Pendahuluan
Sewaktu
dakwah Rosulullah ﷺ masih di Makkah, poro Musyrikin Qurois mengutus dua
utusannya ke Madinah yang bernama Naadhor bin Harits ( النَّضْرَ
بنَ الحارثِ) dan Uqobah bin Abi Mu’it (عقْبَةَ
بنَ أبي مُعَيْطٍ) guna berkonsultasi kepda tetua Ahli
Kitab/Yahudi yang dinilai paripurna ihwal nabi dan kerosulan. Maksud jawatan
mereka ke tempat yang nun jauh di sana itu bertujuan untuk memastikan apakah
Muhammad ini benar seorang Rosul sebagaimana tradisi ke-Rosulan ahli kitab. Sesampainya
mereka di Madinah, sesegera mungkin datanglah mereka ke Rahib tersebut. Setelah
menyampaikan maksud dan tujuannya, sang Rahib tadi memberikan saran
“Tanyakan kepadanya (Muhammad) tiga hal. Jika
dia mampu menjawabnya, maka dia adalah seorang nabi yang diutus. Namun, jika
tidak, maka dia hanyalah seorang pendusta yang mengada-ada”, “Tanyakan
kepadanya” lanjutnya “tentang beberapa pemuda yang hidup pada zaman dahulu dan apa
yang terjadi dengan mereka? Sebab kisah mereka adalah kisah yang menakjubkan. Tanyakan
kepadanya tentang seorang pria yang mengelilingi belahan timur dan barat dunia
(Dzulqunain), dan Tanyakan kepadanya tentang roh, apa itu roh?”
Maka
kedua utusan itu kembali ke Mekah dan berkata, “Wahai kaum Quraisy, kami telah
membawa keputusan yang akan membuktikan kebenaran antara kalian dan Muhammad.
Para pendeta Yahudi memerintahkan kami untuk menanyakan kepadanya tiga hal”.
Mereka
pun mendatangi Rasulullah ﷺ dan menanyakan hal itu. Beliau bersabda, “Besok aku
akan menjawab kalian,” (khilafnya) beliau tidak mengucapkan lafad “Insya
Allah”.
Benar
saja, wahyu yang Rosulullah ﷺ percaya diri akan segera hadir tak kunjung turun
kepada beliau, bahkan sampai lima belas malam. Allah tidak memberi wahyu dalam
perkara tersebut, dan Jibril tidak datang kepadanya. Hal ini sangat membuat
Rasulullah ﷺ galau dan bersedih, sementara penduduk Mekah mulai menyebarkan
kabar miring tentang beliau. Seraya berkata:
“Muhammad
telah berjanji kepada kami akan memberi jawaban esok hari, tetapi kini telah
berlalu lima belas malam, dan hingga pagi ini, dia belum memberi tahu kami
sedikit pun tentang apa yang kami tanyakan.”
Yang dinanti pun tiba, Jibril Alaihissalam pun turun membawa Surah Al-Kahfi. Pada awalnya, Allah menegur Rasulullah ﷺ karena kesedihannya terhadap mereka. Kemudian, Allah memberitahukan kepadanya kisah Ashabul Kahfi, mengabarkan kepadanya tentang pria yang mengelilingi dunia (Dzul Qarnain), dan menurunkan firman-Nya:
“Dan
mereka bertanya kepadamu tentang roh...” (QS. Al-Isra: 85).
Dari penggalan pembuka kisah ini, kami akan bercerita tentang kisah para pemuda yang mulai. Dimana mereka tetap teguh dan yakin akan keimanan dan ajran Nabi Isa alaihissalam untuk bertauhid di kala semua manusia kala itu tertunduk tak berdaya, manut kepada raja lalim yang mengajak mereka menyembah selain Allah. Dimana mereka memilih #Kaburajadulu/uzlah menjauh dari hingar bingar kemaksiatan tersebut, hingga pada kisah ceritanya mereka Allah tidurkan lebih dari 300 tahun. Kisah ini mungkin terdengar konyol, “bagaimana mungkin manusia dapat tertidur selama ratusan tahun?” namun, mengingat kisah ini adalah wahyu ilahi maka sudah sepaututnya sebagai Mukminin mengimani sak pol kemampuan atas kisah tersebut guna mengambil hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik.
Ashabul Kahfi
Kisah
Ashabul Kahfi ini Allah abadaikan dalam firman-NYA di surat Al-Kahf ayat 9
sampai dengan ayat 31. Allah memulai kisah mereka,
اَمْ
حَسِبْتَ اَنَّ اَصْحٰبَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيْمِ كَانُوْا مِنْ اٰيٰتِنَا عَجَبًا
Apakah
engkau mengira bahwa sesungguhnya para penghuni gua dan (yang mempunyai) raqīm
(nama lembah) benar-benar merupakan keajaiban di antara tanda-tanda (kebesaran)
Kami?
QS.
Al-Kahfi: 9
Bagi
Allah yang maha kuasa atas segala sesuatu, kisah Ashabul Kahfi ini
tergolong “biasa saja”/mudah bagi Allah, tidak seperti anggapan poro Ahli Kitab
yang sangat takjub akan kisah ini hingga sampai keblinger membangun
Masjid/bangunan ibadah di atas monumen mereka sehingga menjadikan mereka syirik
kepada Allah.
فَقَالُوا
ٱبْنُواْ عَلَيْهِم بُنْيَٰنًۭا رَّبُّهُمْ أَعْلَمُ بِهِمْ ۚ قَالَ ٱلَّذِينَ غَلَبُواْ
عَلَىٰٓ أَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِم مَّسْجِدًۭا
“Maka
mereka berkata, ‘Dirikanlah bangunan di atas (gua) mereka; Tuhan mereka lebih
mengetahui tentang mereka.’ Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka
berkata, ‘Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah masjid di atasnya.’”
QS. Al-Kahfi: 21
Hal
senada juga Rosulullah perkuat,
لَعَنَ
اللَّهُ اليَهُودَ وَالنَّصَارَى، اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ
“Allah
melaknat orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena mereka menjadikan kuburan para
nabi mereka sebagai masjid.”
HR. Bukhori
Kita
lanjutkan,
Kisah
tersebut bercerita tentang tujuh pemuda yang hidup setelah zaman Nabi Isa alaihissalam
dalam tafsir disebutkan nama-nama mereka ialah,
1.
Tamlikha/Yamlikha/ يمليخا
2.
Maksalmina/ مكسيمليانوس
3.
Martunus/ مرتيلوس
4.
Nainunus/ سرافيون
5.
Saryanus/ يؤانس
6.
Zunthunus/ ديونيسيوس
7.
Kasyfitatanus/ قسطنطينوس
Dan
ke-7 pemuda tersebut juga ditemani Anjing yang bernama Qitmir yang menjaga gua
mereka dalam kurun waktu tidur panjang tersebut. Selanjutnya mereka adalah
pemuda yang berpegang teguh atas keimanan akan Tuhan Yang Maha Esa, yang apesnya
mereka hidup di zaman raja yang lalim bernama Diqyanus (Decius) yang memerintah
wilayah Arqom (kini daerah Yordania). Dia menerbitkan dekrit bahwa semua yang
berada di kekuasaanya harus mengamini bahwa Isa adalah anak Allah atau konsep
trinitas dalam tradisi kristiani.
Mengetahui,
ke-7 pemuda tersebut yang membangkang raja pun memerintahkan untuk menangkap
dan mengesekusi ke-7 pemuda tersebut. Takut jiwanya terancam ke-7 pemuda ini kabur
menjauh dari kejaran legiumn kerjaan. Hingga sampailah mereka di sebuah gunung
Banjalus (بَنْجَلُوسُ) yang terdapat Gua
Haizum (حيزم)
yang mereka yakini dapat berlindung darinya,
اِذْ
اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً
وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا
(Ingatlah)
ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu berdoa, “Ya Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu dan mudahkanlah bagi kami
petunjuk untuk segala urusan kami.”
QS. Al-Kahfi: 10
Sesampainya
mereka di Gua tersebut, mereka mengungsi dari kejaran legiumnya raja Diqyanus
tadi. Lama menunggu suasana kondusif, beringsut-ingsut mereka kelelahan tanpa
disadari merekapun tertidur, dan selanjutnya dimulailah kisah tertidurnya
mereka ini yang menjadi tanda kebesaran Allah, dimana mereka tertidur hingga
ratusan tahun lamannya,
فَضَرَبْنَا
عَلٰٓى اٰذَانِهِمْ فِى الْكَهْفِ سِنِيْنَ عَدَدًاۙ
Maka,
Kami tutup telinga mereka di dalam gua itu selama bertahun-tahun.
QS.
Al-Kahfi: 11
Babak
selanjutnya dimulai, bagaimana caranya Allah menidurkan ke-7 pemuda tersebut tanpa
habis dimakan bumi? (mikroorganisme), dan bagaimana pula lokasi mereka tetap
aman selama kurun waktu tersebut? Setidaknya dalam berita Al-Qur’an kita
dijelaskan dua jawaban,
1.
Allah membolak-balikan jasad mereka setiap hari,
وَتَرَى
الشَّمْسَ اِذَا طَلَعَتْ تَّزٰوَرُ عَنْ كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَاِذَا غَرَبَتْ
تَّقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِيْ فَجْوَةٍ مِّنْهُۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ
اللّٰهِۗ مَنْ يَّهْدِ اللّٰهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ
لَهٗ وَلِيًّا مُّرْشِدًا
ࣖ وَتَحْسَبُهُمْ اَيْقَاظًا وَّهُمْ
رُقُوْدٌۖ وَّنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَذَاتَ الشِّمَالِۖ
Engkau
akan melihat matahari yang ketika terbit condong ke sebelah kanan dari gua
mereka dan yang ketika terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri, sedang mereka
berada di tempat yang luas di dalamnya (gua itu). Itu adalah sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran) Allah. Siapa yang Allah memberinya petunjuk, dialah
yang mendapat petunjuk. Siapa yang Dia sesatkan, engkau tidak akan menemukan
seorang penolong pun yang dapat memberinya petunjuk. Engkau mengira mereka
terjaga, padahal mereka tidur. Kami membolak-balikkan mereka ke kanan dan ke
kiri,
QS. Al-Kahfi: 17-18
Dalam
hal tersebut Sohabat Ibnu Abbas berkomentar, “Kalaulah matahari terbit mengenai
mereka cahayanya pastilah akan membakar mereka, dan kalaulah mereka tidak
dibolak-balikkan pasti mereka akan dimakan oleh tanah.”Dan itu merupakan
tanda-tanda kekuasaan Allah. Seperti itulah orang-orang yang mendapatkan
petunjuk dari Allah. Dan ini merupakan pembuktian dari harapan mereka “niscaya
Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu
yang berguna bagimu dalam urusanmu.”
2.
Allah menjaga (mulut) Gua tersebut dengan Anjing yang mereka bawa,
وَكَلْبُهُمْ
بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ بِالْوَصِيْدِۗ لَوِ اطَّلَعْتَ عَلَيْهِمْ لَوَلَّيْتَ مِنْهُمْ
فِرَارًا وَّلَمُلِئْتَ مِنْهُمْ رُعْبًا
sedangkan
anjing mereka membentangkan kedua kaki depannya di muka pintu gua. Seandainya
menyaksikan mereka, tentu engkau akan berpaling melarikan (diri) dari mereka
dan pasti akan dipenuhi rasa takut terhadap mereka.
QS. Al-Kahfi:18
Dalam narasi ayat tersebut jelas, bahwa Allah menjadikan Anjing yang mereka bawa sebagai penjaga pintu Gua tersebut agar tidak dimasuki siapapun sampai waktu yang Allah kehendaki
Terbangun dari Tidur
Sampailah waktu yang
akhirnya Allah kehendaki, dimana Allah menidurkan mereka selama 309 tahun,
وَلَبِثُوْا
فِيْ كَهْفِهِمْ ثَلٰثَ مِائَةٍ سِنِيْنَ وَازْدَادُوْا تِسْعًا
Mereka
tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun.
QS. Al-Kahfi: 25
Saat
mereka bangun (tanpa mereka sadari) mereka merasa bahwa mereka hanya tertidur
setengah hari atau bahkan hanya sehari. Merasa kelelahan dan kelaparan akibat
kejaran poro legium kerajaan Diqyanus tadi merekapun berunding ihwal siapa yang
akan mengendap-endap ke pasar untuk setidaknya membeli bahan perbekalan untuk sangu
mereka kembali bersembunyi di Gua. Pasca berunding mereka-pun sepakat mengutus
Yamlikho (yang termuda) (Tafsir Qurtubi) untuk mengemban misi tersebut, namun
yang tertua di antara mereka (Maksalmina) berpesan beberapa hal seperti carilah
makanan yang paling baik/suci (اَزْكٰى طَعَامًا)
sebab (dalam perasaan mereka masih hidup di zaman raji lalim) raja dan rakyatnya
menyembelih hewan dengan menyebut berhala-berhala mereka dan dia (Yamlikho)
agar jangan banyak berbicara yang tidak perlu, takut-takut persembunyian mereka
terbongkar.
وَكَذٰلِكَ
بَعَثْنٰهُمْ لِيَتَسَاۤءَلُوْا بَيْنَهُمْۗ قَالَ قَاۤىِٕلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْۗ
قَالُوْا لَبِثْنَا يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالُوْا رَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَا
لَبِثْتُمْۗ فَابْعَثُوْٓا اَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هٰذِهٖٓ اِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلْيَنْظُرْ
اَيُّهَآ اَزْكٰى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِّنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا
يُشْعِرَنَّ بِكُمْ اَحَدًا
Demikianlah,
Kami membangunkan mereka agar saling bertanya di antara mereka (sendiri). Salah
seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?”
Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Mereka
(yang lain lagi) berkata, “Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di
sini). Maka, utuslah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa
uang perakmu ini. Hendaklah dia melihat manakah makanan yang lebih baik, lalu
membawa sebagian makanan itu untukmu. Hendaklah pula dia berlaku lemah lembut
dan jangan sekali-kali memberitahukan keadaanmu kepada siapa pun.
QS. Al-Kahf:19
Benar
saja, saat Yamlikho mendatangi kota, dia tidak sadar bahwa rezim telah
berganti. Mereka yang semula dipimpin raja kafir Diqyanus menjadi raja muslim
nan soleh bernama Torsus (dalam tafsri Qurtubi sebelum Islam namanya Afsus dan
nama kotanya diberi nama seperti pendirinya, dan setelah masuk Islam bernama
Torsus dalam literasi barat Raja Teodosius II wawlahu a’lam). Saat dia
belanja, masyarakat setempat curiga sebab uang (perak) yang digunakan Yamlikho
untuk berbelanja adalah mata uang kuno yang sudah tidak berlaku.
Kembali ke Gua
Akhirnya
Yamlikho pun diintrogasi, takut-takut Yamlikho ini adalah pihak musuh (sebab
raja sebelumnya kafir sekarang Islam). Akhirnya Yamlikho pun mengaku bahwa dia
adalah rakyat yang hidup di zaman raja Diqyanus dan harus terusir (eksodus)
bersama sahabatnya di Gua Haizum sana. Masyarakat pun heran, sebab rezim
Diqyanus sudah lama sekali berlalu dan mengaggap kalau Yamlikho ini pemuda yang
akalnya gila.
Diboyonglah
Yamlikho ke Gua yang dia maksud tempat ke-6 rekan-rekannya bersembunyi. Singkat
cerita, penduduk negara tersebut meyakini bahwa ke-7 pemuda tersebut benar
ceritanya (tidak dusta) sehingga ke-7 pemuda tersebut kembali tertidur di Gua
tersebut dan atas izin Allah mereka pun Allah wafatkan. Selepasnya, mereka
penduduk negeri tersebut membangun Masjid sebagai simbol/monumen keabsahan
bahwa kisah ke-7 pemuda ini benar adanya.
وَكَذٰلِكَ
اَعْثَرْنَا عَلَيْهِمْ لِيَعْلَمُوْٓا اَنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ وَّاَنَّ السَّاعَةَ
لَا رَيْبَ فِيْهَاۚ اِذْ يَتَنَازَعُوْنَ بَيْنَهُمْ اَمْرَهُمْ فَقَالُوا ابْنُوْا
عَلَيْهِمْ بُنْيَانًاۗ رَبُّهُمْ اَعْلَمُ بِهِمْۗ قَالَ الَّذِيْنَ غَلَبُوْا عَلٰٓى
اَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِمْ مَّسْجِدًا
Demikian
(pula) Kami perlihatkan (penduduk negeri) kepada mereka agar mengetahui bahwa
janji Allah benar dan bahwa (kedatangan) hari Kiamat tidak ada keraguan
padanya. (Hal itu terjadi) ketika mereka (penduduk negeri) berselisih tentang
urusan (penghuni gua). Kemudian mereka berkata, “Dirikanlah sebuah bangunan di
atas (gua itu). Tuhannya lebih mengetahui (keadaan) mereka (penghuni gua).”
Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata, “Kami pasti akan
mendirikan sebuah masjid di atasnya.”
QS. Al-Kahfi: 21
#Kaburajadulu & Hijrah
Memang,
kisah poro Mukminin sepanjang zaman dalam memegang teguh imannya perlu kita ambil
hikmah dan nasehatnya. Kita tahu kisah pembantu Fir’aun (keluarga Masyitoh)
yang rela dirinya, suami, bahkan anak-anaknya meregang nyawa demi menjaga
keimanan. Belum lagi kisah para Nabi yang rela dibakar hidup-hidup, Nabi Zakaria
yang digergaji hidup-hidup, bahkan sampai Rosulullah ﷺ rela terusir dari tanah
kelahirannya dan tidak bisa kembali lagi ke tanah kelahirannya demi misi dakwah
ketauhidan tetap berkembang dan berlangsung.
Memang
hijrah dalam konteks tulisan ini adalah mencari tempat yang lebih baik agar
dalam beribadah kita lebih lancar dan kondusif. Bahkan berhijrah sendiri adalah
anjuran dari Allah
يٰعِبَادِيَ
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّ اَرْضِيْ وَاسِعَةٌ فَاِيَّايَ فَاعْبُدُوْنِ
Wahai
hamba-hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku itu luas, maka menyembahlah
hanya kepada-Ku.
QS.
Al-Ankabut: 56
Sehingga
kita jangan berdiam diri saja tatkala hak untuk beribadah kita direnggut. Bila
cara konfrontasi (perang) ataupun diplomasi tidak dapat ditempuh maka lebih
baik #kaburajadulu atau berhijrah, sebab bumi Allah ini sangat luas untuk disitu-situ
saja.
Sehingga
dari kisah Ashabul Kahfi ini setidaknya kita dapat mengambil hikmah bahwa tidak
ada kompromi dengan kesyirikan, kalimat tauhid musti ditegakkan sebab seprrti
itulah fitrah manusia sebagai Kholifah di bumi-NYA untuk senantiasa
menghidup-hidupkan dengan ibadah dan beramal saleh.
Sekian, semoga Allah memberikan manfaat dan barokah
Lampiran
1.
Hadis tentang orang musyrik bertanya tentang 3 hal ke Muhammad ﷺ
عن ابنِ
عباسٍ رضيَ اللهُ عنهمَا أنَّ مُشْرِكِي قريشٍ بعثوا النَّضْرَ بنَ الحارثِ ، وعقْبَةَ
بنَ أبي مُعَيْطٍ إلى أحبَارِ اليهودِ بالمدينةِ فقالوا لهُمْ : سَلُوهُمْ عن أَمْرِهِ
وأَخْبِروهم خَبَرَهُ وصِفُوا لهم مَقَالَتَه ، فإنهم أهلُ الكتابِ الأولِّ ، وعندَهُمْ
علْمٌ ما ليسَ عندنَا من علمِ الأنبياءِ ، فقَدِمَا المدينةَ فسألا أحبارَ اليهودِ
عنهُ ، وأخبرُوهم بمَا يقولُ ، فقالوا لهُم : سَلُوهُ عن ثلاثٍ فإنْ أخْبَرَكُم بهنَّ
فهوَ نبيٌّ مرسَلٌ ، وإلا فهوَ رجلٌ مُتَقَوِّلٌ ، سلُوهُ عن فِتْيَةٍ ذهبوا في الدهْرِ
الأوَّلِ ما كانَ من أمرِهِم ؟ فإنَّهُم كانَ لهمْ حديثٌ عجِيبٌ ، وسلُوهُ عن رجلٍ
طوَّافٍ طافَ مشارِقَ الأرضِ ومغارِبَها ما كان نَبَؤُهُ ؟ وسلُوهُ عن الرُّوحِ ماهُوَ
؟ فانْطَلَقَا فقَدِمَا مكةَ فقالا : يا معشَرَ قريشٍ قدْ جئْنَاكُم بفَصْلِ ما بينكم
وبينَ محمدٍ ، أمَرَنَا أحبارُ اليهودِ أنْ نسْأَلَهُ عن ثلاثٍ ، فذكَرَ القصَّةَ ،
فجاءوا إلى رسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ فسأَلُوهُ عن ذلكَ فقالَ : غدًا
أجِيبُكُم ولم يَسْتَثْنِ ، فمَكَثَ خمسَ عشرَةَ ليلةً لا يُحْدِثُ اللهُ إليهِ في
ذلكَ وحيًا ، ولا يأتِيهِ جبريلُ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ ، حتَّى أحْزَنَ ذلكَ رسولَ
اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ ، وأَرْجَفَ بهِ أهلُ مكةَ ، فقالُوا : وعَدَنَا أنْ
يجيبَنَا غدًا وقدْ مَضَتْ خمسِ عشرةَ ليلةً ، أصبحْنَا منْها اليومَ لا يخبِرُنَا
عمَّا سأَلنَاهُ عنهُ ، فنزلَ عليهِ جبريلُ بسورةِ الكهفِ ، فعَاتَبَهُ في أوَّلِهَا
على حزْنِهِ عليهمْ ثمَّ أخبَرَهُ بخبَرِ أهلِ الكهفِ ، وأخبَرَهُ عن الرجلِ الطوَّافِ
، ونزلَ قولُهُ تعالى : { وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ } الآيةَ
HR.
Tirmidzi
2.
Nama Anjing Ashabul Kahfi adalah Qitmir
وَاسْمَ
كَلْبِ أَصْحَابِ الْكَهْفِ: قِطْمِيرٌ
Tafsir
Turjumah Al-Hafid bin Asakir
3.
Argumen Ibnu Abbas tentang maksud Allah membolak-balikan tubuh mereka
قال ابن
عباس رضي الله عنه: "لو أن الشمس أشرقت عليهم لنالتهم حرارتها فأحرقتهم، ولو لم
يُقلَّبوا لأكلتهم الأرض".
وهذا
من آيات قدرة الله سبحانه وتعالى. وهكذا حال الذين هداهم الله. وهذا تحقيق لما رجوه:
"وَيُهَيِّئْ لَكُم مِّنْ أَمْرِكُم مِّرْفَقًا" (الكهف: 16).
Tafsir
Ibnu Katsir
4.
Nama Gunung dan Gua ashabul kahfi
وَقَالَ
ابْنُ جُرَيْجٍ: أَخْبَرَنِي وَهْبُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ شُعَيْبٍ الْجَبَّائِيِّ:
أَنَّ اسْمَ جَبَلِ الْكَهْفِ بَنْجَلُوسُ، واسم الكهف حيزم، والكلب حمران
Tafsir
Ibnu Katsir
5. Nama ke-7 pemuda
tersebut kebanyakan bersumber dari kisah isroilliyat/ taurat-Injil,
seperti yang saya nukil dari kisa the seven sleepers https://web.archive.org/web/20220831195033/https://st-takla.org/Saints/Coptic-Orthodox-Saints-Biography/Coptic-Saints-Story_344.html
6. Nama kota yang
dipimpin raja islam
وَالْمَدِينَةُ:
أَفْسُوسُ وَيُقَالُ هِيَ طَرَسُوسُ، وَكَانَ اسْمُهَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ أَفْسُوسُ،
فَلَمَّا جَاءَ الْإِسْلَامُ سَمَّوْهَا طَرَسُوسَ
Tafsir
Ibnu Katsir