√ Cara Islam Memberlakukan Pekerja - Cak Akbar

Cara Islam Memberlakukan Pekerja

Daftar Isi [Tampil]



    السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

    Disclaimer : Frasa budak pada tulisan ini tidak semakna dengan pembantu,pelayaan, atau sejenisnya yang difahami khlayak umum pada saat ini. Pada tulisan ini kami memnyamakan frasa budak sebagai padanan seperti pekerja. Dalam banyak literatur istilah budak merupakan bentuk peyoratif dari hamba sahaya. Adapun penjelasan tentang Islam dan Perbudakan akan kami jelaskan secara terpisah ditulisan lainnya, Insya Allah


    Ketika Islam belum datang, seperti halnya bangsa-bangsa yang lain, bangsa Arab terbiasa memperlakukan budak secara sewenang-wenang. Budak tak ubahnya seperti benda jika dalam ekonomi disebut input/faktor produksi, bukan lagi manusia. Maka pada masa itu lazim terjadi jual beli budak. Mereka disiksa jika berbuat salah, bahkan tak jarang sampai mati. Hingga diutuslah Nabi Muhammad sebagai Rasulullah ﷺ yang mengubah seluruh tatanan sosial ini, mengajarkan kesetaraan (equality) kepada sesama manusia walaupun terdapat kelas sosial, dengan berprinsip pada egalitarian.

    Jika kita amati sejak kecil, Rasulullah ﷺ diasuh oleh seorang wanita budak bernama Ummu Aiman, mantan budak almarhum bapaknya. Ummu Aiman sudah beliau ﷺ anggap seperti ibu sendiri, bahkan termasuk Ummu Aiman ialah ibu susuan Rosulullah. Maka sejak kecil beliau ﷺ memperlakukan budak seperti keluarga, tidak lebih rendah derajatnya dari yang lain sama halnya seperti orang yang merdeka

    Pada tulisa ini kami hanya berorientasi pada bagaimana Rosulullah dahulu memberlakukan budak/pekerja, yang sekiranya bisa kita ambil manfaat dan hikmahnya.

    Ketika Rasulullah ﷺ mendapatkan wahyu dan mendapat tugas untuk menyebarkan Islam, maka beliau ﷺ dengan lantang menyuarakan keadilan untuk semua golongan, tak terkecuali untuk orang-orang kecil/budak. Beliau ﷺ menjadi pembela nomor wahid para budak dari kezaliman, bahkan hal itu tercermin seperti cara majikannya memanggil. Rasulullah ﷺ bersabda:

    وَلاَ يَقُلْ أَحَدُكُمْ عَبْدِي أَمَتِي.‏ وَلْيَقُلْ فَتَاىَ فَتَاتِي غُلاَمِي

     

    Jangan kalian berkata (kepada budak kalian), “Hei budakku!” Tapi hendaknya kalian berkata, “Wahai pemudaku, wahai anakku.” (HR. Muslim ).

    Dalam hal memberikan beban kerja misalnya, Rasulullah ﷺ juga menyuruh para majikan agar tidak memberikan beban kerja yang terlalu berat kepada budak mereka. Bahkan Rosulullah  juga memerintahkan agar para majikan memberikan mereka pakaian dan makanan yang layak atau dengan istilah lain upah yang layak/kurup. Begitupula dalam hubungan kerja, Rosulullah  mengajarkan model partnership antara atasan dan bawahan, Rosulullah ﷺ bahkan mengajarkan atasan (majikan/senior atau sejenisnya) supaya bisa membimbing, mengarahkan, bahkan meringakan kerja bawahannya. Beliau ﷺ bersabda:

     

    لِلْمَمْلُوكِ طَعَامُهُ وَكِسْوَتُهُ وَلاَ يُكَلَّفُ مِنَ الْعَمَلِ إِلاَّ مَا يُطِيقُ

     

    Seorang budak berhak mendapatkan makanan dan pakaian yang layak, dan janganlah dibebani dengan pekerjaan di luar batas kemampuannya (HR. Muslim).

    Dalam suatu kasus Rasulullah ﷺ bahkan pernah menegur sahabatnya, Abu Dzar  yang beradu mulut dengan budaknya dan mengejek ibunya yang non-Arab. Sang budak lalu mengadu kepada Rasulullah ﷺ, dan beliau ﷺ memanggil Abu Dzar lalu bersabda:

     

    يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ هُمْ إِخْوَانُكُمْ جَعَلَهُمُ اللَّهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ فَأَطْعِمُوهُمْ مِمَّا تَأْكُلُونَ وَأَلْبِسُوهُمْ مِمَّا تَلْبَسُونَ وَلاَ تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ فَأَعِينُوهُمْ

     

    Hei Abu Dzar, sungguh dalam dirimu masih ada sifat jahiliah. Mereka itu saudaramu yang Allah jadikan di bawah kuasamu, maka berilah mereka makan seperti yang kamu makan, berilah mereka pakaian seperti yang kamu pakai, jangan membebani mereka di luar kemampuan, dan jika kamu membebani mereka, maka bantulah (HR. Muslim).


    Di tangan Rasulullah ﷺ, nasib para budak di Arab menjadi lebih baik. Beliau ﷺ memanusiakan mereka di kala yang lain menganggap mereka sebagai benda. Beliau menjadikan mereka saudara di kala yang lain menjadikan mereka orang hina. Beliau bahkan tidak malu makan bersama mereka di kala yang lain memilih menjauhi mereka.

    Rasulullah ﷺ seakan-akan mengerti penderitaan mereka, hingga beliau ﷺ pernah bersabda:

     

    إِذَا أَتَى أَحَدَكُمْ خَادِمُهُ بِطَعَامِهِ، فَإِنْ لَمْ يُجْلِسْهُ مَعَهُ فَلْيُنَاوِلْهُ أُكْلَةً أَوْ أُكْلَتَيْنِ، أَوْ لُقْمَةً أَوْ لُقْمَتَيْنِ، فَإِنَّهُ وَلِيَ حَرَّهُ وَعِلاَجَهُ

     

    Jika pembantumu membawakan makanan, kalau kamu tidak mengajaknya bergabung bersamamu, maka setidaknya kamu biarkan dia mengambil sesuap dua suap makanan, karena dia yang merasakan panas dan bersusah payah memasaknya (HR. Bukhari).

    Bahkan jika kita melihat dalam teori ekonomi modern, ada yang disebut dengan Labour Theory of Value (LTV) dimana berwujudnya sebuah output produksi itu menjadi bernilai karena adanya tenaga kerja/labour. Logisnya seperti ini, walaupun seorang pemilik modal (Kapitalis) memliki sebanyak apapun faktor input produksinya, maka input tersebut tidak akan menjadi bernilai tanpa campur tangan pekerja. Misal saja, seorang juragan Bakso memiliki bahan baku untuk buat bakso secara komplit, maka bakso itu tidak akan menjadi bakso tanpa campur tangan pekerja. Maka sudah sepantasnya pekerja mendapatkan hasil upah yang layak atas kerejanya, karena tanpa jerih payah pekerja input pemodal tidak akan menjadi apa-apa (bernilai).

    Dalam cerita yang lain Sohabat Anas bin Malik juga pernah menceritakan bagaimana baiknya Rasulullah ﷺ terhadap para budak. Jika beliau ﷺ sedang berjalan di Madinah dan ada budak kecil perempuan yang menggenggam tangannya, maka beliau ﷺ tidak akan melepaskannya sebelum mengajak sang anak ke mana pun yang ia suka dan memenuhi segala hajatnya (HR. Bukhori). lampiran kisah hadist


    عن أنس -رضي الله عنه- قال: إنْ كانَتْ الأَمَةُ من إمَاءِ المدينةِ لتَأخُذُ بيدِ النبيِّ -صلى الله عليه وسلم- فَتَنْطَلِقُ بِهِ حيثُ شَاءتْ.

    Begitulah Rasulullah ﷺ mewariskan sifat welas asih dan memanusiakan semua umatnya dari golongan mana pun. Jika kita hari ini melihat seorang majikan bersikap keras dan congkak kepada pembantunya/pekerjanya, maka kita tahu bahwa ia tidak meniru apa pun dari Rasulullah ﷺ. Semoga kita diberikan sifat kasih sayang yang besar kepada siapapun.


    Sekian semoga ada manfaatnya,

    Alhamdulillahi Jazza Kumullah Khoiro


    السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


    لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

    "Tidaklah salah satu kalian dikatakan sempurna imannya sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri" (HR. Bukhori)

    31, Mei 2022

    KataCakAkbar


    Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

    Hai

    Klik Kontak Whatsapp Di Bawah Ini Untuk Mulai Mengobrol

    Pemilik Cak Akbar
    +6282136116115
    Call us to +6282136116115 from 0:00hs a 24:00hs
    Hai, ada yang bisa saya bantu?
    ×
    Tanya Kami