“The great art of ridding, as i was saying, is to keep your balance properly. Like this, you know”
– Lewis Carroll, Through the looking glass
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Jumpa lagi sob, bersama cak Akbar. Pada pembahasan kali ini mas Akbar akan berusahan menjelaskan se-ringkas-ringkasnnya pada temen-temen tentang inflasi nih hehehe. Ehem, oke langsung aja ya hehehe
Jadi, 101 (one o one) adalah istilah yang biasa digunakan dalam dunia akademis yang bermakna pendahuluan atau pengantar sebelum memasuki jenjang dan pengetahuan yang lebih komplekss. Seperti judulnya pada tulisan saya kali ini akan memberikan pemahaman mendasar kepada khalayak umum tentang apa itu Inflasi?
Mungikin sebagian besar dari Anda mengerti apa itu Inflasi dan fatktor-faktor apa saja yang menyebabkanya. Namun perlu diingat bahwa sudut pandang yang saya tawarkan dalam tulisan ini adalah dari sudut pandang Ilmu Ekonomi yang membahas gejala ekonomi secara objektif dengan menerapkan kaidah umum (universal) yang dapat diterapkan dalam khasus-khasus tertentu. Mengapa? saya mengutip dari perkataan salah satu begawan ekonomi Indonesia Prof. Boediono
Masalah inflasi bisa lebih kompleks dan melebihi ekspektasi dari Ilmu Ekonomi sendiri, sehingga dapat saya katakan bahwa Inflasi itu sendiri merupakan persoala ekonomi-sosio-politis
– Boediono dalam Pengantar Ilmu Ekonomi
Nah, sering kali masyarakat melihat Inflasi sebagai sebuah musibah, sebagai sebuah bencana tanpa betul-betul mengerti tentang apa sih sebenarnya inflasi itu?
DEFINI INFLASI
Definisi Inflasi saya kutip dari dari duo ekonom senior UI yakni Prathama Rahardja & Mandala Manurung yakni,
Inflasi adalah kenaika harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus
yaps, sesederhana itu. Namun dari pernyataan yang sederhana itu dapat dijabarkan dengan sangat komprehensif. Dimana syarat terjadinya inflasi menurut definis di atas ialah
1. Harganya naik
2. Bersifat umum
3. Berlangsung secara terus menerus
Mari kita bedah, jika tahun ini harga beras 1 liter adalah Rp. 10.000 lalu tahun depan menjadi Rp. 11.000 maka terjadi kenaikan harga dan masuk salah satu syarat inflasi. Nah, suatu perekonomian belum dikatakan inflasi jika kenaikan harga tersebut tidak terjadi secara umum. Contoh, jika hanya harga mangga saja yang naik namun harga-harga yang lain tidak naik maka hal tersebut tidak dikatakan inflasi namun jika kenaikan suatu harga mempengaruhi barang-barang lain menjadi naik maka masuklah definisi inflasi yang kedua yakni bersifat umum. Selanjutnya, gejala tersebut harus terjadi secara terus menerus (biasanya dilaporkan dalam bentuk triwulan atau bahkan tahunan) sehingga jika hanya terjadi secara sesaat maka tidak dapat dikategorikan sebagai inflasi. Itulah mengapa prof. Boediono menyebtukan gejala inflasi yang belum memenuhi ketiga syarat tadi disebut “Supressed Inflation” atau Inflasi yang ditutupi.
FAKTOR PENYEBAB INFLASI
Oke, jika inflasi ialah gejala tentang kenaikan harga lantas apa saja yang menjadi penyebabnya?
akan saya mulai dari sebuah pernyataan dari seorang legendanya ekonomi modern yakni Milton Firedman
inflation is always monetary phenomenon
-Milto Friedman
Sederhananya menurut Milton fenomena inflasi penyebab utamanya ialah karena faktor kebijakan moneter (naik turunya permintaan dan penawaran uang). Apakah sesederhana itu?
Ada banyak faktor yang menyebabkan inflasi menurut para ekonom selain karena faktor moneter (mengingat Milton Friedman sendiri adalah ekonom yang berhaluan moneterianist, sehingga opininya tentang inflasi akan bersinggungan dengan fenomena moneter) di antaranya :
MADZHAB KLASIK
Madzahb klasik : adalah para ekonom yang hadir sebelum masa great depression (1930 ke bawah) mereka mengamati bahwa inflasi terjadi karena dua penyebab
Karena adanya tekanan permintaan (Demand-pull inflation)
Karena adanya tekanan penawaran dari segi ongkos (Cost-push inflation)
PEMBAHASAN
Adanya tekanan permintaan terjadi ketika tingginya permintaan secara agregat (umum) sehingga menyebabkan harga yang ditawarkan menjadi meningkat
Bisa Anda perhatikan, pada titik D1 (permintaan awal) harga sebesar P1 dan jumlah barang yang ditawarkan sebesar Q1 (dalam istilah agregat baiknya menggunakan isitlah “Y”) Selanjutnya karena permintaan menjadi naik ke D2 maka harga yang ditawarkanpun meningkat menjadi P1 dalam hal ini produksi juga beriringan naik (dengan asumsi tidak terjadi inflationary gap) itulah kenapa teori ini akan ada revisi dari para pemikir madzhab neo-klasik yang akan saya jelaskan di bawah.
Adanya tekanan ongkos (Cost-push inflation) jika tadi inflasi dari gejolak pasar/konsumen, maka ini dari sisi produsen. Dimana inflasi terjadi ketika produsen mengalami tekanan dalam ongkos produksi dikarenakan meningkatnya faktor-faktor produksi. Penyebabnya beragam, bisa jadi karena kelangkaan bahan baku (sacarcity) atau meningkatnya harga bahan baku pasaran. Jika digambarkan dengan kurva sperti ini
Dimana, penawaran (dari sisi produsen) yang mula-mula berada pada titik AS1 ( Agregat Supply) bergeser menjadi AS2 yang otomatis menjadikan harga menjadi naik dari P1 ke P2 dan menyebabkan output menurun. Itulah mengapa fenomena inflasi dari segi tekanan ongkon seringkali menyebabkan terjadi Stagflasi dimana perekonomian mengalami kemandekan (Stag) disertai dengan terjadinya ifnlasi.
Untuk penjelasan lebih lanjut akan kami bahas di akhir.
MADZHAB NEO-KLASIK
Madzhab Neo-Klasik : adalah para ekonom yang hadir pasca terjadinya great depression atau biasa disebut madzhab keynsian yang dipelopori oleh seorang ekonom berkebangsaan Inggris John Maynard Keynes dimana apa yang mereka konsepkan hampir sama dengan madzhab klasik hanya ada sedikit modifikasi pada teori demand-push inflation dan ada penambahan pada konsep moneter
PEMBAHASAN
Nah, pada konsep demand-push inflation Keyns berasumsi bahwa ada fenomena inflationary gap dimana adanya ketidakseimbangan antara permintaan agregat dengan ketersediaan barang yang ada atau lebih mudahnya lebih besar permintaan daripada barang yang tersedia dalam agregat.
Jadi, asumsi yang dibahas Keyns sangat logis, dimana ketika fenomena inflationary gap masih ada maka inflasi akan terus ada.
Selanjutnya faktor moneter yang sering disinggun oleh para ekonom modern ialah bahwa penyebab inflasi yang cukup sering terjadi ialah ketika jumlah uang beredar lebih banyak (uang kartal/giral) yang menyebabkan terjadinya penurunan nilai uang dan meningkatnya harga barang secara rill
Untuk lebih mudahnya mari saya gambarkan dengan model yang dibangun oleh Mankiw (salah seorang ekonom terkemuka dunia) dalam teori Monetary Injection.
Sumbu horizontal menunjukan jumlah uang dan sumbu vertikal di kiri menunjukan nilai uang dan sumbu vertikal di kanan menunjukan tingkat harga, paham ya.
Nah, logika dari model ini ialah
“Ketika uang yang beredar sedikit maka nilai uang menjadi tinggi dan tingkat harga menjadi murah, sebaliknya ketika uang yang beredar menjadi tinggi maka nilai uang menjadi rendah dan tingkat harga menjadi tinggi. Untuk contoh coba lihat kasus inflasi di bawah ini

Pada tahun 2017 lalu Venezuela mengalami Hiperinflasi terparah sepanjang sejarahnya. Dan Anda tahu kenapa itu bisa terjadi? ya karena kebijakan defisit anggaran pemerintah yang mencetak uang sebanyak-banyaknya sehingga menjadikan nilai uang menjadi rendah dan tingkat harga secara umum menjadi tinggi. Mengapa pemerintah disana “gila-gilaan” cetak uang? ya, karena mereka menerapkan kebijakan subsidi yang “gila-gilaan” juga kepada masyarakat padahal negara tersebut adalah negara kaya dengan komoditas utamanya adalah minyak dan ketika harga minyak dunia mengalami penurunan mereka yang mulai menipis cadangan devisanya harus mencetak uang sebanyak-banyaknya untuk terus mensubsidi masyarakat. ya sampai-sampai jurnalis Amerika memberikan kutipan satir atas inflasi yang terjadi di venezuela
The road to hell is paved with good intentions
(“Jalan ke neraka, diaspali oleh NIAT BAIK”)
TEORI KUANTITAS & STRUKTURAL
Beberpa teori inflasi lainya di luar madzhab di atas tadi seperti teori kuantitas dan teori struktural
Pada teori kuantitas hampir mirip dengan teori moneter sebelumnya hanya ditambahkan asumsi “psikologi” masyarakat bahwa harga memang akan naik dimasa yang akan datang selain itu juga ada teori struktural yang bersifat jangka panjang dimana inflasi akan terjadi tergantung pada struktur ekonomi di suatu negara tersebut.
UPAYA PEMERINTAH
Nah, disinlah letak keunikan madzhab neo-klasik sebab mereka menekankan adanya intevensi pemerintah saat terjadi kondisi-kondisi dimana perekonomian tidak dapat diselesaikan melalui mekanisme pasar. setelah kita sedikit tahu tentang apa itu inflasi dan penyebab-penyebabnya maka kita juga harus tahu bagaimana pemerintah mengambil sikap atas terjadinya ifnlasi, betul? Setidaknya pemerintah harus tahu darimana sumber inflasi itu terjadi agar dapat dengan tepat menekan laju inflasi
INFLATION TARGETING FRAMWORK (ITF)
Seperti yang saya katakan sebelumnya bahwa penyebab inflasi lainya adalah karena adanya ekspektasi masyarakat, dimana ekspekasi masyarakat ini jika tidak dikendalikan akan menimbulkan asumi-asumsi yang tidak berkesudahaan. Maka pemerintah secara sengaja menargetkan inflasi itu sendiri yang ditandai dengan pengumuman kepada publik mengenai target inflasi yang hendak dicapai dalam beberapa periode ke depan. Sehingga masyarakat tidak akan berekspektasi di luar target inflasi yang sudah ditentukan oleh pemerintah, sebab pemerintah lebih mengerti tentang asumsi-asumsi yang dibangun dalam merumuskan ekpektasi itu.
Secara sederhana dari sekian banyaknya pengertian tentang inflasi, pada hakikatntya inflasi itu sendiri bagaikan tekanan darah pada manusia. Jika terlalu tinggi tidak baik, dan jika terlalu rendah tidak baik. Maka dengan skema ITF ini dengan sengaja, pemertintah
sengaja menargetkan inflasi pada titik tertentu. Mas Bro, ketika inflasi itu tinggi menunjukkan adanya aktivitas ekonomi yang tinggi (
volitality) alias "kegiatan ekonomi tumbuh dengan baik". Apalagi pasca pandemi seperti ini, hampir semua negara mengalami inflasi yang tinggi, kenapa? karena perekonomian lagi
going to the moon ea. Logikanya ketika terjadi kenaikan transaksi ekonomi, maka secara langsung akan mengakibatkan inflasi. Sebaliknya inflasi yang rendah juga menunjukkan buruknya kinerja perekonomian dikarenakan tidak adanya perputaran aktivitas ekonomi. Maka disinilah peran pemerintah yang diwakili oleh Bank Sentral, Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas perekonomian.
STAGFLASI
Topik selanjutnya dari mimpi buruk inflasi adalah stagflasi. Seperti yang sudah di bahas sebelumnya bahwa terjadinya stagflasi (perekonomian yang lesu dan dibarengi terjadinya inflasi) terjadi karena sisi penawaran (cost-push inflation) maka upaya terbaik dalam menaggulanginya juga melalui penawaran dengan cara mengurangi biaya produksi pada produsen dan menstabilkan harga seperti mengurangi pajak impor dan pajak atas bahan mentah, melakukan penetapan harga (seperti batas bawah dan batas atas), menggalakan percepatan teknologi dalam produksi agar lebih efisien. Jika digambarkan dengan kurva sebagai berikut.
Jika Anda perhatikan pada grafik di atas, mula-mula keseimbangan berada pada titik E0, lalu akibat adanya cost-push inflation maka keseimbangan terjadi di titik E1 dan harga naik menjadi P1 dan output turun menjadi Y1. Selanjutnya pemerintah menggalakan program agar perekonomian tetap jalan dan efisien sehingga output naik ke Y2 dan keseimbangan menjadi E2 dan harga pada P2.
Selain itu pemerintah juga dapat menekan laju inflasi melalui beberapa kebijakan seperti kebijakan Fiskal dengan menambah pajak dan mengurangi pengeluaran dan moneter dengan menaikan suku bunga dan membatasi kredit.
HIKMAH DIBALIK IFLASI
Sebetulnya fenomena inflasi sendiri nyaris dapat dikatakan tidak ada manfaatnya, justru sering meninbulkan kerugian ekonomi secara tidak langsung di antaranya ialah menurunkan kesejahterahaan masyarakat yang berpenghasilan tetap sedangkan laju inflasi terus terjadi sehingga mengakibatkan menurunya upah rill. Sejatinya seperti yang dijelaskan di muka bahwa inflasi itu sendiri merupakan fenomena yang mau tidak mau akan tetap ada. Namun ada seorang ekonom yang cukup radikal bernama Prof. A.W. Philips pada tahun 1958 dari Inggris. Dimana dia secara empiris membuktikan hubungan antara inflasi dan pengangguran yang ada di Inggris dalam kurun waktu 1861 – 1957 bahwa terdapat trade-off di antara dua variabel tersebut.
Dimana, saat tingkat inflasi tinggi maka pengangguran menjadi berkurang. Hal tersebut dikarenakan ketika inflasi tinggi pemerintah mencetak uang dalam bentuk membeli surat hutan/obligasi atau dengan cara menurnkan tingkat suku bunga sehingga masayrakat tertarik mengajukan kredit dan menggunakanya pada sektor rill. Sebaliknya ketika inflasi rendah maka uang cenderung banyak diletakan pada perbankan sehingga pengangguran menjadi meningkat. Namun para ekonom maadzhab neo-klasik berpendapat bahwa fenomena seperti itu hanya terjadi pada jangka pendek (short-term) adapun dalam jangka panjang tidak ada hubungan signifikan antara kedua varaibel tersebut seperti yang digambarkan pada grafik berikut.

PENUTUP
Intinya, inflasi itu adalah fenomena umum yang terjadi dalam perekonomian, sehingga konsep zero inflation adalah konsep yang utopis karena penyebab inflasi itu ada beragam. Sebabnya karena inflasi itu adalah suatu keharusan yang pasti ada dalam kegiatan ekonomi manusia maka tugas yang paling bijak ialah mengendalikan bagaimana inflasi tersebut tetap terkendali dengan kondusif agar perekonomian dapat terus berjalan tanpa ada gejolak.
Sekian, selamat berakhir pekan
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
KataCakAkbar
Yogyakarta, 4 Juni 2022
Referensi :
Boediono, Ekonomi Makro – 1982
Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar – 2013
Prathama Rahardja & Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro suatu pengantar – 2001
N. Gregory Mankiw, Principles of Economics on Macroeconomics – 2006
Glenn Hubbard, Macroeconomics International Edition – 2014
Dornbusch, Macroeconomics – 2012