السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Pembaca yang budiman, sebelum lebih jauh membaca tulisan ini ada baiknya kami jelaskan bahwa adanya maksud tulisan ini adalah dalam rangka memberikan narasi yang berimbang antara peran orang tua dan anak. Teramat banyak tulisan, artikel, ceramah, tayangan video yang menjelaskan antara bakti anak kepada orang tua dan berusaha menjadi anak yang baik dan tidak durhakan kepada orang tua. Baik antara anak dan orang tua sama-sama memiliki hak yang telah menjadi fitrahnya, dimana agar keduanya dapat berjalan dengan baik haruslah saling bisa memenuhi kewajibannya agar dapat diperoleh hak-haknya. Seperti yang sudah diketahui hak-haknya orang tua yang menjadi kewajiban anak adalah berbakti, membantu meringankan beban orang tua, menyenangkan hati orang tua, mendoakan yang baik kepada mereka, selalu patuh terhadap perintah orang tua selagi perintah itu bukan perintah yang maksiat. Lantas apa yang menjadi haknya anak dan kewajiban orang tua? Pada tulisan sederhana inilah akan kita bahas atas tinjauan Quran dan Hadist.
Dalam suatu riwayat Abu Laits As-Samarkand dalam kitab At-Tanbih diceritakan suatu hari ada seorang laki-laki membawa anaknya kehadapan kholifah kala itu Sayyidina Umar dan berkata, “(wahai amirul mukminin) sesungguhnya anak saya telah berbuat durhaka kepada saya (maka nasehatilah dia)” Kemudian Umar mendekat kepada anak tersebut dan berkata “Apakah kamu tidak takut terhadap Allah hingga berani durhaka kepada orang tuamu?”
Lalu Umar melanjutkan
“Sesungguhnya hak yang harus kau penuhi untuk orang tuamu adalah ini, ini, dan ini (menyebutkan beberapa hal)”
lalu anak tersebut berkata “wahai amirul mukminin, apakah anak itu memiliki hak dari orang tuanya?” Umar berkata “tentu saja, adapun haknya anak dari orang tua adalah (1) memilihkan ibu yang baik bagi si anak agar anak tersebut tidak tercela sebab keburukan orang tuanya, (2) Memberi nama yang baik padanya (3) dan mengajarkan anaknya kitab (diajarkan ngaji atau diberikan pendidikan yang baik dan layak bilmakruf).
Mendengar hal itu sang anak pun berkata “wahai amirul mukminin demi Allah apa yang Anda sebutkan tadi tidak ada dalam diriku” “demi Allah” lanjut sang anak “bapak saya tidaklah memilihkan ibu yang baik padaku, bahkan ibu saya adalah wanita Shindiyyah (wanita yang tidak jelas asal usulnya/ada yang menjelaskan wanita budak) yang bapak saya membelinya seharga 400 dirham, bapak saya tidak memberikan saya nama yang baik , bahkan saya diberi nama Ju’alan (kumbang/serangga yang sering hinggap dikotoran, dan saya tidak pernah diajari bapak saya satu ayatpun dari Al-Qruan”
Mendengar pernyataan sang anak, umar pun menoleh kepada sang bapak dan berkata padanya, “kamu berkata anakmu durhaka padamu?, sungguh kamu telah durhaka kepada anakmu sebelum anakmu durhaka kepadamu”
Sebagai lampiran
أن رجلا جاء إلي عمر بن الخطاب رضي الله عنه بابنه و قال : إن ابني هذا يعقني فقال عمر للابن أما تخاف الله في عقوق والدك فإن من حق الوالد كذا؟
فقال الولد يا أمير المؤمنين أما كان للابن على والده حق ؟ قال نعم ,حقه عليه أن يستنجب أمه و يحسن اسمه و يعلمه الكتاب فقال الابن : فولله ما استنجب أمي و ما هي إلا سِنْديَّه اشتراها بأربعمائة درهم و لا حسن اسمي سمَّاني جُعَلاً, و لا علمني من كتاب الله آية واحدة فألتفت عمر إلي الأب
و قال : تقول ابني يعقني ,فقد عققته قبل أن يعقك.
Maka sudah barang tentu, buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. Dari cerita di atas tentunya bisa jadi bahan renungan bagi kita, sejauh apa kita dalam memberikan haknya anak sehingga kita juga pantas/layak meminta hak kita? Setidaknya simaklah hadist dari Rosulullah ﷺ berikut ini,
من حق الولد على والده ثلاثة
يحسن اسمه ، ويعلمه الكتابة ، ويزوجه إذا بلغ
“Termasuk hakmya anak dari orangtuanya adalah dia diberikan nama yang baik, dia diajarkan kitab (diberi pendidikan) dan menikahkan dia saat dia sudah dewasa”
HR. Baihaqi
أعينوا أولادكم على بركم، من شاء استخرج العقوق من ولده
“Tolonglah (ajarilah) anakmu untuk berbuat baik pada kalian (diajari adab berbakti pada orangtua) barang siapa yang menghendaki (jika anaknya tidak diajarkan seperti itu) maka jadilah si anak itu akan berani menyakiti pada orangtuanya
HR. Tobroni
Setidaknya itulah yang menjadi kewajiban orang tua dan menjadi haknya anak. Ingatlah bahwa anak lahir ke dunia ini dalam keadaan tabularasa (bersih) bagai kertas putih yang apa saja isinya nanti kelak bergantung bagaimana dari orangtuanya. Perhatikan hadist di bawah ini
كُلُّ إِنْسَانٍ تَلِدُهُ أُمُّهُ علَى الفِطْرَةِ، وَأَبَوَاهُ بَعْدُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ، فإنْ كَانَا مُسْلِمَيْنِ، فَمُسْلِمٌ
“Setiap manusia itu dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan fitroh (suci/bersih/kosong) maka setelah kedua orangtuanya lah yang menjadikan anaknya yahudi, nasrani, atau majusi. Jika kedua orang tuanya Islam maka Islamlah si anak”
HR. Baihaqi
Maka ketahuilah bahwa anak itu ialah anugerah terbaik dari Allah, maka sudah seharusnya kita rawat dengan jalan yang paling terbaik. Ada sebuah pepatah yang mengatakan “jika kamu membiarkan anak-anakmu maka siang dan malamlah (lingkungan) yang akan mendidik mereka”. Terlebih anak itu hakikatnya ialah titipan dari Allah yang kelak nanti akan Allah mintakan pertanggung jawabannya di hari kiamat, simaklah hadist berikut ini
وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ
“Setiap orang adalah pengembala (pemimpin) dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang suami adalah pemimpin atas anggota keluarganya dan akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang istri adalah pemimpin atas rumah tangga dan anak-anaknya dan akan ditanya perihal tanggung jawabnya”
HR. Muslim
Mari bersama-sama kita saling menunaikan kewajibannya masing-masing agar kelak hak kita juga ingin dipenuhi. Tentu orangtua bukanlah makhluk yang sempurna, tentu ada beberapa celah yang menjadi kekurangan mereka. Disinilah pentingnya bakti seorang anak agar selalu bisa memiliki sikap yang menjunjung tinggi martabat orangtuanya dan memendam dalam-dalam kekurangan mereka (istilah orang Jawa : mikul nduwur mendem jero).
Semoga Allah memberikan manfaat dan barokahnya,
الحمد لله جزاء كم الله خير
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Yogyakarta, 14 November -KataCakAkbar