السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
PENDAHULUAN
Dalam setiap kesempatan nasehat-nasehat maupun pembukaan dalam setiap kesempatan pengajian, kita selalu di ajak untuk mensyukuri nikmat hidayah Allah yang nilainya pol yang tiada bandingan bahkan tiada lagi nikmat yang lebih tinggi di atasnya. Bahkan saking polnya nikmat tersebut, seringkali dikatakan sebagai rajanya nikmat. Apa itu? Ialah nikmat yang Allah berikan kepada hamba yang Allah pilih bahwa dalam hidup sekali dan sementara di dunia ini bisa menetapi Quran Hadist Al-Jamaah.
PIRAMIDA HIDAYAH
Ilham pada tulisan adalah bahan materi yang dulu saya gunakan untuk lomba (musabaqoh) dakwah/ceramah sewaktu saya mengenyam dunia santri waktu itu. Pada waktu itu saya memilih tema bersyukur yang merupakan salah satu dari empat tali keimanan. Waktu itu saya menggambar sebuah segitiga dengan garis-garis di atas papan tulis seperti ini,
TINGKAT SATU
Pada bagian segitiga yang paling bawah atau pada tingkat nomor satu, adalah semua manusia yang ada di dunia saat ini. Menurut beberapa sumber, estimasi total populasi manusia yang di dunia saat ini kurang lebih 7,5 miliar jiwa. Bayangkan, dari manusia sebanyak itu berapa banyak manusia yang pada hakikatnya mengerti bahwasanya hidup itu harus untuk ibadah?
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Tidaklah aku (Allah) menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk ibadah”
QS. Az-zariya : 56
TINGKAT DUA
Alhamdulillah, beruntunglah atas izin Allah sebagian manusia ini kemudian terpilih menjadi hamba-NYA yang mau beribadah maka naiklah mereka ke tingkat yang ke dua. Namun ditingkat ini menjadi pertanyaan dari sekian banyak hamba Allah yang beribadah berapa banyak yang dalam ibadahnya itu betul-betul sesuai perintah Allah (Islam)? walaupun di luar sana juga banyak kelompok umat beribadah yang secara konseptual mengimani Allah secara esa (monoteis) dengan berbagai bentuk model kepercayaanya namun dalam Alqruan secara mutlak Allah menegaskan dalam firman-NYA bahwa agama yang Allah terima ialah Islam
TINGKAT KETIGA
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ ۗ
Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam
QS. Ali Imran : 19
Bahkan para mufasirin (pentafsir) Alquran, saya menggunakan kitab ibnu katsir salah satu yang termasyhur, menjelaskan pengertian ayat ini
إِخْبَارٌ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى بِأَنَّهُ لَا دِينَ عِنْدَهُ يَقْبَلُهُ مِنْ أَحَدٍ سِوَى الْإِسْلَامِ، وَهُوَ اتِّبَاعُ الرُّسُلِ فِيمَا بَعَثَهُمُ اللَّهُ بِهِ فِي كُلِّ حِينٍ
“(ayat ini) adalah khabar dari Allah yang maha luhur bahwasanya tidak ada agama di sisi Allah yang Allah terima dari seorangpun selain Islam, (Islam itu) adalah mengikuti (perintah) Rosul (Muhammad) di dalam apa-apa yang Allah utus untuk mereka umat dengan Alquran dalam segala keadaan”
Bahkan termasuk beberapa ayat terakhir yang diwahyukan kepada Rosulullah ﷺ berupa penegasan bahwa Allah ridho Islam sebagai agama yang Allah terima
اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ
Pada hari ini (peristiwa Haji Wada’ tahun 10 H dimana 6 bulan sebelum wafatnya Rosulullah) telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.
QS. Almaidah : 3
Allah pun juga menegaskan bahwa barang siapa yang menetapi agama selain Islam maka agama tersebut tidak akan Allah terima, bahkan di akhirat kelak dia akan menjadi orang yang merugi (amalan ibadahnya tidak Allah terima)
وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.
QS. Ali Imran : 85
Rosulullah pun turut mempertegas dalam sabdanya
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ، وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ، إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya (demi Allah), tidaklah seseorangpun dari umat ini, baik Yahudi dan Nashrani, mendengar tentangku (risalah Islam), kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya (Islam) melainkan dia adalah penghuni neraka
HR. Muslim
Maka Alhamdulillah beruntunglah hamba yang Allah tunjukkan bisa menetapi Islam, Rosulullah ﷺ bersabda
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ هُدِىَ إِلَى الإِسْلاَمِ
Sungguh beruntung orang ditunjukkan ke dalam Islam
HR. Ibnu Majjah
TINGKAT KEEMPAT
Namun ternyata tingkat ke tiga di atas itu bukanlah tingkat yang terakhir, masih ada satu tingka yang terakhir yang dalam awal tulisan sudah saya katakan sebagi puncak/polnya nikmat. Yakni, hidup sekali dan sementara di dunia ini selain memahami dan meyakini bahwa hakekat hidup ialah harus beribadah, kemudian meyakini bahwa hakekat ibadah adalah dengan menetapi agama Islam, kemudian meyakini bahwa puncaknya menetapi agama Islam ialah dengan menjelankan semua syariat Islam secara menyeluruh (kaaffah),
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖ
Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara menyeluruh (tidak ada tendensi lain selain Islam)
QS. Albaqoroh : 208
Menyuluruh berarti menetapi apa yang Allah perintahkan dalam Alquran dan apa yang disunnahkan/diperintahkan oleh Rosulullah ﷺ baik dalam sabdanya, perbuatannya, dan ikrarnya. Tidak hanya itu selain menetapi itu semua haruslah dikerjakan secara berjamaah sebagai bentuk aslinya agama Islam. Apa itu Jamaah? Yakni orang Islam yang sudah dalam menetapi Alquran dan Alhadist kemudian dilanjutkan dengan hidup dalam memiliki Imam (ulil amri) yang mengatur perkara agamanya. Sebagaimana firman Allah
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ
Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pengatur perkara orang Iman) di antara kalian.
QS. Annisa : 89
Mengapa menetapi Islam saja tidaklah cukup melainkan harus berjamaah?
Secara sederhana hal itu merupakan perintah Allah dalam Alquran dan dipertegas oleh Rosulullah ﷺ dalam sabdanya,
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖ
Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah dengan berjamaah, dan janganlah kamu berpecah belah
QS. Ali Imran : 103
Mengapa kata “tali” dalam ayat di atas bermakna agama? Sebab ada sebuah hadist Rosulullah bersabda sebagai berikut,
(إنِّي تاركٌ فيكم كتابَ اللهِ، هو حبلُ اللهِ مَن اتَّبَعه كان على الهُدى ومَن ترَكه كان على الضَّلالةِ)
Sesungguhnya aku (nabi) telah meninggalkan kepada kalian kitabullah (Quran), dimana Quran adalah talinya Allah barang siapa yang mengikutinya maka dia telah mendapatkan hidayah dan barang siapa yang meninggalkannya maka dia telah dalam kesesatan
HR. Ibnu Hibban
Selanjutnya, mengapa beragama Islam harus dengan berjamaah? Sebab kalau kita tilik arti kata berjamaah adalah berkumpul/bersatu, maka lawan kata daripada berjamaah adalah berpecahbelah atau tidak bersatu
وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ تَفَرَّقُوْا وَاخْتَلَفُوْا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْبَيِّنٰتُ ۗ
Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas.
QS. Ali Imran : 105
Menyikapi ayat tersebut sohabat Ibnu Abbas seorang ahli tafsirnya Alquran dari kalangan sohabat menjelaskan,
:"ولا تكونوا كالذين تفرقوا واختلفوا" قوله
ونحو هذا في القرآن أمر الله جل ثناؤه المؤمنين بالجماعة، فنهاهم عن الاختلاف والفرقة، لله.
(Ibnu Abbas) berkata tentang ayat yang berbunyi وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ تَفَرَّقُوْا وَاخْتَلَفُوْا dan ayat yang semisal ini, artintya Allah perintah kepada orang Iman untuk menetapi Jamaah dan melarang mereka orang Iman dari berpecahbelah
Tafsir Atthobari
Hal senada juga Allah tegaskan dalam firman-NYA
شَرَعَ لَكُمْ مِّنَ الدِّيْنِ مَا وَصّٰى بِهٖ نُوْحًا وَّالَّذِيْٓ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهٖٓ اِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى وَعِيْسٰٓى اَنْ اَقِيْمُوا الدِّيْنَ وَلَا تَتَفَرَّقُوْا فِيْهِۗ
Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah belah di dalamnya.
QS. Assyura : 13
Dalam sabdanya Rosulullahpun turut memperkuat bahwasanya berjamaah adalah perintah Allah
أَنا آمرُكُم بخَمسِ كلِماتٍ أمرَني اللَّهُ بِهِنَّ السَّمعِ والطّاعةِ والجماعةِ والهجرةِ والجِهادِ
Aku (Muhammad) perintah kepada kalian dengan lima kalimat (perkara) sebagaimana Allah perintah kepadaku dengan lima kalimat itu, (yaitu) mendengarkan, toat, berjamaah, hijarh, dan jihad (membela agamanya Allah)
HR, Tirmidzi
Maka saking pentingnya berjamaah itu sendiri dalam Islam, sohabat Umar bin Khatab menyimpulkan sebagai berikut,
إِنَّهُ لاَ إِسْلاَمَ إِلاَّ بِجَمَاعَةٍ وَلاَ جَمَاعَةَ إِلاَّ بِإِمَارَةٍ وَلاَ إِمَارَةَ إِلاَّ بِطَاعَةٍ
Sesungguhnya tidak ada Islam kecuali dengan berjamaah, dan tidaklah (terwujud) Jamaah kecuali dengan adanya Keamiran, dan tidaklah (terwujud) ada keamiran kecuali dengan ketaatan
HR. Addarimi
Seberat apa ancaman bagi orang yang tidak berjamaah?
Jelas bahwa itu merupakan sebuah larangan dari Allah dan ada ancaman siksaan bagi orang yang tidak mengerjakannya,
وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ تَفَرَّقُوْا وَاخْتَلَفُوْا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْبَيِّنٰتُ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ ۙ
Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat
QS. Ali Imran : 105
Dalam sabdanya Rosulullah pun turut memperkuat,
الجماعةُ رحمةٌ والفرقةُ عذابٌ
Berjamaah adalah rohmatnya Allah dan berpecahbelah adalah siksaan
HR. Ahmad
ويدُ اللهِ مع الجماعةِ، ومن شذَّ شذَّ إلى النّارِ
Pertolongannya Allag bersamaa Jamaah, maka barang siapa yang mencil (menyendiri/tidak berjamaah) maka menyendirinya itu menuju neraka
HR. Bukhori
من فارق الجماعةَ شبرًا فقد فارق الإسلامَ
Barang siapa yang memisahi Jamaah (sudah berjamaah kok keluar) maka dia sungguh telah merusak tali Islamnya
HR. Muslim
APA ITU JAMAAH?
Pertanyaan berikutnya muncul, apa itu Jamaah?
Simaklah penjelasan hadist berikut ini,
وإنَّ هذهِ المِلَّةَ ستَفترِقُ على ثلاثٍ وسبعين:
ثِنتانِ وسبعونَ في النّارِ، وواحدةٌ في الجنَّةِ، وهيَ الجماعةُ
Sesungguhnya agama (Islam) ini akan berpecahbelah menjadi 73 pecahan, dimana 72 pecahan masuk ke dalam neraka dan hanya satu yang masuk surga yakni Jamaah
HR. Abu Daud
Dalam riwayat lain diterangkan bahwa Jamaah ialah apa yang aku (Muhammad) dan para sohabatku kerjakan,
هي ما أنا عليهِ وأصحابي
تفترقُ هذه الأمةُ على ثلاثٍ وسبعين فرقةً كلها في النارِ إلا فرقةٌ واحدةٌ، ما أنا عليهِ اليومَ وأصحابي
Akan berpecahbelah umat ini menjadi 73 dan kesemuanya pecahan tersebut masuk ke dalam neraka kecuali satu pecahan yakni apa yang aku (Muhammad) dan para sohabat ku kerjakan
HR. Thobroni
Dari sini kemudian muncul pertanyaan lagi, apa yang dikerjakan nabi dan sohabatnya? Maka perlunya disni kita melihat kesimpulan para ulama terdahulu dalam memaknai Jamaah itu sendiri,
قَالَ الطَّبَرِيُّ
وَالصَّوَابُ أَنَّ الْمُرَادَ مِنْ الْخَبَرِ
لُزُومُ الْجَمَاعَةِ الَّذِيْنَ فِي طَاعَةِ مَنِ اجْتَمَعُوْا عَلَى تَأْمِيْرِهِ ، فَمَنْ نَكَثَ بَيْعَتَهُ خَرَجَ عَنِ الْجَمَاعَةِ
Imam Ath-Thobari (penulis tafsir Thobari) rohimahullah mengatakan (setelah menguraikan beberapa perselisihan tentang pengertian jama’ah) : Pengertian yang benar dari hadits menetapi jama’ah (لُزُومُ الْجَمَاعَةِ) adalah orang-orang yang yang selalu mentaati seseorang yang telah mereka sepakati
(فتح الباري لابن الحجر في باب كيف الأمر إذا لم تكن جماعة)
قَالَ الشَّاطِبِي
وَحَاصِلُهُ
: أَنَّ الْجَمَاعَةَ رَاجِعَةٌ إِلَى الِاجْتِمَاعِ عَلَى الْإِمَامِ الْمُوَافِقِ لِلْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَذَلِكَ ظَاهِرٌ فِي أَنَّ الِاجْتِمَاعَ عَلَى غَيْرِ سُنَّةٍ خَارِجٌ عَنْ مَعْنَى الْجَمَاعَةِ الْمَذْكُوْرِ فِي الْأَحَادِيْثِ الْمَذْكُوْرَةِ كَالْخَوَارِجِ وَمَنْ جَرَى مَجْرَاهُمْ
Imam Asy-Syathibiy rohimahullah mengatakan : Kesimpulan dari arti jama’ah adalah berkumpul (berbaiat) kepada seorang Imam yang mencocoki Al-Qur’an dan Al-Hadits, demikian itu jelas mengandung arti bahwa berkumpul (berbaiat) kepada seorang Imam yang tidak menetapi sunah (Al-Qur’an dan Al-Hadits) tidak termasuk jama’ah yang disebutkan dalam hadits-hadits diatas seperti golongan khawarij dan
(الإعتصام للشاطبي
Selanjutnya sebagaimana disimpulkan oleh Imam Alhatsami seorang ulama salaf
اعلم أيضا أن الصحابة رضوان الله تعالى عليهم أجمعين أجمعوا على أن نصب الإمام بعد انقراض زمن النبوة واجب بل جعلوه أهم الواجبات
Ketahuilah juga bahwa sesungguhnya para shahabat ridhwanullah alaihim telah ber ijma’ (sepakat) bahwa mengangkat imam setelah habisnya zaman kenabian adalah kewajiban, bahkan mereka menjadikannya sebagai kewajiban yang terpenting.
في الصواعق المحرقة
Maka berdasarkan pemahaman para sohabat dan ulama salaf, yang namanya berjamaah itu ialah orang Islam yang menetapi Quran Hadist kemudian mereka memiliki Imam yang menjalankan Quran Hadist itu,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ
Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pengatur urusan agama) di antara kalian.
QS. Annisa : 59
Mengapa sebegitu pentingnya ada berjamaah atau dalam hal ini adanya Imam yang menjalankan isinya Quran Hadist? Perhatikan sabda Rosulullah berikut ini,
الإسلامُ والسلطانُ أخوانِ توأمٌ لا يصلحُ واحدٌ منهما إلا بصاحبِه فالإسلامُ رأسٌ والسلطانُ حارسٌ وما لا رأسَ له منهدمٌ وما لا حارسَ له ضائعٌ
Islam dan Sulton (Imam) adalah dua saudara kembar tidaklah baik salah satunya jika tidak ada salahsatunya (kalau salah satu tidak ada maka akan menjadi rusak), Islam adalah pondasi dan Sulton (Imam) adalah pelaksana. Sesuatu yang tidak ada pondasi akan mudah roboh dan sesuatu yang tidak ada pelaksananya akan menjadi sia-sia (percuma terbengkalai)
HR. Addailami
Bahkan salah seorang ulama bermanhaj salaf asal Saudi Arabia bernama Prof. DR. Syaikh Soleh Fauzan, fatwa beliau kerap dijadikan rujukan para ikhwan salafi di Indoneia, menjelaskan makna Jamaah sebagaimana dalam tayangan video di bawah ini,
Inti dalam perkataan beliau itu ialah, Disebutnya Jamaah itu ialah ketika ada dua hal ini terjadi,
1. Madzhabnya (pedomannya) adalah Quran dan Sunna (Hadist) bukan ucapannya si fulan dan si fulan (Pedomannya harus murni Quran Hadist tidak kecampuran dengan syirik, khuroofat, takhayul)
2. Mereka memiliki Imam yang bisa menegakan isinya Quran Hadist
Maka, ucapan sebagian orang yang mengatakan “Jamaah itu menetapi kebenaran walaupun seorang diri” naudzhu billah pendapat seperti ini jelas menyelisihi kesimpulan dan kefahaman para ulama dan generasi salaf. Sekarang mari kita berlogika, disebut solat berjamaah itu setidaknya ketika ada dua unsur mutlak yang harus dipenuhi yakni harus ada yang namanya Imam solat (yang memimpin) dan ada yang menjadi makmum (yang dipimpin). Katakan misal, ada 1000 orang di dalam Masjid namun tidak ada satupun yang ditunjuk maju sebagai Imam, lantas apakah lantas apakah mereka disebut solat berjamaah? Walaupun mereka mengerjakan solat sendiri-sendiri?
Bahkan Sohabat Abu Bakar yang merupakan kholilurrosul atau kekasihnya Rosul menegaskan pasca wafatntya Rosulullah ketika para sohabat masih belum menerima atas wafatnya Rosulullah
ألا!
وإن محمدا عليه السلام قد مضى لسبيله، ولا بد لهذا الأمر من قائم يقوم به، فدبروا وانظروا وهاتوا رأيكم
Ketahuilah, bahwasanya Muhammad ﷺ telah wafat, dan perkara agama ini (Islam) harus ada yang mengaturnya, maka lihatlah dan sampaikanlah pendapat kalian (siapa yang paling pantas menjadi Imam kalian)
في الطريق الى جماعة المسلمين
PENUTUP
Maka bersyukurlah sekali bagi hamba Allah yang beriman, hidup sekali dan sementara di dunia ini bisa bertemu, memahami, dan mengamalkan agama Allah ini berdasarkan Quran Hadist secara berjamaah sebagai jalan tunggal masuk surganya Allah selamat dari nerakanya Allah. Semoga kita menjadi golongan yang Allah hendaki dalam rohmat (Jamaah) dan tetap terus tetap menetapi memerlu-merlukan dan mempersungguh sampai ajal menjemput pada diri kita masing-masing
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتّٰى يَأْتِيَكَ الْيَقِيْنُ ࣖ
Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu.
QS. Al-Hijr : 99
Maka tentu tidaklah berlebihan jika hidup yang hanya sekali dan sementara di dunia ini bisa menetapi Quran Hadist Jamaah merupakan rajanya nikmat, polnya nikmat.
Alhamdulillahi Jazza Kumullahu Khoiro
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Yogyakarta, 29 November 2021
KataCakAkbarCakLeghKepoeh
Rosulullah ﷺ bersabda,
بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntungnlah orang yang asing
HR. Muslim