√ Imbang Dunia & Akhirat - Cak Akbar

Imbang Dunia & Akhirat

Daftar Isi [Tampil]


    1. اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

    Alasan Klise

    Sebuah alasan yang klise namun secara hakikat, kita sebagai insan yang beriman diciptakan oleh Allah semata-mata ialah hanya untuk beribadah. 

    وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ 

    “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”
    QS. Adzariyat:  56

    Dalam ayat yang muhkam tersebut tentu sudah menjadi dasar yang kuat tentang untuk apa sebetulnya kita lahir ke dunia ini? Apa tujuan manusia ada di bumi ini?. Namun seiring dengan berkembangnya usia dan pola pikir manusia, orientasi tersebut kian terdistorsi akibat tipu daya Syetan dan gemerlapnya dunia.

    Sebagaimana sumpahnya Syetan tatkala terusir dari Surga

    ثُمَّ لَاٰتِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَاۤىِٕلِهِمْۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ

    “kemudian pasti aku (Syetan) akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (Ibadah).”
    QS. Al-A’raf:17 

    Pula sifat dasar manusia itu sendiri yang begitu senang terhadap dunia juga sifat dunia itu sendiri yang hijau/segar dipandang dan manis/nikmat bila dirasakan.

    زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَاۤءِ وَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ

    “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.”
    QS. Ali Imron:14

    Juga sebagaimana yang disabdakan oleh Rosulullah Sollawlahu alaihi wasallam

     إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ

    “Sesungguhnya dunia itu manis (bila dirasakan) dan hijau (bila dipandang)”
    HR. Bukhori

    Belum lagi manusia yang secara sifat bawaanya benci akan kematian dan kurangnya harta (miskin)

    اثْنَتَانِ يَكْرَهُهُمَا ابْنُ آدَمَ الْمَوْتُ وَالْمَوْتُ خَيْرٌ لِلْمُؤْمِنِ مِنَ الْفِتْنَةِ وَيَكْرَهُ قِلَّةَ الْمَالِ وَقِلَّةُ الْمَالِ أَقُلُّ لِلْحِسَابِ.

    “Dua perkara yang dibenci anak Adam, (Pertama) kematian, padahal kematian itu lebih baik bagi seorang mukmin daripada fitnah (hidup tidak dapat menetapi hidayah). (Kedua) dia membenci sedikit harta, padahal sedikit harta itu lebih menyedikitkan hisab (perhitungan amal).
    (HR. Ahmad)

    Dalam sabda Rosul tersebut sangat nyata bahwa secara umum manusia itu senang dunia dan senang harta, hal tersebut dibuktikan dari mereka yang takut akan kematian dan kurangnya harta.

    Belum lagi, manusia yang sudah Allah desain sebagai makhluk yang senantiasa lelah, capek, dan susah payah dalam urusan duniawainya. Sebagaimana Firman-NYA

    لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْ كَبَدٍۗ

    “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.”
    QS. Al-Balad:4

    Setidaknya dalam aspek postulat-teologis yang telah diuraikan di atas nampaknya menjadi berat bagi manusia untuk dapat beribadah secara khusyuk, mengingat apa yang menjadi orientasinya saja hanyalah untuk mengejar dunia. Padahal jika kita menilik secara hakikatnya manusia itu diciptakan bukankah untuk beribadah bukan?

    Dahulukan Akhirat

    Cara pandang seorang Mukmin tentu akan berbeda dengan cara pandang hidup orang yang tidak beriman (musyrikun, kafirun, munafiqun). Orang yang tidak beriman tentu dalam hidupnya hanya berorientasi pada dunia saja dan tidak mengimani pada hari akhir dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya,

    وَقَالُوْا مَا هِيَ اِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوْتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَآ اِلَّا الدَّهْرُۚ وَمَا لَهُمْ بِذٰلِكَ مِنْ عِلْمٍۚ اِنْ هُمْ اِلَّا يَظُنُّوْنَ

     Dan mereka berkata, “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” Tetapi mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu, mereka hanyalah menduga-duga saja.
    QS. Al-Jasiyah:24 

    Lain halnya dengan orang Iman yang mendedikasikan hidup dan matinya semata-mata hanya untuk Allah, perhatikan firman berikut ini

    قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

    Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam,”
    QS. Al-An’am: 162

    Namun kita sendiri juga tidak bisa terlalu naif mendedikasikan 24 jam waktu kita dalam sehari untuk sepenuhnya ibadah terlebih dalam surat Al-Balad ayat 4 di atas tadi yang mengisyaratkan manusia itu memang makhluk yang serba payah, malas untuk ibadah, dan selalu sibuk dalam urusan duniawinya. Sebabnya Allah yang maha welas asih kepada hambanya tidak memberatkan hambanya untuk ibadah penuh dalam setiap waktu.

    Coba bayangkan,

    Ø Dalam sehari semalam Allah hanya meminta kita ibadah sebanyak 5 waktu, itupun dalam setiap waktunya tidak sampai menghabiskan berjam-jam.

    Ø Dalam setiap tahun Allah hanya meminta kita berpuasa selama 29/30 hari, itupun tidak satu hari penuh hanya mulai dari matahari terbit sampai matahari terbenam.

    Ø Dari sekian banyak rezeki yang Allah berikan kepada kita, dalam setahun sekali Allah hanya meminta kita mengeluarkan zakat sebanyak 1 sho’ saja.

    Ø Dalam seumur hidup kita, Allah setidaknya meminta untuk datang ke Baitullah-NYA itupun masih Allah berikan syarat “bagi yang mampu:.

    Maka sekiranya tidak berlebihan ada nasehat seorang Ulama yang mengatakan seperti ini,

    إن أعمالكم قليلة فأخلصوا هذا القليل 

    “Sesungguhnya amalan kalian sedikit maka ikhlaslah (mempersungguhlah) untuk yang sedikit ini.”

    Kendati demikian, upaya kita dalam mendahulukan akhirat dibandingkan dunia akan diganjar dengan lipatan pahala yang banyak, kemudahan perkara dunia, dan ketenangan hati yang tentram. Simaklah kompilasi ayat dan hadist di bawah ini,

    مَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الْاٰخِرَةِ نَزِدْ لَهٗ فِيْ حَرْثِهٖۚ وَمَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهٖ مِنْهَاۙ وَمَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ نَّصِيْبٍ

    Barangsiapa menghendaki tanaman/pahala di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya dan barangsiapa menghendaki tanaman/keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat.
    QS. Asyuro: 20

    وَمَنْ اَرَادَ الْاٰخِرَةَ وَسَعٰى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَاُولٰۤىِٕكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَّشْكُوْرًا

    Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik.
    QS. Al-Iro: 18 

    Sabda Rosulullah Shollawlahu alaihi wasallam

    يا ابن آدم ! تفرغ لعبادتي أملأ صدرك غنى وأسدّ فقرك، وإلا تفعل ملأت يديك شغلا ولم أسدّ فقرك

    Allah berfirman: Wahai anak adam! Sempat-sempatkanlah (gunakanlah) waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi hatimu dengan kekayaan (kecukupan) dan Aku tutup kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukannya, maka Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan tutup kefakiranmu.
    (HR. Ahmad) 

    مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ

    “Barangsiapa yang cita-citany untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya hanya untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan  (diqodar) baginya .”
    (HR. Tirmidzi).

    Suadarau, dari untaian hikmah ayat dan hadist di atas setidaknya kita dapat mengambil hikmah seorang Mukmin yang memprioritaskan akhirat yakni,

    1. Allah akan memberikannya banyak pahala dan menambah kecintaanya terhadap akhirat

    2. Hatinya Allah buat cukup dan rasa fakirnya Allah cukupi

    3. Dunia akan datang dengan menghamba padanya

    Sebaliknya dari untaian hikmah ayat dan hadist di atas akibat tidak memprioritaskan akhirat adalah

    1. Dia tidak mendapatkan bagian surga di akhirat

    2. Dunainya Allah buat tercerai berai

    3. Kefakirannya tidak Allah cukupi, selalu merasa kurang dan kurang

    Simaklah ancaman dari Allah di bawah ini

    مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهٗ فِيْهَا مَا نَشَاۤءُ لِمَنْ نُّرِيْدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهٗ جَهَنَّمَۚ يَصْلٰىهَا مَذْمُوْمًا مَّدْحُوْرًا

    Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki (dia hanya diberi seuai jatah qodarnya). Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahanam; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.
    QS. Al-Isro: 17

     Imbang Dunia & Akhirat

    Suadaraku, memang tak dapat dipungkiri bahwa kita ini butuh dunia dalam menggapai akhirat kita. Apalagi sarana penunjang ibadah kita perlu adanya uang/dunia untuk menegakannya. Seperti kita untuk ibadah Haji dan Umroh butuh biaya, membangun Masjid butuh biaya, untuk menimba ilmu setidaknya butuh bekal dan biaya. Hal tersebut sudah Nabi Sabdakan berabad-abad silam,

    اِذَا كَانَ فِىْ اخِرِ الزَمَانِ ﻻَبُدَ لِلنَاسِ فِيهَا مِنَ الدَرَاهِيْمِ وَالدَنَانِيرِ يقِيْمُ الرَجُلُ بِهَا دِيْنَه ودُنْيَاهُ 

    Ketika di akhir zaman, manusia mau tidak mau (perlu) menggunakan dirham–dirham dan dinar–dinar sehingga dengan kedua  itu seorang laki-laki dapat menegakkan agama dan dunianya”.
    (H.R. Thabrani

    Namun, yang harus disikapi adalah dunia itu bukan tujun akhir, melainkan sarana kita untuk menggapai akhirat kita. Terlebih Mukmin yang baik ialah yang dapat menyeimbangkan antara perkara dunia dan akhiratnya sehingga keduanya dapat berjalan secara harmonis tanpa mengalahkan satu sama lain. Simaklah sabda Rosulullah berikut ini,

    ليسَ بخيرِكم منْ ترك دنياهُ لآخرتِه، ولا آخرتَه لدنياهُ، حتى يصيبَ منهما جميعًا، فإنَّ الدنيا بلاغٌ إلى الآخرةِ، ولا تكونوا كلًّا على الناسِ

    “Bukanlah termasuk baiknya kalian, oang yang meninggalkan dunia untuk akhiratnya dan bukan pula hal yang baik meinggalkan akhira untuk dunianya, sehingga (dia dikatakan baik) dia dapat memperoleh keduanya secara seimbang. Maka sesungguhnya dunia adalah tempat mencari bekal untuk akhirat, dan kamu jangnlah menjadi orang yang bergantung pada manusia”
    HR. As-Suyuthi 

    أَعْظَمُ النَّاسِ هَمًّا الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَهْتَمُّ بِأَمْرِ دُنْيَاهُ وَآخِرَتِهِ

    “Paling besarnya (agungnya) cita-cita mansuia adalah orang Iman yang bercita-cita untuk memperoleh perkara dunia dan akhiratnya”
    HR. Ibnu Majjah

    Imbang Dunia & Akhirat dalam Hikmah Ilmu Ekonomi

    Ilmu Ekonomi adalah ilmu tentang memilih, bagaimana kita memaksimalkan dan mengoptimalkan suatu sumber daya manusia yang terbatas untuk kepuasan dan kebahagian manusia. Tentu konsep kepuasan dalam ekonomi konvensional berbeda dengan pandangan ekonomi Islam berarti “Falah” yang berarti kemenangan dan kesejahterahan. Dalam mengukur Falah itu sendiri dalam pendekatan Ilmu Ekonomi ada pendekatan kardinal dan ordinal. Pendakatan Kardinal menganggap bahwa kepuasaan seseorang bisa diukur secara kuantitatif/angka. Sedangkan pendekatan ordinal menganggap kepuasan konsumen tidak bisa diukur secara kuantitatif melainkan hanya dapat diperbandingkan.

    Dalam pendekatan ordinal, alat ukur yang lazim digunakan adalah kurva indeferen (indefference curve) dan garis anggaran (budget line). Kurva indeferen, adalah kurva yang menggambarkan kombinasi dua barang yang menghasilkan kepuasan yang sama. Sedangkan garis anggaran adalah kombinasi sejumlah barang yang dapat dibeli konsumen dengan anggaran tertentu. Dalam kasus ini, dikarenakan kita hendak mecapai falah tentu alat ukurnya bukanlah uang dan barang, melainkan waktu kita untuk dunia dan akhirat.

     



    Di sini kita mengasumsikan sumbu tegak/vertikal (X2) adalah akhirat, dan sumbu mendatar/horizontal (X1) adalah dunia. Dengan jumlah maksimal waktu yang Allah berikan kepada kita dalam sehari semalam sebanyak 24 Jam yang nantinya itu akan menjadi garis anggaran kita.






    Dengan pendekatan tersebut, dapat kita buatkan perbandingan alokasi sumber daya yang kita miliki yakni waktu, dengan asumsi pertukaran biaya (opportunity cost) antar setiap waktu adalah dua jam.

     

    Dunia

    Akhirat

    24 Jam

    0 Jam

    20 Jam

    4 Jam

    18 Jam

    6 Jam

    16 Jam

    8 Jam

    14 Jam

    10 Jam

    12 Jam

    12 Jam

    10 Jam

    14 Jam

    8 Jam

    16 Jam

    6 Jam

    18 Jam

    4 Jam

    20 Jam

    2 Jam

    22 Jam

    0 Jam

    24 Jam

     

    Tentu dengan pendekatan ordinal, alternatif yang paling optimal agar kita mencapai falah  dunia dan akhirat ialah membagi waktu kita secara proporsional antara dunia dan akhirat (masing-masing 12 jam).

     

    Pendekatan lainnya dapat dilakukan secara kardinal, dimana kepuasan atau dalam terminologi kali ini adalah falah dapat diukur secara subjektif-kuantitatif. Umumnya pendekatan ini menggunakan konsep marginal utility dengan maksimalisasi utilitas. Sebagai conoth, Abdul hendak memaksimalkan penggunaan untuk duniawainya (D) dan Ukhrowi/Akhiratnya (A). Dimana alokasi untuk Dunia adalah 8 jam dan akhirat adalah 8 jam, sedangkan Abdul dalam sehari semalam hanya diberikan jatah waktu sebanyak 24 jam. Funsgi kepuasan (utility) Abdul kita asumsikan U (D,A) = DA. Dalam pendekatan ini lazim digunakan penyelesaian lagrange dalam penyelesaiannya. Maka, hal tersebut dapat diselesaikan sebagai berikut;

     

    Fungsi Objektif Max. U=DA

    Subject to cost 8D+8A=24

     

    L = DA - λ (8D+8A-24)










    Kemudian mencari nilai dari fungsi kendala,









     

    Kemudian masukan kedalam funsgi,

     







    2D - 24 = 0

    2D = 24

    D = 12

     

    Atau dengan kata lain agar Abdul mendapatkan kepuasaan dalam penggunaan waktunya dalam sehari, Abdul harus mengalokasikan waktu untuk dunianya selama 12 jam dan untuk akhiratnya selama 12 jam. 

    Namun wahai saudaraku, hitungan matematis di atas tadi hanyalah sebuah asumsi. Realitas ada pada dirikita masing-masing dengan apa yang menjadi prioritas kita. Hakikatnya kita ini sibuk bukan karena betul-betul sibuk melainkan soal prioritas. Jika kita menjadikan akhirat sebagai prioritas niscaya tidak ada kata sibuk dalam menggapainya.

    Sekian semoga Allah memberikan manfaat dan barokah

    قيل لابن المبارك: لو قيل لك لم يبق من عمرك إلا يوم ما كنت صانعا؟ قال: كنت أُعلّم الناس

    Ibnu al-Mubarak rahimahullah ditanya : “Seandainya diberitahukan kepada anda, bahwa usiamu tersisa sehari lagi, maka apa yg akan anda lakukan? “ Beliau pun menjawab: “Aku akan mengajarkan ilmu (agama) kepada manusia.” 

    Yogyakarta, 23 September

    KataCakAkbar.


    1. اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

     

     

     

     

    Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

    Hai

    Klik Kontak Whatsapp Di Bawah Ini Untuk Mulai Mengobrol

    Pemilik Cak Akbar
    +6282136116115
    Call us to +6282136116115 from 0:00hs a 24:00hs
    Hai, ada yang bisa saya bantu?
    ×
    Tanya Kami