menjumpai seseorang yang tampak santun lagi bersahaja namun kaya akan wawasan? pembahasan itulah yang akan kami bahas pada tulisan kali ini.

    Menurut seorang pakar psikolog Amerika, Abraham Mashlow, hakikatnya manusia ialah makhluk yang selalu ingin mendapatkan pengakuan. Maksudnya, ia ingin selalu dipandang manusia lain bahwa ia memiliki superioritas di atas yang lain. Bahkan mereka selalu mengunggul-unggulkan dirinya seakan-akan dirinyalah yang lebih hebat dibandingkan yang lain. Tak ayal mereka menjadi kebal atas masukan dan krtikan yang membangun, selalu menyangkal stigma tentang diri mereka dan selalu mengklaim bahwa dirinya lah yang paling hebat. Penilaian tersebut sering kali bersifat subjektif (persangkaan belaka) yang hanya dilihat dari satu sudut pandang.

    Bagaimana Islam memandang hal tersebut? perhatikanlah firman Allah berikut,

    فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ

     “Maka adapun manusia, ketika Allah mencoba kepadanya dengan kemuliaan dan kenikmatan lantas dia berkata ” Thunaku telah memuliakanku”. Sebaliknya ketika Allah mencobanya dengan menahan rizekinya dia berkata “Tuhanku telah merendahkanku”

    QS. Alfajr 15-16

    Manusia adalah penilai terburuk terhadap dirinya namun jitu ketika menilai orang lain, begitulah kata sahabat saya dalam pandanganya menilai dirinya. Jujur adalah suatu hal yang perlu dilatih termasuk jujur kepada diri sendiri. Ketika seseorang ditanya tentang dirinya, tentu ia akan mempromosikan bahwa dirinya yang terbaik. Padahal belum tentu kenytaanya. Sebaliknya ketikma ditanya penilaianya terhadap orang lain,relatif, mereka lihai bahkan detail menjabarkan kekurangan suadaranya. Ingatlah nasehat dari Nabi Muhammad berikut,

    طُوبَى لِمَنْ شَغَلَهُ عَيْبُهُ عَنْ عُيُوبِ النَّاسِ

    “Beruntunglah bagi orang yang sibuk mengurusi aibnya (jauh) dari mengurusi aib (kekurangan) orang lain”

    HR. Addailami

    Namun hikmah dari hadis ini bukan berarti kita harus menjadi manusia yang kebal dari kritik dan saran. Justru sebaliknya dalam menilai aib dirikita sendiri adakalanya kita butuh masukan orang lain.

    Bahkan baginda Nabi Muhammad sebagai figur terbaik ummat Islam pernah mencotohkan sikap yang tawadhu (rendah hati) tatkala beliau khilaf dalam rakaat solat

    إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ أَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ ، فَإِذَا نَسِيتُ فَذَكِّرُونِي

    “Sesungguhnya aku ialah manusia seperti kalian, aku lupa sebagaimana kalian lupa maka ketika aku lupa ingatkalnlah aku”
    HR. Bukhori

    Pada tahun 1999 ada dua profesor psikoologi bernama David Dunning dan Justin Krugger yang kemudian mereka mengemukakakn sebuah teori yang bernama “The Dunning-Krugger effect” dalam tulisanya yang berjudul “Why people fail to recognize their own incompetencence”. Pada teori tersebut dapat didefinisikan sebagai bias kognitif di mana seseorang keliru menilai kemampuan yang dimiliki diri sendiri. Individu yang mengalami Dunning-Kruger Effect akan merasa kemampuan mereka jauh lebih tinggi dari yang sebenarnya. Bias ini dikaitkan dengan ketidakmampuan metakognitif untuk mengenali kemampuan mereka sendiri. 

    Jika diilustrasikan teori tersebut seperti ini,

    Dari, gambar tersebut dapat dijelaskan ketika pengelaman dan pengetahuan seseorang akan sesuatu masih minim maka tingkan kepercayaan dirinya semakin besar. Namun seiring berjalanya waktu dia akan semakin merasa bahwa dirinya perlu pengalaman untuk meningkatkan kapasitas dirinya hingga sampai kepada tahapan bahwa dirinya tidak ada apa-apa.

    Sering orang Jawa menyebutnya elmu pari (Ilmu padi) dimana sebuah padi ketika masih belum ada isinya dia akan tegak menjulang tinggi, namun seiring bertambah isinya dia akan semakin merunduk. Bahkan seorang penyair Inggris Shakespheare pernah menyatakan “Orang bodoh merasa dirinya bijak, tetapi orang bijak merasa dirinya bodoh.”

    Saudaraku, simaklah sebuah nasehat dari seorang ulama abad ke-8 bernama Kholil bin Ahmad dia berkata,

     الرِّجَالُ أَرْبَعَةٌ : رَجُلٌ يَدْرِي ويَدْرِي أَنَّهُ يَدْرِي فَذَلِكَ عَالِمٌ فَاتَّبِعُوهُ وَسَلُوهُ ، وَرَجُلٌ لا يَدْرِي ويَدْرِي أَنَّهُ لا يَدْرِي فَذَلِكَ جَاهِلٌ فَعَلِّمُوهُ ، وَرَجُلٌ يَدْرِي وَلا يَدْرِي أَنَّهُ يَدْرِي فَذَلِكَ عَاقِلٌ فَنَبِّهُوهُ ، وَرَجُلٌ لا يَدْرِي وَلا يَدْرِي أَنَّهُ لا يَدْرِي فَذَلِكَ مَائِقٌ فَاحْذَرُوهُ

    “Manusia itu terbagi atas 4 golongan (sifat) : “

    1. Seseorang yang tahu dan (sadar) bahwa dirinya tahu, maka dialah seorang yang berilmu maka ikutilah dan bertanyalah (ilmu) kepadanya.

    2. Seseorang yang tidak tahu dan dia (sadar) bahwa dirinya tidak tahu demikian itulah dia orang yang bodoh (tidak beilmu) maka ajarilah.

    3. Sesroang yang yang tahu dan dia tidak tahu (tidak sadar) bahwa dirinya tahu (karena lalai) maka ingatkanlah.

    4. Seseorang yang tidak tahu dan tidak pernah mau tahu jika dirinya tidak tahu, dialah orang yang pandir maka berhati-hatilah padanya.

    Riwayat : Jami’ Bayanil ilmi wa Fadhlihi 

    Maka saudaraku, berada diposisi manakah kita? hanya diri kita yang tau. Apakah kita selalu merasa cukup dengan apa yang kita punya tanpa mau menerima masukan dari orang lain? atau justru kita bisa menjadi pribadi yang nyegoro senantiasa terbuka terhadap masukan membangun terhadap diri kita?

    Jadilah orang yang tawadhu (rendah hati) sebagaimana pesan Nabi Muhammad

    مَنْ تَوَاضَعَ لِلَّهِ رَفَعَهُ اللَّهُ ، فَهُوَ فِي نَفْسِهِ صَغِيرٌ ، وَفِي أَعْيُنِ النَّاسِ عَظِيمٌ ، وَمَنْ تَكَبَّرَ وَضَعَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ، فَهُوَ فِي أَعْيُنِ النَّاسِ صَغِيرٌ ، وَفِي نَفْسِهِ كَبِيرٌ ، وَحَتَّى لَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِمْ مِنْ كَلْبٍ أَوْ خِنْزِيرٍ

    “Barang siapa yang dia tawadhu karena Allah maka Allah akan mengangkat dengan dirinya selalu merasa dirinya kecil namun manusia menganggapnya dia orang yang hebat. Barang siapa yang sombong maka Allah yang maha mulia dan maha agung akan menjatuhkanya walaupun dia menganggap dirinya besar namun dimata manusia dia kecil (hina) bahkan saking hinanya dia dimata manusia lebih hina daripada Anjing atau Babi”
    HR : Abu Daud

    Dengan begitu diri kita menjadi pribadi yang bernilai baik dalam pandangan manusia maupan pandangan sang Khalik.

    Alhamdulillahi Jazza Kumullahu Khorio

     السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

    Yogyakarta, 11 Desember 2021

    KataCakAkbar

    Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

    Hai

    Klik Kontak Whatsapp Di Bawah Ini Untuk Mulai Mengobrol

    Pemilik Cak Akbar
    +6282136116115
    Call us to +6282136116115 from 0:00hs a 24:00hs
    Hai, ada yang bisa saya bantu?
    ×
    Tanya Kami