السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya dikarenakan agar dalam satu tulisan tidak terkesan panjang dan menjemukan. Dalam tulisan ini kami hanya menggali hikmah dari beberapa hadis-hadis Sohih tentang bagaimana Rosulullah bersikap dalam menghadapi polemik dan konflik berumah tangga.
Ada seorang yang telah lama menjalani pernikahan mengatakan “konflik dalam rumah tangga itu suatu keniscayaan” dengan kata lain, konflik dalam berumah tangga adalah bagian dari pasang surutnya dinamika berumah tangga. Cara terbaik dalam menghadapi segala dinamikanya ialah bagaimana seorang Suami sebagai pemimpin bersikap. Semua sikap yang dia lakukan pasti akan menimbulkan dampak dan konsekuensi. Misal saja, jika seorang Suami menyikapi dengan kata-kata umpatan, kekerasan dalam bentuk fisik dan verbal. Lambat laun memori traumatik tersebut akan terakumulasi pada diri seorang Istri, yang pada gilirannya akan menimbulkan efek jangka panjang seperti trauma, stress, bahkan jika dia memiliki anak sang anak akan mengamini kalau ayahnya orang yang kasar dan tidak sayang pada keluarga.
Pada lanjutan tulisan ini, kami tidak ada maksud untuk menggurui namun apa salahnya kita mencoba mengambil hikmah dari Rosulullah san suri tauladan sepanjang masa. Perlu diketahui sampai akhir hayat, Rosulullah memiliki 9 orang istri walaupun gejolak rumah tangga selalu ada, bahkan puncak terberat Rosulullah ialah saat seantero Madinah meyakini istri Nabi yang bernama Aisyah berzina dengan Sofwan bahkan hampir menyulut perang saudara antara suku Bani Khozroj dan Bani Aus yang sempat berseteru 300 tahun lamannya. Rosulullah tetap tenang dan bijak dalam mengambil setiap langkah sampai Allah menurunkan wahyunya, kalau Aisyah terbebas dari segala tuduhan keji tersebut.
Jika diamati, konflik yang terjadi dalam rumah tangga Rosulullah ini adalah persoalan kecemburuan antar Istri sehingga kerap terjadi konflik secara horizontal (antar istri Nabi) dan vertikal (istri Nabi dengan Nabi sendiri). Kiranya berikut beberapa poin yang dapat kami jelaskan:
l Menyelesaikan dengan kepala dingin dan menasehati secara empat mata.
Pernah, ada suatu kejadian dimana istri Nabi yang bernama Sofiyah binti Jahsin berseteru dengan Hafsoh binti Umar. Saat memuncaknya perseteruan itu, Hafsoh dengan spontan mencela Sofiyah dengan sebutan “anak Yahudi”, sontak hal tersebut membuat Sofiyah menangis. Rosulullah yang mengetahui hal tersebut, segera merelai mereka berdua dan secara personal menghibur Sofiyah
بلغَ صفيَّةَ أنّ حفصةَ قالت بنتُ يهودِيٍّ فبكت فدخلَ عليها النَّبيُّ ﷺ وهيَ تبكي فقالَ ما يبكيكِ قالتْ قالتْ لي حفصةُ إنِّي بنتُ يهوديٍّ فقالَ النَّبيُّ ﷺ وإنّكِ لابنةُ نَبِيٍّ وإنّ عمَّكِ لنبيٌّ وإنّكِ لتحتَ نبيٍّ ففيمَ تفخرُ عليكِ ثمَّ قالَ اتَّقي اللهَ يا حفصةُ.
Tela smpai kepada Sofiyah, ketik itu Hafsoh berkata padanya “(Sofiyah itu) anak perempuan Yahui” sehingga hal tersebut mebuatnya menangis. Ketika Rosulullah masuk ke tempanta Sofiyah dan menjumpainya dalam keadaan menangis, beliau bertanya”apakah yang membuatmu menangis?” Sofiyah berkaa “Hafsoh memanggilku anak perempuan Yahudi” Lalu Rosulullah pun menghiburnya “sesungguhnya kamu itu (keturunannya) Nabi (Nabi Musa) dan pamanmu juga Nabi (Nabi Harun) dan saat ini kamu istrinya Nabi, lantas apa yang dibanggakan dari Hafsoh?” Setelah suasan kondusif, Nabi mendatangi Hafsoh dan menaseati “Wahai Hafsoh, takutlah kamu kepada Alla (kamu jangan mengulangi lagi perbuatanmu)”
HR. Tirmidzi
l Tidak Memebsar-Besarkan Masalah
Dalam kisah pernah terjadi, suatu saat Nabi dikirimi makana dari salah satu istrinya yang lain (Ummu Salamah) saat Nabi di rumahnya Aisyah. Sesampainya di rumah Nabi, karena Aisyh cemburu, maka piring yang berisi makanan tadi di lempar batu oleh Aisyah sampai piringnya pecah. Dalam kondisi yang serba canggung/pekewuh Nabi memungut kembali makanan yang terjatuh (karena yang terjatuh makanan kering/roti) seraya berkata
غارَتْ أمُّكم كُلوا غارَتْ أمُّكم كُلوا
“Ibu kalian cemburu, silahkan dimakan saja (jangan sungkan) ibu kalian cemburu, silahkan dimakan saja (jangan sungkan)”
HR. An-Nasa’i
Pasca Nabi dan para Sohabat selesai makan, Nabi kemudian menasehati Aisyah karena merusak barang orang lain harus menggantinya dengan piring yang baru,
أنها أتتْ بطعامٍ في صفحةٍ لها إلى رسولِ اللهِ ﷺ وأصحابِه فجاءت عائشةُ مُتَّزرةً بكساءٍ ومعها فِهرةٌ فلَقتْ به الصَّفحةَ فجمع النبي ﷺ بين فلقتي الصفحة ويقول كلوا غارت أمكم مرتين ثم أخذ رسول اللهِ ﷺ صفحة عائشة فبعث بها إلى أمَ سَلَمة وأَعْطى صَفْحَةً أُمَ سَلَمَة عائِشَة
Sesungguhnya salah seorang istrinya Nabi memberikan Nabi sepiring yang beisi makanan (roti) untuk Nabi dan Sohabatnya. Lalu datanglah Aisyah dengan memakai jarik dan selimut dengan membawa batu, lalu dia memukulkannya ke batu piring tersebut hingga pecah. Kemudian Nabi mengumpulkan pecahan piring tadi dan mengais makanannya dan berakata “makalah, ibu kalian sedang cemburu (mengatakan hal itu dua kali)”. kemudian Nabi mengambil piringnya Aisyah (yang masih baru) dan mengirimkannya ke Umi Salamah dan piring yang pecah tadi di tinggal di rumah Nabi
HR. Bukhori
Jika kita lihat, bagaimana sabarnya Rosulullah perkara yang sebetulnya simpel dan bisa diselesaikan dengan kepala dingin tanpa membesar-besarkan masalah.
l Memilih diam untuk menghindari konflik berkepanjangan.
Seperti kisah di awal, saat Aisyah dituduh berbut zina, Nabi memilih diam dan tidak banyak mengambil komentar. Bahkan, dalam hadis yang panjang di Kitab Bukhori, ketika Nabi datang ke ruma Aisyah, Nabi hanya sekedar bertegur sapa tidak sampai memojokkan Aisyah. Hal itu terjadi sampai 60 hari lamannya, sampai Nabi diberikan wahyu tentang bersihny Aisyah dari semua tuduhan. Bahkan selama itu Nabi tak sungkan untuk bermusyawarah meminta pendapat dengan Ali bin Abi Tholib (menantu Nabi) dan Usamah bin Zaid (cucu angkat).
Juga pada kasus saat Nabi berseteru dengan bebrapa istri Nabi yang lain dimana mereka menuntut nafkah yang lebih banyak dari Rosulullah. Rosulullah kemudian memilih diam dan mengasingkan diri selama 30 hari, hingga akhirnya para istri Nabi ditegur oleh Allah dalam firman-NYA (QS. Al-Ahzab: 28-29)
يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِّاَزْوَاجِكَ اِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا وَزِيْنَتَهَا فَتَعَالَيْنَ اُمَتِّعْكُنَّ وَاُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيْلًا
“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, “Jika kamu menginginkan kehidupan di dunIa dan perhIasannya, maka kemarilah agar kuberikan kepadamu mut‘ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik.”
وَاِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَالدَّارَ الْاٰخِرَةَ فَاِنَّ اللّٰهَ اَعَدَّ لِلْمُحْسِنٰتِ مِنْكُنَّ اَجْرًا عَظِيْمًا
“Dan jika kamu menginginkan Allah dan Rasul-Nya dan negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyedIakan pahala yang besar bagi sIapa yang berbuat baik di antara kamu.”
l Menunjukkan ekspresi ketidak sukaan saat istrinya keliru agar istrinya sadar/merasa.
Dikisahkan saat Rosulullah pulang dari perang Tabuk ketika masuk ke rumah Nabi menjumpai ada bantal dengan sarung bantal bermotif makhluk hidup yang mentol/timbul. Tanpa berkata apapun, Aisyah sudah tanggap bahwa Nabi tidak menyukainya lalu Aisyah merobeknya
أنّها اشْتَرَتْ نُمْرُقَةً فيها تَصاوِيرُ، فَلَمّا رَآها رَسولُ اللهِ ﷺ قامَ على البابِ فَلَمْ يَدْخُلْ، فَعَرَفَتْ في وجْهِهِ الكَراهيةَ
“Bahwasanya Aisyah membeli bantal (untuk duduk) yang terdapat gambar mentolnya. Ketika Nabi melihatnya dari depan pintu Nabi tidak ingin memasukinnya. Aku (Aisyah) sadar dari ekspresi wajahnya Nabi, kalau Nabi tidak menyukainya”
HR. Bukhori
Dari kisah di atas Nabi menegur istrinya tanpa berucap dengan ucapan yang menyakitkan hati melainkan cukup dengan ekpresi ketidak sukaan yang sinyal itu di pahami oleh Aisyah.
Penutup
Kiranya, demikian beberapa poin yang dapat kami gali hikmahnya semoga kita dapat mencontoh Rosululla sebagai uswatun hasanah termasuk dalam hal mu’amlah beliau mengarungi urusan rumah tangga
Alhamdulillahi Jazza Kumullahu Khoiro
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Yogyakarta, 31 Oktober 2022
KataCakAkbar
ﺍَﻟْﺄُﻧْﺜَﻰ : ﻓِﻲ ﺍﻟْﺒِﺪَﺍﻳَﺔِ ﺗَﺨَﺎﻑُ ﺃَﻥْ ﺗَﻘْﺘَﺮِﺏَ ﻣِﻨْﻚَ، ﻭَﻓِﻲ ﺍﻟﻨِّﻬَﺎﻳَﺔِ ﺗَﺒْﻜِﻲْ ﺣِﻴْﻦَ ﺗَﺒْﺘَﻌِﺪُ ﻋَﻨْﻬَﺎ، ﻗَﻠِﻴْﻞٌ ﻣَﻦْ ﻳَﻔْﻬَﻤُﻬَﺎ
Perempuan itu, pada mulanya takut untuk mendekatimu, namun pada akhirnya, ia menangis saat engkau menjauh darinya .. sedikit sekali orang yang memahaminya.