√ Kisah Umar bin Khottob : Sayang & Perhatian kepada rukyahnya - Cak Akbar

Kisah Umar bin Khottob : Sayang & Perhatian kepada rukyahnya

Daftar Isi [Tampil]


    السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

    Tulisan ini sebagai kado hadiah milad ke-81, sebuah retropeksi hampir se-abad dalam rangka nggayuh ing marang kasampurnan dan kelestarian illa yaumil qiyamah

     

    KISAH UMAR BIN KHOTTOB -- Rodiyallahu anhu

    Sebagaimana diketahui, Umar bin Khottob merupakan sohabat Rosulullah yang dikenal akan ketegasan dan kewibawaanya. Namun siapa sangka, saat dirinya didapuk sebagai amirul mukminin disampaing sifat bawaanya yang masih terus melekat, beliau juga menjadi pribadi yang lebih lembut dan memiliki kebiasaan yang suka blusukan memperhatikan keadaan rukyaahnya secara langsung.

    Pernah dalam suatu malam dalam sebuah atsar yang diriwayatkan Imam Ahmad (Musnad Ahmad) diceritakan Aslam, pengawal pribadinya Umar, kala itu melakukan blusukkan pada suatu malam. Hingga ketika mereka berdua sampai di sebuah tempat yang bernama Siror, ketika itu Umar melihat ada api yang menyala, lalu dia berkata pada Aslam “Hai, Aslam sesungguhnya aku melihat sebuah kabilah (suku kecil yang tinggalnya berpindah-pindah/nomaden) yang tengah menetap disana dimana malam dan dingin telah menahan mereka mari kita menuju kesana.” “maka kami pun bergegas dengan cepat menuju kesana” lanjut Aslam bercerita.

    Sesampainya disana betapa terkejutnya mereka berdua, bahwa di sana terdapat seorang wanita bersama anak-anaknya yang masih kecil sedang merengek-rengek di sisinya sedangkan wanita tersebut tengah memasak sesuatu dengan periuknya. Kemudian dengan santun Umar bin Khottab menyampaikan salam “Assalamualaikum wahai pemilik cahaya (api yang bercahaya)” kemudian wanita tersebut menjawab “Waalaikassalam” “Bolehkah aku mendekat kesana” pinta Umar. “Silahkan mendekat dengan (maksud) baik atau pergilah dari sini” ketus wanita tersebut. Lalu Umar pun mendekat seraya berkata “Sedang apa kalian?” “Kami tertahan oleh malam dan dingin, sehingga kami harus berhenti di tempat ini” jawab wanita tersebut. “Lalu mengapa anak-anakmu ini merengek?” Tanya Umar  penasaran. “Mereka lapar” jawab wanita tersebut dengan suara hampa dan perihatin.

    “Lalu, apakah yang engkau masak di dalam periuk ini?” tanya Umar. “Aku hanya merebus sesuatu yang dapat membuat mereka tenang lalu tertidur” jawab wanita tersebut dengan nada lemas (dalam penjelasan dijelaskan bahwa wanita tersebut hanya memasak batu, untuk menghibur anak-anaknya yang sedang lapar agar anak-anaknya bisa tenang lalu tertidur). “Demi Allah sesungguhnya di antara kami dan di antara Umar” gumam kesal wanita tersebut (kalimat tersebut sebagai bentuk kekesalan wanita tersebut bahwa Umar tidak memeperhatikan mereka--padahal pria yang ada dihadapannya tersebut adalah Umar). “Semoga Allah merahamatimu, lantas apakah Umar tidak tahu akan hal ini?” berkata Umar dengan lembut. Lalu wanita tersebut menjawab “Umar adalah pengatur (Imam) kami lalu dia lalai terhadap (mengurusi) kami.

    Aslam berkata “lalu Umar menghadap kepada ku dan berkata” “wahai Aslam mari kita pergi.” “Lalu kami pun bergegas dengan cepat menuju Darru Ad-Daqiq (semacam tempat sabilillah penyimpanan bahan pangan), dan sesampainya di sana Umar segera mengeluarkan satu wadah yang berisi tepung dan satu wadah yang berisi daging.” “Angkatlah semua itu ke pundakku wahai Aslam” pinta Umar. Lalu akupun berkata “biarkanlah aku saja yang membawa semua itu wahai amirul mukminin” Sontak Umar pun menatapku dengan kesal dan berkata “Apakah kamu mau menanggung dosaku di hari kiamat wahai Aslam? Celaka bagimu!” Lalu Aslam pun menuruti perintah Umar dengan mengangkut bahan makanan tersebut ke punggung Umar dan mereka berdua pun cepat-cepat kembali ke wanita tersebut.

    Kemudian sesampainya di tempat wanita tersebut, Umar pun segera mengeluarkan alat takaran dari dalam karung tersebut, lalu Umar pun berkata pada wanita tersebut “Bantulah aku untuk memasak ini” Lalu Umar pun mengaduk-aduk adonan tersebut menjadi bubur, dan Umar pun meniupkan api dari bawah priuk tersebut (membersarkan api). Setelah makanan tersebut telah matang Umar berkata kepada wanita tersebut “siapkanlah wadah untuk makanan ini” kemudian wanita tersebut segera bergegas mengambilkan piring untuk dihidangkan. “wahai ibu, kamu berilah makan pada anak-anak mu dan biarkanlah aku yang menuangkannya untukmu” perintah Umar. Maka Umar terus melakukan hal tersebut sampai semua anak-anak wanita tersebut menjadi kenyang bahkan masih ada sisa yang bisa mereka makan untuk keesokan harinya. Senyum bahagia terpancar dari wajah wanita tersebut, kemudian dia berdiri menghadap Umar dan berkata “Jazzakallahu Khorio, sungguh engkau lebih layak menjadi Amir dibandingkan Umar.” balas syukur wanita tersebut kepada Umar--dia tidak merasa bahwa yang ada dihadapannya adalah Umar. Dengan senyum kecil Umar pun menjawab “katakanlah yang baik nanti ketika kamu bertemu dengan Umar ya, dan kamu ceritakanlah kepada Umar tentang kisah malam ini kepadanya--Insya Allah” Kemudian Umar pun undur pamit dan kami pun pergi meninggalkan wanita dan anak-anak tersebut dalam keadaan bahagia dan kenyang.

    Setelah mereka berdua telah pergi agak jauh dari wanita tersebut, Umar pun terduduk puas sembari menghadapkan pandangannya ke arah wanita tersebut dari kejauhan dengan penuh rasa puas. Aku pun berkata pada Umar “Wahai Amirul Mukiminin, mari kita lanjutkan perjalan tugas kami malam ini.” Umar pun hanya diam dan terpaku melihat wanita tersebut dan anak-anaknya dari kejauhan dimana anak-anak tersebut menjadi riang, bercanda-canda dengan ibunya dan kemudia merekapun terlelap. Setelah mereka semua tertidur pulas Umar pun berkata “Wahai Aslam, sesungguhnya rasa laparlah yang membuat mereka (anak) menjadi terbangun dan menangis, dan aku senang tetap berada di sini dan aku tidak akan pergi sehingga aku melihat apa yang ingin aku lihat (mereka kenyang, puas, dan tidur terlelap).

    Lampiran Atsar.

     فقد ورد في أخبار عمر ـ رضي الله عنه ـ عن أسلم مولى عمر قال: «خرجنا مع عمر بن الخطاب إلى (حَرَّة واقم) حتى إذا كنا بصرار إذا نار، فقال: يا أسلم! إني لأرى ها هنا ركباً قصَّر بهم الليل والبرد، انطلق بنا! فخرجنا نهرول حتى دنونا منهم، فإذا بامرأة معها صبيان صغار وقِدْر منصوبة على نار وصبيانها يتضاغون، فقال عمر: السلام عليكم يا أصحاب الضوء! وكره أن يقول: يا أصحاب النار، فقالت: وعليك السلام، فقال: أدنو؟ فقالت: ادْنُ بخير أو دَعْ! فدنا فقال: ما بالكم؟ قالت: قصَّر بنا الليل والبرد، قال: فما بال هؤلاء الصبية يتضاغون؟ قالت: الجوع، قال: فأي شيء في هذه القدر؟ قالت: ما أُسكِتُهم به حتى يناموا؛ واللهُ بيننا وبين عمر. فقال: أَيْ رحمك الله، وما يُدري عمرَ بكم؟ قالت: يتولى عمر أمرنا، ثم يغفل عنا، قال: فأقبل عليَّ؛ فقال: انطلق بنا، فخرجنا نهرول حتى أتينا دار الدقيق، فأخرج عِدْلاً من دقيق، وكُبَّة من شحم، فقال: احمله عليَّ! فقلت: أنا أحمله عنك، قال: أنت تحمل عني وزري يوم القيامة؟ لا أُمَّ لك. فحملته عليه، فانطلق وانطلقت معه إليها نهرول، فألقى ذلك عندها، وأخرج من الدقيق شيئاً، فجعل يقول لها: ذُرِّي عليَّ وأنا أحرِّك لك، وجعل ينفخ تحت القدر، ثم أنزلها، فقال: أَبغيني شيئاً! فأتته بصحفة فأفرغها فيها، ثم جعل يقول لها: أطعميهم وأنا أسطح لهم، فلم يزل حتى شبعوا وترك عندها فضل ذلك وقام وقمت معه، فجعلَتْ تقول: جزاكَ الله خيراً؛ كنتَ أوْلى بهذا الأمر من أمير المؤمنين، فيقول: قولي خيراً إذا جئت أمير المؤمنين، وحدثيني هناك إن شاء الله، ثم تنحى ناحية عنها، ثم استقبلها فربض مربضاً، فقلنا له: إن لنا شأناً غير هذا؟ ولا يكلمني حتى رأيت الصبية يصطرعون ثم ناموا وهدؤوا، فقال يا أسلم! إن الجوع أسهرهم وأبكاهم، فأحببت أن لا أنصرف حتى أرى ما رأيت»

    Ibroh

    Subhanallah betapa menyentuhnya kisah seorang Sohabat Rosulullah yang agung ini.

    Bahkan akhir hayat sohabat yang mulia ini sungguh trgis, tatkala ada seorang munafikun dengan teganya menghunus perut sang khalifah ini (dalam beberapa riwayat dengan pedang yang memiliki dua mata pedang yang bercabang). Bahkan dalam saat kritisnya beliau masih sempat merasa bahwa dirinya belum berbuat banyak untuk Islam bahkan dia merasa jik tidak Allah siksa itu sudah merasa cukup (impas).

    Maka sudah sepatutnya bagi para pemegang amanah memimpin hamba-hambanya Alla hendaknya bisa memiliki sifat yang perhatian kepada rukyah nya, contohlah Umar yang kerap blusukan untuk bisa tahu keadaan Jamaahnya. Bahkan Rosulullah saja mendoakan baik bagi pengatur umat Muhammad yang bisa kasih sayang dan mendo’akan berat bagi pengatur umat Muhammad yang kejam dan memberatkan

     

    «اللهم من ولي من أمر أمتي شيئاً فشق عليهم فشقق عليه، ومن ولي من أمر أمتي شيئاً فرفق بهم فأرفق به» رواه مسلم.

    “Ya Allah siapa saja yang meramut perkara umatku lalu dia memberatkan, maka beratkanlah dia. Barang siapa yang mengatur perkara umatku lalu dia kasih sayang, maka sayangilah dia.” (HR. Muslim)

     

    Bahkan Rosulullah mengancam tegas kepada para pengatur yang tidak peduli terhadap rukhyahnya akan diancam tidak akan masuk surga.

     

     مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً، يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ، إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

    “Barang siapa dari seorang hamba yang dia Allah pasrahkan untuk meramut pada rukhyah nya, lalu pada hari kematiannya dia dalam keadaan tidak peduli kepada rokyahnya melainkan Allah mengharamkan surga baginya” (HR. Muslim dan Bukhori)

    Maka baik buruknya rukyah ada di tangan para pengaturnya, sekalipun rukyah nya adalah orang yang dalam keadaan sesat lagi banyak melanggar selagi para pengaturnya adalah orang yang mendapat petunjuk lagi bisa menunjukkan maka rukyah tidak akan rusak, begitu pula sebaliknya. Perhatikan sabda Rosulullah sebagai berikut,

     

    لن تهلَك الرعيةُ وإن كانت ظالمةً مسيئةً إذا كانت الولاةُ هاديةً مهديةً ولكن تهلِكَ الرعيةُ وإن كانتْ هاديةً مهديةً إذا كانت الولاةُ ظالمةً مسيئةً

    “Tidaklah rukyah akan rusak ketika para pengaturnya adalah orang yang mendapat petunjuk lagi menunjukkan walaupun mereka (rukyah) dalam keadaan aniyaya lagi berdosa. Sebaliknya rukyah akan menjadi rusak walaupun dalam keadaan mendapat hidyah lagi menunjukkan ketika para pengaturnya menganiyaya lagi menyesatkan” (HR. Sakhrowi)

     

    Maka, kami memohon kepada Allah agar senantiasa memberikan para pemimpin, pengatur yang adil, rofiq, muhsin, bijaksana agar agama Allah yang haq ini dapat terus teramut dengan baik turun maturun illa yaumil qiyamah.

     Alhamdulillahi Jazza Kumullahu Khoiro

    السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

    Yogyakarta, 11 April 2022

    KataCakAkbar

    Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

    Hai

    Klik Kontak Whatsapp Di Bawah Ini Untuk Mulai Mengobrol

    Pemilik Cak Akbar
    +6282136116115
    Call us to +6282136116115 from 0:00hs a 24:00hs
    Hai, ada yang bisa saya bantu?
    ×
    Tanya Kami