لسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
Rizeki merupakan Qodho dan Qodar dari Allah. Dikatakan Qodho dikarenakan rizeki adalah kepastian mutlak yang Allah telah berjanji dalam firman-NYA
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا
“dan semua makhluk yang ada di Bumi telah Allah tanggung rizekinya”
QS. Hud:6
Tidak hanya itu, dalam sabda Rosulullah pun manusia juga telah Allah tentuka jatah rizekinya semenjak di alam rahim ibunya
إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ
“Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani (nuthfah) selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah (‘alaqah) selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging (mudhgah) selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan diperintahkan untuk ditetapkan empat perkara, yaitu rezekinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya.”
HR. Bukhori
Hanya saja ihwal berapa banyak kadar rizeki yang di dapat setiap hamba, maka qodar rizekinya akan berbeda antara satu hamba dengan hamba lainnya. Sebagaimana firman-NYA
اَللّٰهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُ لَهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
“Allah adalah dzat yang melapangkan/meluaskan rizekinya pada hamba yang Allah kehendaki dan mengira-ngira/menyempitkan (pada hamba yang Allah hendaki). dan Sesungguhnya Allah maha mengetahui segala sesuatu”
QS. Al-Ankabut:62
Maka hakikat utama dalam menerima Qodar dari Allah ialah dengan senantiasa bersyukur, bahkan sampai harus kewalahan sukur sebab Allah tidak mungkin menyianyiakan hamba-NYA kecuali Allah telah memberikan rizekinya. Konteks daripada rizeki, dimensinya sangat luas hemat kami rizeki itu adalah segala kenikmatan yang Allah berikan kepada hamba-NYA yang dengannya hamba itu dapat menjalankan hidupnya dengan baik. Rizeki tidak melulu soal harta, melainkan tentang rasa yang dengannya hamba tersebut dapat senantiasa bersyukur.
Dalam tulisan singkat ini, kami hendak berbagi catatan memoar penulis selama dahulu menjadi santri. Kiranya, terdapat 9 amalan yang dapat kita tertibkan dan tingkatkan guna mencari rihdo Allah dan berharap keutamaan dari-NYA sebagaimana tajuk tulisan ini tentang 9 amalan pendatang Rizekinya Allah.
1. Memperbanyak istighfar kepada Allah
مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
Barang siapa yang membiasakan membaca istighfar, meminta ampun kepada Allah, maka Allah akan menjadikan keluasan baginya dari tiap kesusahan (termasuk cita-cita), kelonggaran, jalan keluar dari setiap kesempitan dan Allah akan memberinya rezeki yang tidak ia sangka-sangka.
HR. Abu Daud
Praktik istighfar sendiri ragamnya banyak seperti sayyidul istghfar atau raja istghfar, kalimat istighfarnya Nabi Adam (Surat Al-A’rof ayat 23) atau kalimat permohonan ampunan lainnya yang semua itu ditujukkan kepada Allah.
2. Memperbanyak infaq fisabilillah
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
QS. AL-Baqoroh:261
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.
Surat Saba’:39
Bahkan dalam sabdanya Rosulullah juga mengajarkan,
يا ابْنَ آدَمَ أنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ
Wahai anak turunnya adam infaklah kamu maka aku (Allah) akan menginfaki pada mu.
HR. Muslim
Sejatinya harta adalah titipan. Harta yang dititipi Allah kepada kita di dunia ini hanyalah sementara sifatnya. Sedang apa yang sesungguhnya menjadi harta kita adalah harta yang kita infaq kan dalam jalan-Nya.
Sebagaimaa sabda Rosulullah,
يقولُ العبدُ : مالي مالي ، وإِنَّ من مالِهِ ثلاثًا : ما أكل فأفْنَى ، أو لبِسَ فأبْلَى ، أو أعْطَى فأقْنَى ، وما سِوَى ذلِكَ ، فهو ذاهِبٌ وتارِكُهُ للناسِ
“Hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia beri yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan rusak dan diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan (diwaris). ”
HR. Muslim
3. Memperbanyak silaturrohim
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Barangsiapa ingin dibentangkan pintu rezeki untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturrohim.
HR.Bukhori
Hadits ini bisa ditafsiri secara hakikat, yaitu ketika seseorang benar-benar memperbanyak silaturrohim kepada sanak familinya, Allah akan berikan ia rezeki yang berlimpah dan umurnya benar-benar ditambah oleh Allah.
Adapun apabila ditafsiri majas/kiasan, maka rezeqi aslinya tetap bahkan berkurang secara hakikat, namun secara ghaib, tanpa sepengetahuannya, Allah menyelamatkan dirinya dari musibah-musibah (bala’) yang lebih dapat menghabiskan harta. Contoh seseorang diqodar mendapat kecelakaan, rezeqinya harus dikuras untuk biaya pengobatan, operasi, dan lain sebagainya. Kemudian karena ia sering silaturrohim, Allah menghapus qodar celaka tersebut, mengganti dengan qodar yang tidak jadi kecelakaan. Memang rezeqinya kelihatan tidak bertambah, tapi Allah menyelamatkannya dari kemungkinan qodar yang lain yang dapat menghabiskan harta. Dalam hal bertambahnya umur, ketika memang sudah qodar ajalnya, ia tetap meninggal, (jatah umurnya habis di dunia). Tetapi Allah panjangkan umurnya dalam hal, hal-hal kebaikannya selalu dikenang, ditiru oleh orang yang masih hidup sehingga ia mendapatkan kiriman jariyah. Seakan-akan masih hidup masih bisa beramal karena pahalanya selalu bertambah.
4. Senang menghormati tamu
Dalam sebuah riwayat hadis, Rosulullah bersabda
الضيف ينزل برزقه ، ويرتحل بذنوب أهل البيت
“Tamu itu datang dengan membawa rezekinya dan pergi dengan menghapus dosa-dosa ahli rumah”
HR. Ad-Dailami
Memang, kalau dari segi fisik di dunia, tamu itu menghabiskan rezeki ketika kita menjamunya. Mengurangkan rezeki secara logika, namun ingatlah sabda Rasulullah ini, tamu itu datang dengan membawa rezeki, dan pergi dengan membawa dosa dari kita, yang dimaksud di sini bukannya tamu itu yang akhirnya menjadi dosa, itu tidak. Melainkan ketika kita dapat melayani dengan baik karena Allah, maka dosa kita akan dibawa pergi bersama perginya tamu tersebut.
Juga, kisah Nabi Ibrohim tatkala menjamu tamunya (Malaikat yang berjumlah 12 Malaikat) dengan suguhan yang istemewa (anak sapi panggang/BBQ) kendati Malaikat tersebut tidak menyantap hidangannya Ibrohim setidaknya mereka datang membawakan kabar gembira berupa rizeki dimana Ibrohim kelaka akan mendapatkan anak (lihat surat Hud mulai dari ayat 69).
5. Berusaha Menjadi Orang yang Jujur dan Amanah
Sebgaimana sabda Rosulullah
الأَمَانَةُ تَجْلِبُ الرِّزْقَ وَالْخِيَانَةُ تَجْلِبُ الْفَقْرَ
“Amanat mendatangkan rezeki dan khianat mendatangkan kefakiran.”
HR. Ad-Dailami
Amanat ini bisa diaplikasikan dalam banyak perkara di kehidupan kita, dalam kehidupan kita bermasyarakat, bekerja. Ketika kita jujur dan amanah, dalam segala perbuatan kita, akan mendatangkan kepercayaan dari orang-orang di sekitar kita, dan juga akan mendatangkan rezeki. Sedangkan orang yang khianat, kefakiran akan datang padanya, sebab ketika ia berkhianat ia tidak akan dipercaya oleh orang-orang, dan alih-alih mendatangkan rezeki, ia malah hanya akan dijauhi, dan mendatangkan kefakiran atasnya.
6. Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah
Allah berfiman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ
barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya ia akan memberikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.
QS. At-Thalaq:2-3
Taqwa dengan lugas didefinisikan dengan mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangnnya. Hendaknya dimanapun kita berada, apapun yang kita kerjakan, kita harus ingat dan takut kepada Allah. Sehingga selain Allah berikan kita rezeki, mengadakan jalan keluar bagi persoalan-persoalan kita di kehidupan, kita juga dapat lebih ingat sebelum bertindak hal-hal yang maksiat, bahwa Allah itu mengawasi kita. Dan hendaknya kita berbuat sebagaimana yang telah diperintahkan-Nya dan menjauhi larangan-laranganNya.
7. Memperbanyak tawakkal kepada Allah
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
QS. At-Tolaq:3
Seringkali manusia dalam hidupnya banyak memikirkan keperluan-keperluannya. Baik dalam urusan dunia, urusan pekerjaan, urusan sekolah/kuliahnya dan lain sebagainya. Mungkin baik hal-hal tersebut dipikirkan tapi kita juga tidak boleh meninggalkan sifat tawakkal ini. Karena ketika kita tawakkal kepada Allah, berserah diri kepada Allah, urusan yang Allah kehendaki akan jauh lebih indah dibanding rencana kita. Sebagaimana Allah itu dalam segala sesuatunya memberi kepada kita apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan.
8. Selalu khusnudzon billah (berprasangka baik kepada Allah)
Dalam hadis Qudsi Allah berfirman
يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِ
“Allah berfirman: Sesungguhnya Aku bersama persangkaan hambaku kepadaku”
HR. Bukhori
Pemahaman yang dapat diambil ialah dengan kita senantiasa berprasangka baik kepada Allah dengan rizeki-rizekinya, insya Allah, Allah akan memberikanny.
9. Menertibkan sholat tahajud dan do’a di sepertiga malam
Dijelaskan dalam sabda Rosulullah
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
”Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ’Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni.”
HR. Bukhori
Penutup
Ikhtiar usaha lahir dan batik terus diupayakan dan ditingkatkan sembari kita berpasrah berserah diri kepadanya. Ingatlah, selama hayat masih dikandung badan berarti rizeki itu masih mekekat pada diri kita. Hanya kematianlah yang menjad pertanda bahwa rizeki manusia telah usia.
Tetap isitiqomah mencari yang halal menjauhi yang haram
Ingatlah sabda Rosulullah berikut ini,
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِىَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِى الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ
“Wahai para manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik (halal) dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah menghabiskan seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram.”
HR. Ibnu Majah
Sekian, semoga ada manfaatnya
Alhamdulillahi Jazza Kumullahu Khoiro
ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
Yogyakarta, 1 Februari 2023
KataCakAkbar
أسعد الناس من أسعد الناس
“Manusia paling bahagia adalah yang membuat manusia lainnya bahagia”