√ Kisah Ibnu Shoyyad: Sohabat yang Terduga Dajjal - Cak Akbar

Kisah Ibnu Shoyyad: Sohabat yang Terduga Dajjal

Daftar Isi [Tampil]






    SELAYANG PANDANG TENTANG DAJJAL

    Pada bagian pembuka (prolog) ini saya tidak akan bercerita terlalu dalam tentang profil/biografi daripada Dajjal itu sendiri. Selain karena terlalu panjang, sumber tentang profil/biografi Dajjal itu sendiri banyak bersumber dari kisah-kisah Isroiliyat yang sukar akan keabsahannya. Namun, perkara keluarnya Dajjal sebagai salah satu dari sekian rangkaian terjadinya Kiamat qubro pasti terjadi dan tentu sebagai Mukmin yang beriman wajib mengimani peristiwa itu.

     Kisah itu bermula tatkala poro Sohabat tengah saling berbagi cerita khususnya pengalaman-pengalaman mereka di masa Jahiliyah (Pra Islam) hingga pada sampai pada pembahasan mereka (poro Sohabat) membahas tentang adanya Dajjal. Larut dalam keasyikan tersebut Rosulullah ﷺ pun ikut bergabung dan menyampaikan sabdanya,

     

    إِنِّى لأُنْذِرُكُمُوهُ ، وَمَا مِنْ نَبِىٍّ إِلاَّ أَنْذَرَهُ قَوْمَهُ ، لَقَدْ أَنْذَرَ نُوحٌ قَوْمَهُ ، وَلَكِنِّى أَقُولُ لَكُمْ فِيهِ قَوْلاً لَمْ يَقُلْهُ نَبِىٌّ لِقَوْمِهِ ، تَعْلَمُونَ أَنَّهُ أَعْوَرُ ، وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِأَعْوَرَ

    “Sesungguhnya Aku akan menceritakannya (tentang Dajjal) kepada kalian dan tidak ada seorang Nabi pun melainkan telah menceritakan tentang Dajjal kepada kaumnya. Sungguh Nabi Nuh ‘alaihis salam telah mengingatkan kaumnya. Akan tetapi aku katakan kepada kalian tentangnya yang tidak pernah dikatakan oleh seorang Nabi pun kepada kaumnya, yaitu Dajjal itu buta sebelah matanya sedangkan Allah sama sekali tidaklah buta”
    HR. Bukhori

    Dari penggalan hadis tersebut setidaknya mengindikasikan bahwa kisah Dajjal ini sudah ada dan turun temurun dari terutusnya Nabi Nuh hingga Nabi Muhammad ﷺ. Dalam hadis di atas Rosulullah menggambarkan sosok Dajjal ini sebagai makhluk yang mengaku-aku sebagai Rabb padahal kondisi matanya dalam keadaan pece (buta sebelah matanya). Dalam redaksi lain Rosulullah menggambarkan sosok Dajjal ini juga terdapat stempel kata “Kafir” di antara dua dahinya dan hanya orang beriman (Mukminin) yang bisa membacanya

     

    مَا بُعِثَ نَبِىٌّ إِلاَّ أَنْذَرَ أُمَّتَهُ الأَعْوَرَ الْكَذَّابَ ، أَلاَ إِنَّهُ أَعْوَرُ ، وَإِنَّ رَبَّكُمْ لَيْسَ بِأَعْوَرَ ، وَإِنَّ بَيْنَ عَيْنَيْهِ مَكْتُوبٌ كَافِرٌ

    “Tidaklah seorang Nabi pun diutus selain telah memperingatkan kaumnya terhadap yang buta sebelah lagi pendusta. Ketahuilah bahwasanya dajjal itu buta sebelah, sedangkan Rabb kalian tidak buta sebelah. Tertulis di antara kedua matanya (kata) “KAAFIR”.”
    HR. Bukhori

     

    يَقْرَؤُهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ كَاتِبٌ وَغَيْرُ كَاتِبٍ.

    “Setiap mukmin dapat membacanya (Kata Kafir), baik yang bisa menulis atau tidak.”
    HR. Muslim

    Yang jadi persoalan, fitnah Dajjal ini sangatlah berat dan hampir-hampir manusia tidak ada yang sanggup menghadapi fitnahnya. Hal tersebut sudah di wanti-wanti oleh Rosulullah ﷺ ,

     

    يا أيها الناس ! إنها لم تكن فتنة على وجه الأرض منذ ذرأ الله ذرية آدم أعظم من فتنة الدجال و إن الله عز و جل لم يبعث نبيا إلا حذر أمته الدجال و أنا آخر الأنبياء و أنتم آخر الأمم و هو خارج فيكم لا محالة

     

    “Wahai sekalian manusia, sungguh tidak ada fitnah yang lebih besar dari fitnah Dajjal di muka bumi ini semenjak Allah menciptakan anak turun Adam. Tidak ada satu Nabi pun yang diutus oleh Allah melainkan ia akan memperingatkan kepada umatnya mengenai fitnah Dajjal. Sedangkan Aku adalah Nabi yang paling terakhir dan kalian juga ummat yang paling terakhir, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Dajjal akan muncul di tengah-tengah kalian.”
    HR. Muslim

    Bahkan Rosulullah ﷺ menganjurkan memperbanyak berdo’a agar terlindung dari fitnahnya Dajjal pada saat bacaan Tasyahud akhir sebelum salam,

     

    إِذَافَرَغَ أَحَدُكُمْ مِنْ التَّشَهُّدِ الْآخِرِفَلْيَتَعَوَّذْ بِا اللهِ مِنْ أَرْبَعٍ٠ يَقُولُ : اللّٰهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِوَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَا تِ وَمِنْ شَرِّالْمَسِيحِ الدَّجَالِ ثُمَّ يَدْعُوْلِنَفْسِهِ بِمَابَدَا لَهُ

     

    "Apabila salah seorang di antara kalian selesai dari tasyahud akhir, mintalah perlindungan dari 4 perkara. Ucapkan: Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari azab neraka Jahannam, azab kubur, dari godaan kehidupan dan kematian, serta dari kejelekan godaan Al-Masih Ad- DAJJAL. Kemudian (setelah itu) berdoalah untuk dirinya apa yang tampak baginya (untuk dia minta).”
    HR. Muslim

    KISAH SOHABAT YANG BERTEMU DAJJAL

    Hadis ini termaktub dalam kompilasi hadis Sohih Muslim dalam Kisah Aj-Jassasah (Burung yang dapat berbicara) yang diceritakan sohabat bernama Tamim Ad-Dary besrta kru ekspedisinya yang suatu ketika terdampar di sautu pulau tak dikenal. Kisah tersebut membuat Rosulullah senang kepalang, bagaimana tidak, sebab ada saksi hidup yang membenarkan kenabian Rosulullah ﷺ bahwa sosok Dajjal itu bukanlah sosok yang fana, terlebih Tamim Ad-Dary ini mukminin anyaran (baru masuk Islam dari nasrani) sehingga mustahil rasanya jika ada konflik kepentingan. (Link hadis)

    Dari teks hadis yang cukup panjang tersebut, setidaknya di zaman Rosulullah, Dajjal tengah dikurung di suatu pulau antah brantanh yang hingga waktunya nanti dengan izin Allah, Allah akan melepaskannya. Namun menariknya dalam suatu kisah, publik Madinah sempat digemparkan sosok remaja tanggung yang memiliki gelagat janggal dan fisik yang menyerupai Dajjal, siapa dia? Masih dalam kitab Sohih Muslim remaja tanggung tersebut bernama Ibnu Shoyad.

    KISAH IBNU SHOYAD

    Narasi kisah ini diriwayatkan Imam Muslim dalam kitabnya,

    أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ أَخْبَرَهُ: أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ انْطَلَقَ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَهْطٍ قِبَلَ ابْنِ صَيَّادٍ حَتَّى وَجَدَهُ يَلْعَبُ مَعَ الصِّبْيَانِ عِنْدَ أُطُمِ بَنِي مَغَالَةَ،

    Abdullah ibnu Umar radhiallahu anhuma memberitakan bahwa Umar radhiallahu anhu berangkat bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan sekelompok orang menemui Ibnu Shayyad. Mereka melihatnya tengah bermain-main dengan sejumlah anak laki-laki di dekat benteng dari tembok batu Bani Maghalah.

    وَقَدْ قَارَبَ ابْنُ صَيَّادٍ يَوْمَئِذٍ الْحُلُمَ، فَلَمْ يَشْعُرْ حَتَّى ضَرَبَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ظَهْرَهُ بِيَدِهِ، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاِبْنِ صَيَّادٍ: أَتَشْهَدُ أَنِّي رَسُولُ اللهِ؟ فَنَظَرَ إِلَيْهِ ابنُ صَيَّادٍ فَقَالَ: أَشْهَدُ أَنَّكَ رَسُولُ الْأُمِّيِّينَ.

    Ketika itu Ibnu Shayyad adalah seorang bocah/anak laki-laki yang usianya mendekati balig. Dia tidak memperhatikan (kami) hingga Rasulullah ﷺ menepuknya dengan tangan beliau. Beliau berkata, “Apakah engkau bersaksi bahwa aku utusan Allah?”

    Ibnu Shayyad melihat Rasulullah ﷺ dan berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan bagi al-ummiyyin (orang-orang yang ummi).”

     

    فَقَالَ ابْنُ صَيَّادٍ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَتَشْهَدُ أَنِّي رَسُولُ اللهِ؟ فَرَفَضَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: آمَنْتُ بِاللهِ وَبِرَسُولِهِ،

    Kemudian, Ibnu Shayyad malah bertanya kepada Rasulullah ﷺ, “Apakah Engkau bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah?”

    Rasulullah ﷺ menyangkalnya dan berkata, “Aku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.”

     

    ثُمَّ قَال لَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَاذَا تَرَى؟ قَالَ ابْنُ صَيَّادٍ: يَأْتِيْنِي صَادِقٌ وَكَاذِبٌ. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: خُلِّطَ عَلَيْكَ الْأَمْرُ. ثُمَّ قَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنِّي قَدْ خَبَأْتُ لَكَ خَبِيْئاً. فَقَالَ ابْنُ صَيَّادٍ: هُوَ الدُّخُّ. فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اخْسَأ، فَلَنْ تَعْدُوَ قَدْرَكَ.

    Kemudian, Rasulullah ﷺ berkata (kepada Ibnu Shayyad), “Apa yang kamu lihat?”

    Ibnu Shayyad menjawab, “Datang kepadaku yang jujur dan yang dusta.”

    Rasulullah berkata kepadanya, “Tercampur padamu persoalan ini (Bahasa mudanya, “ini anak lagi ngelantur).”

    Lalu, Rasulullah ﷺ berkata kepadanya (bermaksud menguji), “Aku menyembunyikan sesuatu untukmu.”

    Ibnu Shayyad menebak, “Ad-Dukh (asap/kabut).”

    Rasulullah shallallahu ﷺ berkata, “Tetaplah di tempatmu. Engkau tidak akan melampaui apa yang telah Allah takdirkan padamu.”

     

    فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ: ذَرْنِي، يَا رَسُولَ اللهِ أَضْرِبْ عُنُقَهُ. فَقَال لهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنْ يَكُنْهُ فَلَنْ تُسَلِّطَ عَلَيْهِ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْهُ فَلاَ خَيْرَ لَكَ فِي قَتْلِهِ.

    Mendengar hal itu, Umar radhiallahu anhu berkata, “Ya Rasulullah, izinkan aku memenggal lehernya.”

    Rasulullah shallallahu ﷺ berkata, “Apabila betul dia (adalah Dajjal), engkau tidak mampu mengalahkannya (sebab yang akan membunuh Dajjal nanti adalah Nabi Isa). Jika bukan (Dajjal), sia-sialah membunuhnya.”

     

    Masih belum terpuaskan siapa sebenarnya sosok Ibnu Shoyad ini dilain kesempatan Rosulullah dan Umar bin Khatab hendak melakukan investigasi untuk mengungkap siapa Ibnu Shoyad ini. Kisah tersebut juga diriwayatkan Imam Muslim dalam sohihnya,

     

    وَقالَ سالِمُ بْنُ عَبْدِ اللهِ: سَمِعْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ يَقُوْلُ: بَعْدَ ذَلِكَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ (الْأَنْصَارِيُّ) إِلَى النَّخْلِ الَّتِي فِيْهَا ابْنُ صَيَّادٍ، إِذَا دَخَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ النَّخْلَ طَفِقَ يَتَّقِي بِجُذُوعِ النَّخْلِ وَهُوَ يَخْتِلُ أَنْ يَسْمَعَ مِنِ ابْنِ صَيَّادٍ شَيْئاً قَبْلَ أَنْ يَرَاهُ ابْنُ صَيَّادٍ،

    Salim mengatakan, “Aku mendengar Ibnu Umar radhiallahu anhuma berkata,

    “Di kemudian hari, ketika Rasulullah pergi bersama Ubai bin Kaab radhiallahu anhu ke (kebun) kurma, beliau bertemu kembali dengan Ibnu Shayyad di sana (yang sedang berbaring). Rasulullah ﷺ bermaksud mendengarkan sesuatu (igauan) dari Ibnu Shayyad sebelum dia melihat beliau.

     

    فَرَآهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُضْطَجِعٌ عَلَى فِرَاشٍ فَي قَطِيْفَةٍ لَهُ فِيْهَا زَمْزَمَةٌ، فَرَأَتْ أُمُّ ابْنِ صَيَّادٍ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَتَّقِي بِجُذُوعِ النَّخْلِ، فَقَالَتْ لاِبْنِ صَيَّادٍ: يَا صَافِ! –وَهُوَ اسْمُ ابْنِ صَيَّادٍ- هَذَا مُحَمَّدٌ، فَثَارَ ابْنُ صَيَّادٍ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَوْ تَرَكَتْهُ بَيَّنَ

    Rasulullah ﷺ melihat Ibnu Shayyad berbaring di atas kasur ditutupi selembar selimut. Terdengar mulutnya bergumam dari balik sebuah batang pohon kurma. Kemudian, ibu Ibnu Shayyad melihat Rasulullah ﷺ. Ia pun membangunkan Ibnu Shayyad, “Wahai Shaf! Ada Muhammad di sini.”

    Ibnu Shayyad pun bangun. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata, “Jika ibunya membiarkan dia (tidak mengganggunya), perkara Ibnu Shayyad akan terungkap (jelas).”

    APAKAH IBNU SHOYAD ADALAH DAJJAL?

    Untuk menghukumi persoalan ini, jika kita menelisik perbedaan pandangan para Ulama terdahulu akan sangat beragam. Ada yang menghukumi, benar Ibnu Shoyad itu adalah Dajjal, ada yang tidak menghukumi, ada yang bersikap tauqif (tidak berkomentar apapun). Memamg perkara ini sangat Musyikl (sukar dipahami) bahkan Rosulullah ﷺ saja tidak menghukumi sepihak, namun dari Sabda beliau juga menimbulkan pertanyaan besar

    إِنْ يَكُنْهُ فَلَنْ تُسَلِّطَ عَلَيْهِ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْهُ فَلاَ خَيْرَ لَكَ فِي قَتْلِهِ

    “Apabila betul dia (adalah Dajjal), engkau tidak mampu mengalahkannya (sebab yang akan membunuh Dajjal nanti adalah Nabi Isa). Jika bukan (Dajjal), sia-sialah membunuhnya.”

    Jadi apakah Ibnu Shoyad itu adalah Dajjal, Rosulullah sendiri juga fifty -fifty dalam menghukuminya.

    Jika saya berpandangan, Ibnu Shoyad ini bukanlah Dajjal melainkan hanya seseorang yang (dimungkinkan) memiliki gangguan psikologis tertentu sehingga dia merasa dirinya Dajjal, wawlahu aklam. Setidaknya berikut argumentasi saya mengapa Ibnu Shoyad, secara pribadi, bukanlah Dajjal

    1.     Perbedaan time line kisah Tamim Ad-Dary dan Ibnu Shoyad. Pada bagian awal sudah kami jelaskan bahwa ada kisah Sohabat Tamim Ad-Dary yang bertemu Dajjal di suatu pulau antah brantah dalam kondisi terkurung. Lantas bagaimana bisa sosok yang ditemui Tamim Ad-Dary dengan Ibnu Shoyad adalah entitas yang sama?

    2.     Pengakuan dari Ibnu Shoyad sendiri. Kisah ini juga masih termaktub dalam Sohih Muslim, tatkala Ibnu Shoyad ini sudah dewasa dia bepergian Haji dan Umroh dan dalam suatu momen dia curhat kepada Sohabat Abi Said Al-Khudri. Dalam dialog itu dia (Ibnu Shoyad) merasa terdiskrimnasi atas sikap penduduk Madinah yang menanggapnya perejawantahan Dajjal,

     

    فَقَالَ لِي أَمَا قَدْ لَقِيتُ مِنْ النَّاسِ يَزْعُمُونَ أَنِّي الدَّجَّالُ أَلَسْتَ سَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّهُ لَا يُولَدُ لَهُ قَالَ قُلْتُ بَلَى قَالَ فَقَدْ وُلِدَ لِي أَوَلَيْسَ سَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَدْخُلُ الْمَدِينَةَ وَلَا مَكَّةَ قُلْتُ بَلَى قَالَ فَقَدْ وُلِدْتُ بِالْمَدِينَةِ وَهَذَا أَنَا أُرِيدُ مَكَّةَ

    Ia (Ibnu Shoyad) berkata padaku: Aku bertemu dengan sebagaian orang, mereka mengiraku Dajjal. Bukankah kau pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda bahwa ia tidak punya anak? Abu Sa'id berkata: Aku menjawab: Benar. Ibnu Shayyad berkata: Sedangkan aku punya anak. Dan bukankah kau pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Dajjal tidak bisa memasuki Madinah dan Makkah, Abu Sa'id berkata: Aku menjawab: Benar. Ibnu Shayyad berkata: Sementara aku dilahirkan di Madinah dan sekarang ini aku hendak ke Makkah.

    Dalam dialog itu, Abu Sa’id hampir saja mengamini bahwa Ibnu Shoyad ini tidak seperti yang dituduhkan orang. Namun, terjadi plot twist di akhir dialog tersebut yang menbuat Abu Sa’id menjadi bingung, Ibnu Shoyad mengatakan

     

    قَالَ لِي فِي آخِرِ قَوْلِهِ أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ مَوْلِدَهُ وَمَكَانَهُ وَأَيْنَ هُوَ

    Setelah itu ia (Ibnu Shoyad) berkata padaku diakhir perkataannya: Ingat, demi Allah aku mengetahui kelahiran, tempat dan dimana ia (Dajjal) berada

     

    Namun sayang, Ibnu Shoyad sendiri pada akhirnya menghilang pada peristiwa tanah Harrah (tatkala imperium Bani Umayah meluluhlantahkan penduduk Madinah akibat tidak mau berbaiat pada Yazid bin Muawiyah). Setidaknya hal itu adalah kesaksian Jabir bin Abdillah dalam Sunan Abi Daud

    عَنْ جَابِرٍ، قَالَ فَقَدْنَا ابْنَ صَيَّادٍ يَوْمَ الْحَرَّةِ ‏

    Dari Jabir dia berkata “Sungguh kami kehilangan (lost contact) dengan Ibnu Soyyad pada peristiwa tanah Harrah

    3.     Jika kita merujuk pada definisi hari ini (modern) perilaku yang dialami Ibnu Shoyad ini merupakan gejala orang yang mengalami Skiforzenia, dalam definisinya: Skizofrenia adalah gangguan mental yang cukup serius, di mana penderitanya mengalami kesulitan dalam membedakan khayalan dan realita. Kondisi ini umumnya ditandai dengan perilaku abnormal, seperti delusi dan halusinasi, sehingga tak jarang penderitanya dianggap “gila”.

    4.     Jika memang betul Ibnu Shoyad ini adalah Dajjal, Dajjal di sini tidaklah sama dengan definisi Dajjal yang nanti akan berhadapan dengan Nabi Isa, melainkan Dajjal dalam artian pembohong/pembual. Rosulullah ﷺ sendiri pernah bersabda

     لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَخْرُجَ ثَلاَثُونَ دَجَّالُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللَّهِ

    “Tidak akan terjadi qiamat sampai akan keluar 30 Dajjal yang kesemuanya mengaku sebagai Rosulullah”
    HR. Abu Daud

    Jika Ibnu Shoyad ini adalah Dajjal, maka benar sesuai definsi Dajjal dalam artian pembohong/pembual, namun jika dalam artian Dajjal yang sesungguhnya wawlahu aklam.

    Rosulullah saja tidak menghukumi secara mutlak, tidak diberikan wahyu sebab itu. Tentu sebagai manusia biasa yang terkadang benar ataupun khilaf kita cukup beriman saja terhadap kisah tersebut.

     

    Sekian, semoga ada manfaatnya

     

    Yogyakarta, 5 April 2024

    KataCakAkbar


    Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

    Hai

    Klik Kontak Whatsapp Di Bawah Ini Untuk Mulai Mengobrol

    Pemilik Cak Akbar
    +6282136116115
    Call us to +6282136116115 from 0:00hs a 24:00hs
    Hai, ada yang bisa saya bantu?
    ×
    Tanya Kami