Enam Hal Terbaik
Sebagai hamba Allah yang beriman, selain mencari ridho-NYA dengan terus beramal solih meningkatkan ibadah-ibadah kepada-NYA, guna menyempurnakan keimanan tersebut haruslah setiap hamba yang beriman menyempurnakan diri dengan akhlak yang baik. Sebagaimana sabda Rosulullah
أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”
HR. Tirmidzi
Bahkan, salah satu misi kenabian Rosulullah
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku hanyalah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang luhur.”
HR. Ahmad
Dalam tulisan yang singkat ini, kami hendak berbagi sebuah nasehat seorang Sohabat Rosulullah yang agung bernam Ali bin Abi Tholib. Semasa hidupnya beliau memiliki banyak sekali jasa dalam Islam. Guna melengkapi nasehat tersebut kami juga nukilkan beberapa hadist dari Rosulullah sebagai pendukung. Kutipan ini kami kutip dari kitab Kanzil Ummal yang berisi tentang nasehat-nasehat kepada para Umaro dan umat Muslim secara umum ihwal ketaatan kepada Umaro. Salah satu isi kitab tersebut terdapat nasehat sohabat Ali bin Abi Tholib yang berbunyi,
عن امير المؤمنين ( عليه السلام ) : ( ستة أشياء حسن ولكن في ستة من الناس أحسن ) العدل حسن ولكن في الاُمراء أحسن ، السخاء حسن ولكن من الأغنياء أحسن ، الورع حسن ولكن من العلماء أحسن ، الصبر حسن ولكن في الفقراء أحسن التوبة حسن ولكن في الشباب أحسن ، الحياء حسن ولكن في النساء أحسن.
Dari Amirul Mukminin (Ali) berkata: “Ada 6 perkara yang baik, namun apabila 6 perkara ini ada pada manusia (yang akan kuuraikan ) ini maka lebih baik.
1. Sifat adil itu baik, tetapi lebih baik lagi bila ada pada diri seorang Amir/Imam.
2. Sifat dermawan itu baik, namun lebih baik lagi bila ada pada diri orang kaya.
3. Sifati wira’I (hati-hati) itu baik, namun lebih baik lagi bila ada pada diri seorang Ulama.
4. Sifat sabar itu baik, namun lebih baik lagi bila ada pada diri seorang yang fakir.
5. Sifat gemar bertaubat itu baik, namun lebih baik lagi bila ada pada diri pemuda.
6. Sifat malu itu baik, namun lebih baik lagi bila ada pada diri seorang wanita.
Sifat Adil
Adil adalah memberikan sesuatu pada tempatnya secara seimbang. Bila dalam konteks hukum, adil itu menghukumi benar pada orang yang benar dan salah pada orang yang salah. Adil adalah perintah Allah sebagaiman firman-NYA
اِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ
“Berlkulah adil, karena keadilan itu lebih dekat pada ketaqwaan”
QS. Al-Maidah:8
Keadilan akan menjadi lebih bermanfaat bagi banyak khalayak bilamana keadilan itu ada pada diri seorang Imam/Amir. Bayangkan bila seorang Imam/Amir tidak berlaku adil? Tentu rusaklah umat manusia. Keadilan seorang Imam/Amir tentu didapat atas kefahaman ilmunya atas ilmu agama. Dengan seorang Imam/Amir memiliki ilmu yang cakap akan menjadikannya modal baginya untuk berlaku adil. Selai kecakapan atas ilmunya, kefahaman atas ilmunya tersebut juga turut menjadi penentu keadilannya. Bisa jadi ia ilmunya banyak, namun ketika tidak memahami atas ilmunya dan mudah untuk disogok/suap (riswah) akhirnya ilmu tersebut menjadi luntur. Sebagaimana nasehat Kholifah Umar bin Khotob
فمن سوده قومه على الفقه كان حياة له ولهم ومن سوده قومه على غير فقه كان هلاكا له ولهم
“Barang siapa yang dijadikan pemimpin atas suatu qoum atas dasar kefahamannya, maka akan menjadikan kehidupan (barokah) baginya dan bagi qoumnya. Dan barang siapa yang dijadikan pemimpin qoum atas selain itu maka akan merusaknya dan mereka (qoum).”
HR. Ad-Darimi
Dalam sabda Rosulullah, juga menegaskan
إذا كان أمراؤكم خياركم، وأغنياؤكم سمحاءكم، وأموركم شورى بينكم، فظهر الأرض خير لكم من بطنها. وإذا كان أمراؤكم شراركم، وأغنياؤكم بخلاءكم، وأموركم إلى نسائكم، فبطن الأرض خير لكم من ظهرها
“Ketika amir-amir kalian adalah pilihan kalian, orang kaya kalian adalah orang dermawannya kalian, dan perkara kalian diselesaikan dengan msuyawaroh maka hidup di dunia lebh baik daripada mati. Namun ketika amir-amir kalian adalah orang jeleknya kalian, orang kaya kalian pelit-pelit, dan perkara (agama) kalian dipegang oleh para wanita maka mati lebih baik daripada hirup”
HR. Tirmidzi
Tolok ukur amir adalah pilihan kalian apa? Sudah dijelaskan dalam sabda Rosulullah yang lain
خِيَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذينَ تُحِبُّونهُم ويُحبُّونكُم، وتُصَلُّونَ علَيْهِم ويُصَلُّونَ علَيْكُمْ
وشِرَارُ أَئمَّتِكُم الَّذينَ تُبْغِضُونَهُم ويُبْغِضُونَكُمْ، وتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ
“Pilihan para Imam/Amir kalian adalah kalian mencintai kalian dan mereka juga mencintai kalian, kalian mendoakan rohmat untuk mereka dan mereka mendoakan rohmat pada mereka. Dan paling jeleknya imam kalian adalah kalian membenci mereka dan mereka membenci kalian, kalian mendoakan laknat pada mereka dan mereka mendoakan laknat pada mereka.”
HR. Muslim
Tentu tolok ukur dicintai di sini ialah karena keadilan Imam/Amir tersebut, bukan yang lain. Dalam sabda lainnya, Nabi bersabda
يَوْمٌ مِنْ إِمَامٍ عَادِلٍ أَفْضَلُ مِنْ عِبَادَةِ سِتِّينَ سَنَةً
“Satu hari Imam yang adil lebih utama daripaa beribadah selama 60 tahun”
HR. Thobroni
Jika satu hari saja bersama Imam yang adil lebih baik daripada ibadah (sunnah) 60 hari, lantas bagaimana bila selamanya bersama Imam yang adil tentu sifat adil bila terdapat pada diri seorang Imam akan banyak manfaatnya.
Sifat Dermawan
Senang memberi adalah sifat yang harus dimiliki setiap manusia, bahkan sodaqoh terbaik bukan dari mereka yang hartanya melimpah ruah namun mereka yang masih dalam keadaan membutuhkan namun ikhlas dalam bersodakoh. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Rosulullah
جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال: يا رسول الله، أي الصدقة أعظم أجرًا؟ قال: «أن تَصَدَّقَ وأنت صحيحٌ شَحِيحٌ، تخشى الفقر وتَأَمَلُ الغِنى، ولا تُمْهِلْ حتى إذا بلغتِ الحُلْقُومَ قلت: لفلان كذا ولفلان كذا، وقد كان لفلان»
“Saat itu datang seorang laki-laki kepda Rosulullah berkata: “wahai rosulullah manakah sodaqoh yang lebih besar pahalanya?” Nabi menjawab: “Kamu sodaqoh dalam keadaan sehat, pelit (masih banya kebutuhan), dan kamu masih takut melarat dan berangan-angan kaya. Janganlah menunda-nunda sodaqoh sampai kamu menjelang akan mati lalu berkata, harta ini untuk fulan sekian, untuk fulan sekian, padahal si fulan sudah mendapat bagiannya”
HR. Bukhori
Selain itu orang yang Allah berikan harta dan mau dermawan merekalah orang yang mengerti hakikat hidup, sebagaimana sabda Rosulullah bersabda,
إنما الدنيا لأربعة نفر: عبد رزقه الله مالاً وعلمًا فهو يتقي فيه ربه ويصِلُ فيه رحمه ويعلم لله فيه حقًّا، فهذا بأفضل المنازل، وعبد رزقه الله علمًا ولم يرزقه مالاً فهو صادق النية يقول لو أن لي مالاً لعملت بعمل فلان، فهو بنيته، فأجرهما سواء، وعبد رزقه الله مالاً ولم يرزقه علمًا فهو يخبِط في ماله بغير علم لا يتقي فيه ربه ولا يصل فيه رحمه ولا يعلم لله فيه حقا، فهذا بأخبث المنازل، وعبد لم يرزقه الله مالاً ولا علمًا فهو يقول لو أن لي مالاً لعملت فيه بعمل فلان، فهو بنيته، فوزرهما سواء
“Sesungguhnya dunia diisi oleh empat golongan orang. (Pertama), seorang hamba yang dikaruniai Allah harta dan ilmu, dan dengan ilmu itu ia bertakwa kepada Allah dan dengan harta itu ia dapat menggunakannya untuk menyambung silaturrahim. Dan ia tahu bahwa Allah memiliki hak padanya, dan inilah tingkatan yang paling baik.”
“(Kedua), seorang hamba yang diberi Allah ilmu tapi tidak diberi harta, namun ia memiliki niat yang tulus sambil berkata: andai saja aku memiliki harta, niscaya aku akan melakukan amalan seperti si Fulan. Maka dengan begitu, ia mendapatkan apa yang dia niatkan, bagi keduanya pahala yang sama.”
“(Ketiga), seorang hamba yang diberikan harta namun Allah tidak memberikannya ilmu. Ia menggunakan hartanya tanpa ilmu, ia tidak takut kepada Allah yang mana memiliki hak atas harta dan dirinya. Dan inilah tingkatan terburuk.”
“(Keempat), seorang hamba yang tidak diberikan Allah harta maupun ilmu namun ia berkata: andai aku memiliki harta tentu aku akan melakukan apa yang dilakukan Fulan yang menggunakan hartanya dengan semena-mena. Bagi keduanya, dosa yang sama,”.
HR. Ibnu Majjah
Maka dengan sifat kedermawanan terdapat pada diri orang kaya, harta yang Allah berikan kepadanya itu dapat membawa dampak manfaat bagi banyak khalayak.
Sifat Wira’i
Tentu setiap hamba Allah yang beriman sifat hati-hati (wira’i) itu harus melekat pada dirinya. Namun alangkah lebih baik jika sifat tersebut ada pada diri seorang Ulama. Sebagaimana firman Allah
كَذٰلِكَۗ اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ
“Seperti itulah, sesungguhnya paling takutnya kepada Allah adalah hamba Allah yang berilmu”
QS. Fatir:28
Hal tersebut dikarenakan Ulama adalah public figure bagi umat Islam, segala tindak tanduknya akan dicontoh banyak manusia. Maka dengan sifat hati-hati terhadap segala hal akan menjadikan maslahat bagi banyak khalayak. Dampak fatal daripada Ulama yang tidak wira’i adalah sesat dan rusaknya manusia sebagaimana peringatan yang telah nabi sabdakan,
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺍﻧْﺘِﺰَﺍﻋَﺎً ﻳَﻨْﺘَﺰِﻋُﻪُ ﻣﻦ ﺍﻟﻌِﺒﺎﺩِ ﻭﻟَﻜِﻦْ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺑِﻘَﺒْﺾِ ﺍﻟﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﺣﺘَّﻰ ﺇﺫﺍ ﻟَﻢْ ﻳُﺒْﻖِ ﻋَﺎﻟِﻢٌ ﺍﺗَّﺨَﺬَ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺭﺅﺳَﺎً ﺟُﻬَّﺎﻻً ، ﻓَﺴُﺌِﻠﻮﺍ ﻓَﺄَﻓْﺘَﻮْﺍ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋِﻠْﻢٍ ﻓَﻀَﻠُّﻮﺍ ﻭَﺃَﺿَﻠُّﻮﺍ
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. mereka sesat dan menyesatkan.”
HR. Bukhori
Maka, semakin jelas mutlak bagi Ulama memiliki sifat wira’i.
Sifat Sabar
Sabar ialah tetap dalam keimanan bagaimanapun keadaanya. Terkadang keadaan seseorang dapat merubah pula keadaan imannya. Itu sebabnya sebagai hamba Allah yang beriman, bagaimanapun keadaanya tidak akan merubah keimanannya. Dalam konteks ini kesabaran akan lebih baik ada pada orang yang fakir/miskin dikarenakan dengan kemiskinan seseorang berpotensi seseorang akan melakukan hal-hal yang syariat melarang, seperti kriminalitas, dan masalah sosial lainnya. Sebab itulah dalam sabdanya Rosulullah menjelaskan
كَادَ اْلفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا
“Kemiskinan itu dekat kepada kekufuran.”
HR. Baihaqi
Bahkan Rosulullah menyebut orang miskin sejati itu ialah mereka yang bisa sabar dan tidak meminta-minta, sebagaimana sabda-NYA
ليسَ المِسْكِينُ الذي يَطُوفُ علَى النَّاسِ تَرُدُّهُ اللُّقْمَةُ واللُّقْمَتَانِ، والتَّمْرَةُ والتَّمْرَتَانِ، ولَكِنِ المِسْكِينُ الذي لا يَجِدُ غِنًى يُغْنِيهِ، ولَا يُفْطَنُ به، فيُتَصَدَّقُ عليه ولَا يَقُومُ فَيَسْأَلُ النَّاسَ
“Orang miskin bukan hanya yang berkeliling meminta-minta kepada orang lain lalu mereka diberi makanan sesuap atau dua suap, atau sebiji-dua biji kurma. Namun orang miskin adalah orang yang tidak mendapatkan kecukupan untuk menutupi kebutuhannya. Dan ia tidak menampakkan kemiskinannya sehingga orang-orang bersedekah kepadanya, dan ia juga tidak minta-minta kepada orang lain”
HR. Bukhori
Sifat Taubat
Bertaubat ialah kembali kepada aturan syariat Allah yang sebelumnya mereka menyimpang darinya. Umumnya manusia banyak menunda-nunnda taubat dengan alasan masih punya waktu atau nanti saja jika sudah tua. Padahal Allah menyukai hambanya yang bertaubat,
اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
“Sesungguhnya Allah mencintai hambanya yang bertaubat dan mensucikan diri”
QS. Al-Baqoroh:222
Maka suatu hal yang baik/luar biasa ketika seorang yang masih muda banyak bertaubat kepada Allah. Apalagi pemudia itu cabang kegilaan, gemar melakukan apapun tanpa berpikir dampak dan konsekuensinya. Sebagaimana sabda Rosulullah
الشَّبَابُ شُعْبَةٌ مِنَ الْجُنُونِ
“Pemuda adalah cabang dari kegilaan”
HR. Ad-Dailami
Bahkan Allah memberikan reward khusus bagi pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah yakni akan diberikan naungan di hari dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungannya Allah.
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ إِمَامٌ عَادِلٌ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ فِي خَلَاءٍ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسْجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ إِلَى نَفْسِهَا قَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا صَنَعَتْ يَمِينُهُ
Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allâh dibawah naungan ‘Arsynya pada hari tidak ada naungan selain naungan Allâh Azza wa Jalla (yaitu) : imam yang adil; Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allâh Azza wa Jalla ; Seorang laki-laki yang mengingat Allâh dalam kesunyian (kesendirian) kemudian dia menangis (karena takut kepada adzab Allâh); Seorang laki-laki yang hatinya selalu bergantung dengan masjid-masjid Allâh; Dua orang yang saling mencintai, mereka berkumpul dan berpisah karena Allâh Azza wa Jalla ; Dan seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang permpuan yang memilki kedudukan dan cantik akan tetapi dia menolak dan berkata, ‘Sesungguhnya aku taku kepada Allâh.’ Dan seorang laki-laki yang bersedekah dengan sesuatu yang ia sembunyikan, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.
HR. Bukhori
Sifat Malu
Malu di sini ialah malu akan berbuat dosa dan melanggar kepada Allah. Bahkan sifat malu bagian dari bentuk imanya seorang hamba sebagaimana sabda Rosulullah
الإيمانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أو بِضْعٌ وسِتُونَ شُعْبَةً: فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ: لا إله إلا الله، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ
“Iman memiliki lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan ‘Lâ ilâha illallâh,’ dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (gangguan) dari jalan. Dan malu adalah salah satu cabang Iman.”
HR. Bukhori
Maka sifat malu menjadi lebih baik dan bermanfaat bila terdapat pada wanita. Hal tersebut dikarenakan rusaknya manusia sepanjang zaman selain karena harta ialah karena wanita yang tidak takut kepada Allah (tidak malu) sehingga mudah mengumbar aurat dan menimbulkan fitnah. Hal tersebut bukan berarti wanita harus dikekang dan tidak bebas justru dengan wanita yang memiliki sifat malu akan berdampak kepada baiknya manusia. Ingatlah sabda Rosulullah di bawah ini,
إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا، وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بْنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاء
“Sesungguhnya dunia ini manis dan indah. Dan sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla menguasakan kepada kalian untuk mengelola apa yang ada di dalamnya, lalu Dia melihat bagaimana kalian berbuat. Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap dunia dan wanita, karena fitnah yang pertama kali terjadi pada Bani Israil adalah karena wanita.”
HR. Bukhori
Bahkan ketika wanita sudah tidak memiliki malu Rosulullah menyindir
إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
“Bila engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu.”
HR. Tirmidzi
Maka jadilah wanita yang soliha, terhormat, menjaga martabat, dan selalu memohon ampun kepada Allah. Ingat, wanita adalah agen tipu daya iblis untuk merusak manusia. Sebagaimana sabda Rosulullah
اَلْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ ، وَإِنَّهَا إِذَا خَرَجَتْ مِنْ بَيْتِهَا اِسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ، وَإِنَّهَا لاَتَكُوْنُ أَقْرَبَ إِلَى اللهِ مِنْهَا فِيْ قَعْرِ بَيْتِهَا
Wanita itu aurat, jika ia keluar dari rumahnya maka setan mengikutinya. Dan tidaklah ia lebih dekat kepada Allâh (ketika shalat) melainkan di dalam rumahnya
HR. Timidzi
Penutup
Sekian tulisan sederhana yang dapat kami sampaikan, semoga ada manfaatnya
Alhamdulillahi Jazza Kumullahu Khoiro
ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
Yogyakarta, 8 Februari 2023
KataCakAkbar
. ﻭَﻣَﺎﺍﻟﻠَّﺬَّﺓُ ﺇِﻻَّ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟﺘَّﻌَﺐِ
“Kenikmatan tidaklah diperoleh kecuali setelah kepayahan.”