اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
buat agan-agan yang seorang pengusaha atau pebisinsis, pasti pernah kan bertanya-tanya berapa nih harga yang bakal dipatok? bisa asal langsung nebak-nebak misal bikin produk abis berapa ambil untung berapa. Nah, buat agan-agan yang pengen jadi pebisnis beneran tentu ga asal-asal dong dalam membuat strategi harga? Disini aku pengen bagi-bagi nih, Dimana pada postingan kali ini akan aku bagi jadi dua bagian. Bagian pertama menggunakan pendekatan harga itu sendiri dan pada bagian kedua nanti dengan pendekatan non-harga. Jadi beberapa hal kalian akan menemukan grafik-grafik yang perlu dipahami dengan khusyuk dan tumakninah. Pada bagian pendekatan harga kita akan membahas
(a)Skimming Price (b) Penetration Price(c) Price Leadership (d) Price Discrimination . oke cekidot.
1. Skimming Price, yaitu menetapkan harga jual produk baru dengan harga yang tinggi. Kemudian harga jual akan menurun seiiring dengan berjalanya waktu. Adapun strategi ini biasa diterapkan dengan barang yang memiliki daur hidup produk yang singkat seperti Hape, Laptop, Playstation dsb. Adapun pada barang-barang yang menggunakan strategi ini ada beberapa ciri-cirinya di anataranya,
– high price, low volume, ini biasa kalian liat pas peluncuran barang-barang elektronik terbaru. Biasanya patok harga gila-gilaan di awal dan jumlahnya nda banyak. Terus berangsur-angsur turun seiring berjalan waktu. Coba deh kalian liat harga hape terbaru biasanya mahal beut kan? terus kalian tunggu setahun lagi, biasanya harga barunya turun. Kira-kira kalo dibuat grafik kek gini,
2.
Penetration Price, strategi ini biasa digunaain buat pebisnis yang mau punya brand image dimasyarakat. Biasanya dia kasih harga murah bahkan lebih murah daripada harga pasaran dengan tujuan membangunn loyalitas produk pada konsumen. Atau biasa orang bilang harga promo. Kalau kita liat grafiknya kira-kira seperti ini,
3.
Price Leadership, Pada strategi ini perusahaan yang baru muncul (
start-up) biasanya meng-ekor sama usaha/perushaan sejenis yang sudah ada duluan yang biasanya mereka sudah lebih efisien (bisa menghasilkan produk dengan harga seminim mungkin).Maka dengan menggunakan strtaegi seperti ini terkadang sulit untuk mendapatkan laba maksimal karena perusahaan yang baru muncul seperti ini belum efisiensi dalam masalah ongkos. Namun strategi ini cukup efektif jika perusahaan yang sebagai leader menetapkan harga dengan profit berlebih. Sehingga perusahaan/bisnis yang mengekor ini bisa dapat intensif keuntungan. Misal, bisnis A yang sudah menjadi leader disuatu pasar menetapkan harga 10.000 rupiah per unit misal. Perusahaan B yang juga akan menjual produk serupa secara ongkos hanya 5.000 rupiah dan jika dia mengambil 50% total ongkos produksi dia bisa menjual seharga 7.500 rupiah. Karena ada intensif (hasrat) dari perusahaan A yang sudah menjadi leader menjual seharga 10.00 rupiah sehingga dia juga ikut menjual 10.000 rupiah sehingga perusahaan B tadi bisa meraup untuk 100% dari total ongkos produksi.
Mari kita analisa grafik berikut, garis hitam diagonal kebawah ialah total permintaan dalam suatu pasar terhadap barang tertentu, katakanlah industri bakso. garis biru itu menggambarkan perusahaan follower yang mengekor pada garis hijau perusahaan leader nya. Masing-masing dari garis biru dan hijau tadi ada MC atau Marginal Cost yaitu tambahan biaya ketika produsen menambah satu unit produk. Dapat kita lihat perusahaan leader lebih rendah MC nya daripada perusahaan follower karena yang leader sudah lebih efisiensi dalam hal ongkos produksi. Selanjutnya dalam teori produksi motivasi perusahaan atau produsen ialah memperoleh laba/untung maksimum, Laba maksimum terjadi ketika MR = MC. mengapa bisa demikian jika diurai dalam teori harga, total keuntungan ialah ∏ = R – C (total keuntungan = total pendapatan – total ongkos/biaya). selanjutnya
∏ = R(Q) – C(Q) lalu d∏/dq = dR(Q)/dQ – dC(Q)/dQ = 0
sehingga, dR(Q)/dQ = dC(Q)/dQ atau jika disederhanakan MR = MC ngono hehehe.
oke balik lagi ke grafik, coba liat titik c dan b itu adalah harga yang ditetapkan perusahaan follower dengan asumsi tidak ada perusahaan leader sehingga harga yang ditetapkan pada harga Ppc. lalu setelah perusahaan leader datang menyerang dia lebih efisiensi pada harga sehingga dia menetapkan harga pada P*, sehingga perusahaan follower mau ga mau harus mengikuti kebijakan si perusahaan leader agar bisnis mereka tetep bisa eksis.
Contoh nyatanya, dulu di Indonesia pernah ada beberapa tabloid wanita yang cukup jadi leader waktu itu namanya majalah Kartini dia bisa menekan harga produksi sehingga bisa menawarkan harga dengan lebih murah sehingga majalah sekitarnya seperti Nova dan lainya harus mengikuti mainya di Kartini agar lebih bersaing.
4. Price Discrimination, mudahnya menjual produk dengan ongkos biaya yang sama namun dengan tingkatan harga yang berbeda dengan barang yang sama. Hal ini biasa terlihat di acar konser. sang EO (Even Organizer) dalam mengadakan tu konser cuma butuh ongkos sekali aja kan? kek nyewa panggung, penyanyinya dsb. tapi kalo kalian perhatikan harga yang dijual tu beda-beda kan? ada yang tiket platinum, golden, silver, bahkan sampe bronze tentu dalam menerapkan harganya juga beda-beda. Nah sebagai seorang produsen harus jeli kan bagaimana menetukan tingkatan harga tu biar untung. Dalam pendekatanya dikenal dengan first degree, second degree, dan third degree. pada tingkatan first degree perusahaan/produsen mampu memberikan harga yang berbeda-beda pada pembeli yang berbeda-beda pula. Pada tingkatan ini harga termurah yang diberikan produsen akan sama dengan marginal cost nya atau P = MC sedangkan pada harga tertinggi ialah harga seorang konsumen mampu membayarnya. Untuk penggambaran daripada first degree sepert ini,
jika harga terletak pada titik B itu adalah batas termurah harga yang ditetapkan produsen. Adapun produsen dapat dengan leluasa menetapkan harga di atas titik B sejauh perlebaran antara garis MR dan AR. Jika kita amati ketika produsen hendak mengambil keuntungan yang tinggi dia akan menawarkan produk dengan harga mahal dengan jumlah yang sedikit, sebaliknya pada harga yang murah produsen akan menjual dengan harga yang murah. Contoh keseharian ada seperti harga tiket nonton bola atau konser yang ada istilah tiket VIP salam tiket ekonomi hehehe.
Selanjutnya pada second degree, mudahnya diskriminasi harga pada tingkat begini sering terjadi ketika ada konsumen ingin membeli barang dalam jumlah banyak atau sedikit mudahnya penerapan harga berbeda tiap unit barang dengan kuantitas berbeda akan tetapi dengan jenis barang yang sama. Pernah ga sih kalo lagi ke pasar beli shampo sachet-an beli satu harga 1000 beli satu renteng isi 10 harga 9000 nah loh, itulah contoh penerapan diskriminasi harga pada tingkat ini. Kalo dibuat grafik kira-kira begini,

Bisa dilihat ya, ketika konsumen pengen beli barang sejumlah Q1 harga yang diterapkan produsen sebesar P0 dan keuntungan yang produsen dapet sebesar garis yang diarsir tu. Begitu juga pada kasus Q1 dan Q2. Intinya semakin banyak konsumen membeli produk kite, harga yang dikasih biasanya lebih murah kan dan keuntungan yang didapat produsen lebih banyak. Mudahnya hal itu terjadi karena rata-rata biaya produksi (AC) semakin rendah. Misal, saat kita pesen jus buah satu gelas dengan satu panci gede, secara harga nanti akan lebih murah beli satu panci gede jika jika diakumulasikan. Atau juga bisa kalian lakukan seperti beli 3 gratis 1 dan sebagainya.
yang terakhir pada third degree, contoh mudah praktek penerapan harga dengan cara pembagian konsumen ke dalam dua kelompok atau lebih dengan kurva permintaan yang terpisah dan penerapan harga yang berbeda setiap konsumenya. Mudahnya pembagian harga nanti menyesuaikan tingkat elastisitas (kepekaan perubahaan harga) terhadap barang itu sendiri. jika dibuat grafik seperti ini,

Dalam konsep elastisitas semakin barang tersebut bersifat elastis (peka terhadap perubahaan dalam hal ini harga) maka kurvanya akan berbentuk semakin landai jika barang tersebut tidak elastis maka bentuk kurvanya semakin menajam. Nah dalam tingkatan ini produsen berusaha mengkombinasikan kedua harga tersebut. Contohnya seperti pada maskapai penerbangan, jika kalian liat pada maskapai penerbangan ditetapkan harga pada tingkatan yang berbeda. Ada yang untuk kelas menengah dan menengah ke atas tergantung tingkat elastisitasnya. Jika kita amati barang yang tingkat elastisitasnya rendah cenderung ditetapkan dengan harga yang lebih tinggi sebaliknya jika pada barang yang dengan elastisitas tinggi diterapkan dengan harga yang rendah. Misal pada maskapai penerbangan tadi, walaupun harga yang dijual mahal kalo sasaranya ialah konsumen sobatsultan pasti ya tetep aja laku kan.
Nah, kira-kira itulah strategi temen-temen yang mau ditempuh dari segi harga, untuk segi non-harga bisa ditunggu postingan selanjutnya yak.
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ
Yogyakarta, 23 Juli 2022
KataCakAkbar